26. Punishment!

10.6K 604 36
                                    

VOTE DULU JUSEYO^_^

UDAH? THANKIES BABY😻🙆

SIAP RAMAIKAN KOMEN?

=====

"Gue kangen dengerin rintihan lo, Ra."

"Gue juga kangen darah lo yang manis itu," bisiknya tepat di samping telinga gadisnya membuat tubuh Haura menegang. Haura sudah menduga jika hukuman yang Nataniel maksud adalah ini, menyakitinya.

Saat ini keduanya tengah berada di kediaman Nataniel dan lelaki itu sengaja mengurung gadisnya di kamar agar memudahkannya menghukum gadisnya yang nakal.

"Sekarang lo pilih, di leher atau betis?"

Haura menggeleng ketika Nataniel mengeluarkan pisau andalannya, kecil tapi tajam, dan mengerikan.

"Jawab Haura!" sentak Nataniel membuat Haura terkejut.

Gadis itu menggeleng keras berusaha melepaskan cengkraman Nataniel pada rahangnya. Namun siapa sangka jika itu malah membuat cengkraman Nataniel semakin menguat.

Kini lelaki itu menindih tubuhnya dan mengungkungnya membuatnya tak bisa bergerak dengan leluasa.

"S-sakit," cicit Haura seraya mengenggam lengan Nataniel yang mencengkram rahangnya berusaha melepaskannya.

"Tinggal jawab, apa susahnya?!" geram Nataniel menghempas kasar cengkraman itu hingga membuat kepala Haura tertoleh ke samping.

"Akh!"

Karena geram Nataniel menusuk leher Haura mengukirnya, meski tak dalam. Namun, ukirannya cukup mengesankan. Ia menatap bangga pada karya seninya hingga mengabaikan darah segar yang mulai mengalir dari leher gadisnya.

Haura mencengkeram kuat lengan Nataniel ketika di rasa darahnya berdesir hebat hingga rasa perih menjalar di bagian lehernya.

"El stop please— AKH!"

Haura menjerit kesakitan ketika Nataniel beralih menusukkan pisau tajam itu pada betisnya lalu memutarnya dan memperdalam tusukannya membuat Haura merintih kesakitan hingga mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya.

"Shh lepas El! sakit banget," lirihnya membuat Nataniel semakin semangat mengukir karya seninya.

Nataniel tersenyum menyeringai merasa bangga melihat karya seninya yang nampak mengesankan dengan tinta darah yang bertuliskan 'NATANIEL'

Lagi dan lagi Nataniel mengukir sesuatu, kini lelaki itu berpindah memilih tangan gadisnya menusuknya tak begitu dalam karena takut mengenai nadinya, bertepatan dengan itu juga Haura merintih kesakitan.

Seakan sudah puas Nataniel menjilat darah yang berada di leher gadisnya.

"Manis," gumamnya seraya tersenyum smirk.

Haura semakin terisak. Jujur saja, ini sangat perih. Bayangkan saya, lehernya terdapat ukiran, serta tangannya pun di ukir, terlebih lagi betisnya ditusuk begitu dalam oleh kekasihnya sendiri. Namun, entah mengapa ia malah mencintai pria bajingan ini sekaan tak bisa membencinya.

Setelah di rasa puas Nataniel beranjak dari tempat tidur mengambil kotak obat lalu kembali menaiki ranjang mendekati Haura dan mulai mengobati lukanya.

"Jangan nangis," ujar Nataniel lembut membuat Haura malah semakin mengencangkan tangisnya.

"Sakit bego!" lirih gadis itu dengan wajah yang sudah berderai air mata.

Nataniel tak menggubrisnya. Ia membiarkan Haura menangis sepuasnya, hingga tak lama kemudian tangisan gadis itu mereda, hanya tersisa isakan kecil saja.

Usai mengobati gadisnya, Nataniel menaruh kotak obat di atas nakas lalu kembali menatap gadisnya teduh.

"Udah nangisnya?"

Haura hanya mengangguk membuat Nataniel gemas sendiri melihat hidung gadisnya yang memerah akibat menangis.

Tangannya bergerak untuk menghapus jejak air mata di pipi gadisnya lalu setelahnya ia mengecup kedua mata Haura membuat hati gadis itu menghangat.

"El," panggil Haura membuat Nataniel hanya diam. Namun, matanya tetap menatap mata hazel Haura dengan teduh.

"Lo gak ngebunuh lagi kan?" tanya Haura tiba-tiba membuat Nataniel terdiam cukup lama membuat Haura memicingkan matanya.

"Jadi lo ngebunuh lagi?"

"Hm, tu orang mancing emosi gue!"

"Kapan?" tanya Haura.

"Sepulang dari luar negeri," sahut Nataniel tetap tenang.

"Dasar!" cetus Haura.

"Udah gue bilang berapa kali jangan ngebunuh orang lagi!"

"Iya, gak lagi."

Haura berdecak sebal. Meskipun Nataniel bilang tak akan membunuh orang lagi. Namun, lelaki itu tetap saja akan selalu begitu, Ia tahu jika jiwa psychopath Nataniel masih melekat. Namun, apakah tak bisa dilenyapkan?

"El, gue sakit setiap kali dapet luka dari lo, apa lo bakalan terus-terusan kayak gini?"

"Hm, kalo lo bikin gue marah," ujar lelaki itu datar.

Nataniel memilih beranjak dari sana keluar dari kamar mengabaikan Haura yang kini terdiam.

Sebenarnya ia masih kesal dengan Haura yang terlihat begitu dekat dengan Regan siang tadi, sepertinya Haura memang sering kali berdekatan dengan Regan ketika dirinya berada di luar negeri. Sial! ia kecolongan.

Jika saja Haura tak melarangnya kembali membunuh, sudah habis Regan di tangannya.

Sepertinya akan lebih baik jika ia memberikan sedikit pelajaran pada pria itu.

Senyuman miring tercetak jelas ketika ide bagusnya terlintas di benaknya. Dengan segera ia menyambar kunci motornya lalu pergi untuk menjalankan aksinya.

TBC

My Psychopath Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang