02. Mall

35.2K 1.7K 48
                                    

Saat ini Haura tengah berada di mall bersama Liona– temannya. Haura memang tak memiliki banyak teman. Namun, hanya Liona yang tulus berteman dengannya dari semasa SMP hingga sekarang. Bisa dibilang Liona bukanlah hanya sebatas temannya, tetapi juga sahabatnya yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri.

"Ra, beli make up yu!" seru Liona seraya menarik lengan Haura membawanya menuju toko kosmetik.

Haura hanya pasrah melihat lengannya yang ditarik oleh Liona. Sebenarnya ia sangat malas jika sudah berurusan dengan make-up. Namun, melihat keantusiasan sahabatnya, ia jadi tak tega jika harus menolaknya.

Keduanya berhenti tepat di tempat lipstik. Liona mengambil salah satu lipstik lalu mencobanya. Selanjutnya ia memakaikan lipstik itu pada bibir Haura.

Haura sempat menjauh dari Liona. Namun, Liona menyuruhnya untuk diam.

"Nah! Gini kan bagus!"

"Demi apa lo cantik banget, Ra!" serunya kesenangan.

Haura hanya menatap sahabatnya dengan jengah. "Udah yuk pulang."

"Lo gak mau beli baju dulu gitu?"

"Kali-kali pake baju terbuka, Ra. Tubuh lo bagus anjir, sayang kalo gak dipamerin," ujar Liona dengan sedikit bercanda.

Haura mendelik kesal padanya. "Enak aja lo! Tubuh gue cuma buat suami gue."

Liona terkekeh pelan. "Iya-iya deh, si paling!"

"Ayo Ona, pulang," rengek Haura. Ia memang sudah benar-benar malas berada di sini.

"Bentar yaa, bentar lagi. Gue mau beli baju dulu."

Sedetik kemudian, nertaranya tak sengaja menangkap baju haram yang memang lumayan terbuka. "Eh, Ra! Gue pengen baju itu!"

Haura mengikuti arah pandang Liona lalu setelahnya ia tertegun. "Lo beneran waras kan?"

Sedetik kemudian Liona merubah raut wajahnya menjadi masam. "Ya waras lah anjir! Sekate-kate lo," dengusnya.

"Tapi itu terbuka banget, Ona," ujar Haura sedikit gemas. Saking gemasnya ia hampir saja ingin mencekik leher sahabatnya saat itu juga.

Liona hanya cengengesan mendengarnya. Gadis itu bergegas masuk ke toko baju untuk membeli baju yang ia inginkan. Sedangkan Haura memilih menunggu di luar karena sudah malas. Biarkan saja sahabatnya itu membeli baju haram itu.

Tak lama, Liona keluar dari toko tersebut lalu kembali menghampiri Haura yang sudah memasang raut wajah datarnya.

"Lo beli baju aja lama banget, heran gue," desis Haura.

Liona terkekeh geli. "Iya maap yaa bestie!"

"Mau apa bestie? Biar hari ini gue yang bayarin bestie," kata Liona dengan mendramatis.

Sedetik kemudian raut wajah Haura kembali ceria, bahkan kini matanya sudah berbinar. Dirinya memang terlahir dari keluarga berada. Namun, jika soal gratisan, tentu ia akan maju paling depan. Hitung-hitung, menghemat uang.

"Makan!" seru Haura dengan tersenyum merekah menampilkan deretan gigi putih dan rapinya.

Liona meringis pelan. "Makan aja yang ada dipikiran lo, tapi anehnya tubuh lo malah bagus kagak gemuk-gemuk."

"Iri gue, tukeran yuk," kata Liona terkekeh.

Haura menggeleng. "Badan lo juga udah bagus, Ona."

"Harusnya lo bersyukur."

Setelah mengatakan hal itu, Haura bergegas menuju cafe yang berada di mall itu. Liona mendengkus kesal kala Haura meninggalkannya begitu saja.

"Ihhh ayang! Tungguin dong."

My Psychopath Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang