12. Skin to skin contact

18.2K 868 10
                                    

Ciee yang nunggu up tapi gak vote, vote dan spam komen dong biar Queen semangat updatenya^-^

Yakin gak mau vote? Minimal vote lah, queen udah seneng, apalagi kalo ditambah komen, seneng banget hihi^^

=====

Haura terusik dari tidurnya lalu membuka matanya dengan perlahan. Ia menggerakkan tubuhnya. Namun, rasanya sulit hingga dirinya sadar bahwa Nataniel mendekap tubuhnya sangat erat.

Lelaki itu mengerang tak tertahan ketika tubuh Haura bergerak, terlebih lagi benda kenyal milik gadisnya menempel pada dada bidangnya membuat miliknya merasa tegang.

Nataniel membuka matanya dengan perlahan lalu menatap gadisnya yang sudah terjaga.

Dilihatnya Haura sedikit menyikap selimutnya dan betapa terkejutnya ia ketika melihat tubuh polosnya kini menempel dengan tubuh lelaki itu.

"S-semalem lo ngapain gue, El?" tanyanya menuntut penjelasan pada lelaki itu.

"Hanya sekedar skin to skin contact," balas lelaki itu memang benar adanya.

"Gue juga bukan cowok brengsek yang tega merenggut mahkota gadis yang gue cintai."

"T-tap-"

Lelaki itu menyentuh dahi Haura dengan punggung tangannya membuat gadis itu seketika bungkam dan membeku ditempat.

Nataniel akhirnya dapat bernafas lega saat dirasa suhu tubuh gadisnya sudah kembali normal.

"Pake baju lo, jangan mandi dulu."

Setelah mengatakan hal itu, Nataniel beranjak dari kasur dan berlalu dari kamar meninggalkan Haura yang kini termenung seorang diri.

Apakah semalam dirinya demam? Terlebih lagi pakaian atasnya sudah terlepas dari tubuhnya hingga menyisakan kulit putihnya saja, dan itu artinya Nataniel sudah melihat tubuhnya. Ah sial! Mengapa harus Nataniel yang menjadi lelaki pertama yang melihat tubuhnya?

Haura menatap luka di bagian bahu dan betisnya secara bergantian. Luka itu sudah mengering. Namun, yang masih menjadi pertanyaan, apakah Nataniel yang mengobatinya? Jika benar, mengapa lelaki itu melukainya jika pada akhirnya mengobatinya juga? Dasar psychopath sinting memang.

Namun begitu, ia akan sangat berterimakasih karena lelaki itu mau mengobatinya. Tanpa sadar bibirnya mengulas senyuman manis ketika tak sengaja mengingat sikap manis Nataniel padanya. Sweet but psychopath, batinnya berkata.

Tak berselang lama akhirnya Nataniel kembali dengan semangkuk bubur di tangannya.

Haura pun sudah memakai pakaiannya lagi. Namun, tidak dengan Nataniel yang masih bertelanjang dada.

"L-lo gak mau pake baju dulu gitu?" tanya Haura sedikit gugup lantaran mengingat tubuh polosnya yang semalaman bersentuhan dengan kulit tubuh Nataniel.

Nataniel menatap Haura dengan tatapan datarnya. "Jangan mikir macem-macem, lagian gue gak nafsu sama tubuh lo."

Bohong! Apa yang lelaki itu katakan memang kebohongan, padahal sebenarnya tubuh gadisnya begitu menggoda membuat imannya seketika goyah.

Haura mengerucutkan bibirnya. Melihat itu mampu membuat Nataniel gemas sendiri.

Lelaki itu mulai menyuapi gadisnya dengan bubur buatan pembantunya.

Haura menatap jam beker yang sudah menunjukan pukul 06.12 itu artinya gerbang sekolah belum di tutup.

"El, gue mau sekolah," cicitnya takut jika Nataniel tak mengizinkannya.

"Lagi sakit. Jangan mancing emosi gue, Ra," sahut lelaki itu dengan tenang namun penuh penekanan.

"Tapi gue kangen Li-"

"Kangen Liona atau kakaknya?" desis lelaki itu seraya menatap gadisnya sengit.

Haura menundukkan kepalanya dalam seakan tak berani menatap mata tajam lelaki itu.

"Jawab!" sentaknya membuat Haura spontan memejamkan matanya.

Haura memilih bungkam. Sebenarnya ia memang merindukan Liona dan Bagas. Tak hanya itu, ia juga merindukan kehidupannya yang bebas.

"Jangan harap hidup lo bisa sebebas dulu." Nataniel kembali menyuapkan sesendok bubur pada gadisnya. Haura menerimanya dengan terpaksa hingga tak terasa bubur sudah habis tak tersisa.

Nataniel menyodorkan segelas air minum pada gadisnya lalu diteguk habis oleh gadis itu.

"Lo gak sarapan?" tanya Haura saat melihat Nataniel yang hendak keluar kamar.

"Lo lebih penting, gue bisa nanti."

Haura menatap kepergian Nataniel dengan tatapan yang tak terbaca.

Tak lama kemudian Nataniel kembali masuk ke dalam kamar dengan baskom kecil di tangannya juga handuk kecil.

"Berisihin tubuh lo pake ini, jangan mandi dulu."

Nataniel sedikit membungkuk agar bisa mengecup dahi gadisnya. Haura mematung di tempat. Ia merasakan desiran aneh pada tubuhnya saat kecupan hangat mendarat sempurna di dahinya.

"Gue keluar bentar."

Dilihatnya lelaki itu memakai kaos berwarna hitam lalu menyanbar jaketnya, setelahnya Nataniel berlalu kelaur dari kamar meninggalkan Haura seorang diri yang masih terdiam akibat perlakuan hangat dari lelaki itu.

Tanpa sadar senyuman tipis terbit dari bibirnya. Namun, seperkian detik Haura tersadar.

"Lo kenapa sih, Ra?!" monolognya seraya menangkup pipinya sendiri yang sudah bersemu merah bak kepiting rebus.

Di lain tempat seorang pria tengah dilanda kebingungan saat chat darinya tak kunjung di balas oleh Haura. Dia Bagas.

Lelaki itu merasa ada yang tidak beres. Apa terjadi sesuatu dengan Haura, pikirnya.

Karena penasaran ia memilih pergi ke luar rumah berniat pergi menuju kediaman keluarga Lesham.

"Bang mau kemana?" tanya Liona saat netranya tak sengaja menangkap sang kakak berjalan tergesa-gesa ke arah pintu utama.

Bagas menoleh sekilas menatap sang adik. "Nyari Haura."

Liona terdiam sejenak. Sebenarnya ia juga merasa ada yang mengganjal dari kemarin-kemarin. Haura tiba-tiba menghilang, dan kembali dengan Nataniel, dan dari kemarin juga gadis itu tak kunjung mengabarinya. Tak ada satupun chat darinya yang di balas oleh gadis itu.

Banyak sekali pertanyaan dalam benaknya yang belum terjawabkan, perihal mengapa Nataniel dan Haura bisa dekat. Apakah Nataniel yang menculik Haura? Pasalnya 2 hari yang lalu pun Haura menghilang dan kembali muncul dengan Nataniel. Lantas, apakah gadis itu berbohong padanya perihal Haura yang tak sengaja bertemu Nataniel di jalan, dan berkahir berangkat ke sekolah bersama?

Liona berlarian keluar rumah hendak ikut bersama Bagas. Namun sayangnya, lelaki itu sudah melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah.

"Ihh jahat banget gue ditinggalin," dengus Liona mencak-mencak seorang diri di halaman rumahnya.

Gadis itu memilih kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil kunci mobilnya lalu setelahnya Liona kembali keluar rumah dan memasuki mobilnya.

Liona mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata menyusul Bagas. Ia tahu jika kakaknya itu akan mengunjungi rumah Haura terlebih dahulu.

TBC

My Psychopath Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang