;sembilanbelas

2.5K 450 47
                                    

Jika Kaluna ingin berada di jarak yang dekat lagi dengan Kenzie, maka dia akan menggunakan cara lamanya. Sikap diktator dan tidak mau kalah. Kali ini bukan hanya karena dia tidak ingin kehilangan Kenzie, tapi karena Kaluna ternyata benar benar menyukai laki laki itu.

Soal kejadian malam dimana Kaluna secara tidak langsung menginginkan Kenzie dalam hidupnya, Kaluna tidak mendapatkan jawaban apapun dari Kenzie, laki laki itu hanya diam lalu menggendong Kaluna untuk kembali berbaring di tempat tidurnya. Sejujurnya ada rasa senang di hati Kenzie saat Kaluna mencoba untuk mendekat ke arahnya. 

"Elkenzie?" Panggil Kaluna saat dia sudah sampai di ruangan divisi Kenzie. Semua mata langsung tertuju pada Kaluna yang sedang bersidekap dada dan memandang dingin ke arah semua karyawan di ruangan itu. 

"Saya hanya memanggil Kenzie, kenapa kalian semua menoleh?" Tanya Kaluna dingin dan membuat semuanya kembali fokus pada pekerjaan masing-masing kecuali Kenzie, tentu saja. 

"Ikut saya." Perintah Kaluna mutlak tanpa ada penolakan. 

Saat Kaluna sudah sampai di ruangannya dan disusul oleh Kenzie, wanita itu hanya diam membiarkan Kenzie berdiri di balik tubuhnya. 

"Sampai kapan kamu mau diem aja kayak gini?" Kaluna membalikkan badannya menghadap Kenzie. 

"Maksud ibu apa?" 

"Ken.." Kaluna menghembuskan nafasnya sedikit frustasi. Ini seperti sebuah karma untuk Kaluna. Setelah semua yang telah dia lakukan pada Kenzie, dia benar benar termakan pada jebakannya sendiri. Jatuh cinta pada seorang Elkenzie Mahaprana. Hal yang tidak pernah terlintas di otaknya. 

Kaluna berhasil menahannya selama beberapa hari ini saat Kenzie menghiraukan keberadaannya, tapi hari ini Kaluna tidak bisa. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, saat Kenzie dan Gwen berangkat bersama tadi pagi. Mereka tidak sengaja berhenti di lampu merah yang sama. 

"Saya lihat kamu berangkat bareng sama Gwen tadi pagi." 

"Lalu?" Kenzie menaikkan satu alisnya mencoba meminta penjelasan. Apa urusannya dengan Kaluna?

"Kenzie!" 

"Ibu sendiri yang bilang kalau kita selesai. Ibu sendiri yang bilang kita gak ada hubungan apapun. Dan ibu sendiri yang bilang kalau saya harus tau posisi saya. Ibu jug-" 

Kalimat panjang Kenzie terputus tepat saat Kaluna mencium bibirnya. Terlalu tiba tiba hingga membuat Kenzie kebingungan sendiri. Dia hanya diam hingga Kaluna memberikan sedikit lumatan di ujung bibir Kenzie. Tak ada cara lain yang Kenzie lakukan selain melingkarkan lengan kekarnya di pinggang ramping Kaluna, membantu mengangkat badan kecil Kaluna agar mempermudah wanita itu untuk mencium bibirnya. 

Cukup lama mereka ada di posisi itu, akhirnya mereka berdua melepaskan ciuman yang sebenarnya tidak terlalu panas. Hanya cukup menggelikan jika mengingat ini masih di kantor dan jam kerja. 

Kaluna menghirup oksigen sebanyak banyaknya, mencoba menetralkan detak jantungnya, karena telah lancang mencium Kenzie untuk yang kedua kalinya. Tapi ini berbeda. Sangat berbeda. Jika sebelumnya Kaluna tidak memiliki perasaan sedikitpun dengan Kenzie, maka berbeda dengan kali ini. Ada rasa menggelitik yang sekarang Kaluna rasakan. 

"Saya gak suka liat kamu sama Gwen." Ucap Kaluna setelah sesi ciuman mereka berakhir, namun tangan Kaluna masih setia melingkar di leher Kenzie. Laki laki itu juga sama, masih melingkarkan lengannya di pinggang Kaluna. 

"Beri saya satu alasan." Jawab Kenzie saat wanita itu mencoba menjauhkan diri darinya. Bukan karena apa, tapi ini sangat tidak baik untuk jantungnya. 

"Apa perlu saya kasih alasan? Saya cuman gak suka." 

"Kalo kamu gak kasih saya alasan, jangan harap saya akan jauhi Gwen. Saya tau Gwen tertarik sama saya. Dan dia juga baik, she's so fine. Dia sahabat kamu kan?"

"Justru karena dia sahabat saya, Kenzie." 

"Jadi itu alasannya? Kalo misal dia bukan sahabat kamu?" 

"Elkenzie." 

"Apa?" Kaluna tau pasti, saat dirinya memanggil Kenzie dengan nada seperti itu, maka Kenzie akan merasa terintimidasi. Tapi tidak hari ini. Laki laki itu sekarang sedang menatap dengan tatapan menantang. Bahkan sekarang sedang mengikis jarak antara keduanya. 

Tak sesuai dengan ekspektasi Kaluna, Kenzie lalu melepaskan tangannya yang sejak tadi melingkar dengan sempurna di pinggang Kaluna. Menjauhkan dirinya dari Kaluna, cukup mengecewakan. Tapi Kaluna tidak akan berhenti, bahkan saat Kenzie keluar dari ruangannya tanpa mengucapkan satu katapun Kaluna tidak akan berhenti begitu saja. Kaluna yakin, Kenzie memiliki perasaan yang sama padanya. 

***

"Kalo Kaluna tau gue disini sama lo kayaknya gue bakal dibakar sama dia." Ucap Gwen saat Kenzie baru saja selesai membayar bill makan malamnya bersama Gwen. 

Bukannya takut, Kenzie malah terkekeh mendengar ucapan Gwen. Apa iya Kaluna akan semarah itu? Dia saja tidak yakin perasaan yang Kaluna miliki untuknya. 

"Seyakin apa lo bakal dibakar sama dia?" 

"Ken, lo sadar gak sih kalo Kaluna tuh sebenernya suka sama lo? Pas dia mergokin kita di depan gedung apartemen gue aja udah keliatan. Matanya dia tuh keliatan cemburu." Ujar Gwen dengan sungguh sungguh, membiarkan Kenzie yang masih memasang telinga diselingi menyusun beberapa tumpukan piring agar memudahkan pelayan untuk membersihkannya. Jujur, Gwen menyukai setiap cara kecil Kenzie dalam memanusiakan manusia. 

"Lo ngajakin gue keluar terus karena lo pingin bikin dia cemburu kan?" 

Setelah mendengar kalimat itu dari Gwen, Kenzie langsung menatap tak percaya ke arahnya. Padahal selama ini bukan itu niat Kenzie. Dia hanya merasa menyenangkan bisa banyak bercerita dengan Gwen yang ceria dan supel itu. Tidak ada sedikitpun niat Kenzie untuk memanfaatkan Gwen demi mendapatkan perhatian dari Kaluna. 

"Gue sejahat itu ya di mata lo?" Jawab Kenzie dengan suaranya yang kelewat tenang. 

"Bukan gitu. Gue tau kok lo gak ada niatan manfaat gue atau apapun, tapi-" 

"Trus kenapa lo mikir gue kayak gitu, Gwen?" Tanya Kenzie saat Gwen terdiam menggantungkan kalimatnya cukup lama. 

"Ini udah 2 minggu sejak lo jauhan sama Kaluna, dan sejak itu pula kita sering jalan dan berangkat bareng. Gue ini cewek, Ken. Gue takut suka sama lo. Gue gak mau ngekhianatin Kaluna." Akhirnya Gwen mengucapkan isi hatinya pada Kenzie. Jelas pernyataan itu cukup mengejutkan bagi Kenzie. Dia tidak menyangka bahwa sikapnya akan menimbulkan salah paham antara dirinya dan Gwen. 

"Gue tau lo baik sama semua orang, tapi gak semua orang bisa paham dari maksud kebaikan lo. Gue gak mau kelewat batas sampek suka sama lo beneran." Gwen terus berbicara panjang lebar. Dia hanya ingin meluruskan segalanya. Sudah sejak dua minggu ini dia juga tidak berhubungan dengan Kaluna. Dia tidak mau hubungannya semakin buruk karena ini. "Lagian lo ini kenapa sih? Gue tau lo pasti juga tau kalo Kaluna suka sama lo sekarang." 

"Gue lagi memastikan kalo omongan lo barusan itu bener. Tapi bukan berarti gue manfaatin lo ya? Lo emang asik banget buat cerita." 

"Mau lo pastiin gimana lagi sih?" Gwen merollingkan matanya malas, Kenzie terlalu berbasa basi. "Kaluna tuh gila, Ken. Kalo dia mau sesuatu, itu berarti dia harus dapet." 

"Justru itu. Gue mau liat dia crazy over me." Jawab Kenzie sambil melemparkan sebuah senyuman miring seperti psikopat menurut Gwen. 

"Sakit sih lo berdua emang." 

***

Guys maaf baru update. mau sambat dikit, jadi typusku lagi kambuh, makanya aku gak bisa update cepet. next part aku gak janji bisa update cepet, tapi bakal aku usahain. semoga nih badan aku cepet enakan ya.

enjooyyy

Pemeran Utama | Jeno Lee x Karina YooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang