11 : Pertengkaran

224 5 0
                                    


Raka

______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______

Kadang bimbang adalah awal sebelum luka itu datang ya mungkin itu benar. Karena bagaimana saat dirinya ingin memastikan rasanya, dia justru di beri tahu kalau Aditsya adalah sepupu dari musuhnya ditambah dengan cewek itu yang tak mau mendengar alasanya, seolah terkesan lebih memilih sang sepupu. Sial! Bagimana pun Sepupu bisa punya rasa suka kan?

Sore tadi saat dirinya ingin mengajak Aditsya untuk pulang bersama, saat cewek itu berjalan di sepanjang  trotoar. Raka kira seorang cowok yang menghampiri Aditsya adalah Bagas yang tak lain kakak cewek itu. Namun saat Raka tau kalau itu adalah William dan wanitanya memeluk musuhnya itu di pinggir Jalan membuat emosi Raka memuncak ditambah lagi saat melihat Aditsya yang pergi dengan William menggunakan motor.

Wajar bukan, jika dia emosi dan menyerang William tanpa pemberitahuan? Tapi kenapa justru Aditsya-nya marah? Menatapnya salah tanpa tau alasanya yang cemburu melihat wanita itu? Berkata seolah dia adalah yang paling bersalah. Di tambah dengan ucapan wanita-nya itu yang semakin membuatnya tak menentu.

Aditsya bilang, kalau dia melakukan itu lagi dalam artian menyerang William tanpa pemberitahuan, wanita itu sendiri yang akan memimpin Garuda untuk menyerang nya.

Raka semakin tak mengerti. Dia merasa terluka juga kecewa dan merasa seolah tak tau apa-apa. Selama ini, dia selalu merasa kalau dia tau segalanya tentang Aditsya, segala yang ada pada diri Aditsya. Tapi saat hari ini terjadi dan saat Aditsya datang dan mengatakan semua itu, pertengkaran mereka, dan pergi nya wanita itu dari Markasnya dia merasa belum mengenal siapa Aditsya sesungguhnya.

Menendang ranjang tempat dirinya semula duduk, Raka terduduk di lantai dengan pikiran tak menentu. Bersamaan dengan wajah Rani yang melintas di kepalanya.

Mengambil handphone dari saku celana jins nya. Raka tanpa basa basi menghubungi cewek itu.

"Gwe butuh Lo. Dateng ke Appartemen gwe sekarang!" Raka mematikan sambungan bahkan sebelum seseorang di seberang sana menjawabnya.

Menunduk Raka berteriak keras, perduli setan kalau semua anggotanya mendengar, dia tak perduli. Sungguh semua semakin rumit dalam kepalanya.

_____

Membuka pintu apartemennya  kasar, menutup sama kasarnya pun menyerang Rani yang sedikit terkejut dengan kedatangan Raka yang langsung melabuhkan  ciuman kasar pada bibirnya dengan bisikan cowok itu yang terdengar lirih melantun bagai sebuah sayatan yang melukai Rani.

Tadi saat Raka menelfonnya dia kira cowok itu hanya sekedar iseng namun mendengar suara dari cowok itu yang terdengar frustasi membuat Rani tak banyak kata untuk menolak dan segera datang.

Namun saat tau Raka sefrustasi ini karena Aditsya, dia sedikit meragu akan keputusannya karena telah datang bahkan membiarkan Raka melakukan itu padanya seolah melampiaskan amarah cowok itu pada nya sebagai tempat pelampiasan.

Jadi apa ini arti dirinya dimata cowok  yang tengah memasukinya itu? Apa hanya sebagai pelampiasan?

Rani terluka. Namun saat dirinya menatap Raka yang berantakan seperti ini, juga melihat cowok itu yang frustasi Rani tak bisa untuk tidak berada di saat cowok itu butuh dirinya.

Perduli setan dengan dirinya yang dijadikan pelampiasan! Dia akan ada untuk Raka walau apapun yang terjadi, karena separah apapun lukanya sekarang. Melihat Raka seperti ini jauh lebih membuatnya terluka.

"Ahh Ka..."

"Ran...ugh!"

Brakk!

Rani membuka matanya spontan saat suara gebrakan yang datang dari pintu yang terbuka, bersama figure Aditsya yang berdiri tepat melihat mereka yang hampir mencapai puncak kenikmatan membuat Rani speeclash di tempat. Berbeda dengan Raka yang dengan cepat menarik milik cowok itu dari kewanitaan Rani dan dengan terburu memakai Boxer cowok itu, sebelum dengan cepat mendekat pada Aditsya yang terlihat menahan tangisan.

Rani segera mengambil  baju-nya memakainya cepat saat kesadarannya kembali, seirama cepat saat dia melihat Raka dan Aditsya yang bertengkar didepannya, juga mungkin karena dirinya.

Pernyataan cinta yang keluar dari mulut Raka untuk Aditsya, membuat senyum lirih muncul di kedua sudut bibir Rani. Dia terlihat seperti perusak hubungan antara Raka dan Aditsya sekarang.

"Ini yang kamu bilang sayang? Ini yang kamu bilang cinta Ka?"

"Han-"

"Udah cukup. Sekarang aku ngerti, sekarang aku faham."

"Mulai sekarang, jangan deketin aku lagi, jangan datengin aku lagi, jangan hubungin aku lagi, jangan ganggu aku lagi. Dan mulai sekarang kamu bebas ngelakuin itu sama siapapun yang kamu mau" Aditsya berlalu meninggalkan Raka yang semakin berantakan dan bunyi vas bunga yang menabrak tembok disusul suara gaduh yang cowok itu timbulkan dengan menendang meja terdengar mengusik untuk pendengaran Rani yang bahkan menitikan air mata sekarang.

Dia terluka namun tak bisa melihat Raka seperti ini, melihat Raka yang membabi buta memukul semuanya, juga menghancurkan segalanya. Rani tak bisa melihat itu.

Mendekat Rani memeluk tubuh Raka dari belakang saat cowok itu hendak kembali menendang meja tv. Tubuh Raka menegang, sebelum luruh dan jatuh tak sadarkan diri.

Rani memejamkan matanya, membiarkan air matanya luruh, bersama usapan lembut yang Rani berikan pada Raka yang sekarang berbaring di pahanya.

"Rani ngerasa serba salah" cewek itu berkata lirih sebelum dengan susah payah memapah tubuh Raka menuju kamar.

______

Ini chapter yang sulit sih buat Aku. Hahha gak terlalu cuma berhasil buat Aku menghaduh.

Buat kalian aku dedikasiin cerita ini. Eaa..

Oke see you!

RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang