15 : Bisa Aku anggep Kamu Kakak, Ka?

150 3 0
                                    


Raka

______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______

Aditsya melepaskan pelukan saat Raka membawanya kembali duduk di sofa masih di ruang senjata. Dia mengusap sisa air matanya kasar dengan tangan Raka yang ikut membantu.

"Maaf.." Raka mengangguk, dia akan memaafkan semuanya.

"Aku maafin kamu. Stop nangis Sya" Aditsya mengangguk dengan mengulas senyum yang di paksakan membuat Raka menggeleng pedih sebelum kembali menarik Aditsya kedalam pelukannya.

Suasana menjadi hening diantara keduanya, tak ada kata kata yang keluar hanya ada deru nafas yang mengisi seluruh ruangan. Aditsya terdiam begitupun dengan Raka yang hanya mengusap rambut Aditsya perlahan menikmati setiap detik yang berlalu mungkin sebagai hal terakhir yang bisa dia lakukan.

"Aku ngerasa semua ini sesuai sama apa yang aku pikirin" Raka menunduk menatap Aditsya penuh tanya.

"Maksud kamu?"

"Aku pernah mikir kalo kamu bakal cocok sama Rani, dan aku berusaha buat kalian deket tapi selalu meleset sampe kayaknya Tuhan emang nakdirin  kalian buat bareng hingga semua terjadi" Raka menatap dengan senyum kecil Aditsya yang kini telah melepaskan diri dari pelukannya.

"Mungkin emang udah harusnya kaya gini" Aditsya mengangguk, membenarkan apa yang Raka katakan.

"Tapi aku masih gak ngerti satu hal Sya" Aditsya menoleh, menatap Raka ingin tau.

"Tentang GARUDA. Gang Garuda, kenapa kamu bisa bilang kaya waktu itu?"

"Ohh itu. Gini, Garuda itu dibawah pimpinan William kan?" Raka mengangguk dengan tatapan yang menyorot menyelidik.

"Kamu jangan salah sangka dulu. William itu sepupu Bagas dan Bagas yang ngedirin GARUDA, aku juga gak ngerti soal itu. Tapi aku punya kuasa penuh disana walau aku sekolah di Harbang yang dalam kata lain wilayah kamu. Aku kaya penyusup ya? Tapi enggak. Aku gak mihak siapa siapa. Aku netral karena aku punya kuasa penuh dia Garuda juga di sini Hahah " Raka menatap tak percaya juga tak habis pikir.

"Aish kalo tau dari awal aku gak bakal biarin kamu buat bisa berkuasa atas anggota aku" Aditsya mengedikan bahunya tak perduli.

"Terlambat. Kamu gak liat aku bisa ngantor anggota kamu?" Raka mengangguk dia juga tak bisa menyangkal bahwa dia yang memberikan kuasa itu.

"Makanya aku marah banget saat kamu nyebrang mereka dengan gak sebanding gitu. Aku gak perduli kalo emang kalian mau tempur atau ngerbutin kekuasaan dengan pertempuran tapi aku gak setuju kalo pertempuran itu gak di lakuin di daerah netral dan tanpa pemberitahuan. Itu gak sah! Dan aku benci itu. Makanya aku ngomong kaya gitu ke kamu waktu itu. Aku gak suka cara kamu." Raka mengangguk, dia juga paham sekarang kalau apa yang dia lakukan waktu itu sangat membahayakan juga salah.

"Aku minta maaf buat itu" Aditsya mengibaskan tangannya.

"Gak papa. Aku faham posisi kamu saat itu, lagian itu udah kelewat kan? Asal kamu jangan ngulangin lagi aja. Karena aku bakal ngelakuin apa yang aku bilang waktu itu kalo kamu berani ngimbangin kesalahan yang sama" Raka mengangguk.

"Tapi Ka, buat apapun itu Aku bahagia atas hubungan Kamu. Aku harap kamu bisa jaga Rani sebaik kamu jaga Aku. Dia cewek baik Ka. Dan dia sahabat aku. Cewek yang bantu aku buat keluar dari hari hari buruk itu. Aku mohon jaga dia" Raka mengangguk, cowok itu balas menggenggam tangan Aditsya erat.

"Aku janji"

"Aku juga janji bakal terus jaga kamu dari jauh tanpa perduli setatus kita apa" Aditsya menatap cowok itu sendu.

"Aku bakal usaha buat selalu ada tiap kali kalian dalam kesusahan dan aku bakal usaha buat bantu kamu dan anggota kamu, aku janji gak bakal mihak" Aditsya tak bisa mengontrol dirinya untuk tidak menangis dan membaur pada pelukan Raka. Karena bagaimana pun cowok itu pernah menjadi sahabat dibalik kata kekasih.

"Bisa aku anggep kamu sebagai Kakak?" Aditsya menjauhkan sedikit badannya tanpa melepaskan pelukan, menatap Raka dari bawah dengan permohonan.

"Sure! Aku bakal jadi kakak yang baik buat kamu" Raka kembali mengeratkan pelukannya pada Aditsya yang entah kenapa menangis dalam pelukannya.

Raka tau dia mungkin akan sulit melupakan Aditsya karena bagaimana pun wanita yang masih berada dalam pelukannya itu pernah mengisi hari harinya dengan cinta entah itu asli atau palsu, Raka tak perduli.

Kedepannya dan untuk seterusnya dia akan mencintai Aditsya tanpa berkurang sedikitpun dia yakin akan melakukan itu, Aditsya tetap akan menjadi Aditsya-nya dan dia akan mencintai wanita itu sama seperti sebelumnya hanya bedanya sekarang dengan setatus yang baru.

Sebagai Kakak.

Tak apa, dia akan mencintai Aditsya sebagai Kakak. Dan akan selamanya seperti itu. Dia akan menjaga wanita itu sebagai Kakak.

Kakak yang mencintai adik-nya sampai Akhir.

______

Ka Raka!
Kenapa aku yang sedih ya?

Kalian setuju sama keputusan Raka?

Let's comment!

RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang