20 : Scene Yang Hilang VI (Romantic)

411 2 0
                                    

_____

Aditsya menoleh ke belakang saat langkah kaki seseorang mengusik tenangnya di tengah taman yang entah kenapa sepi ini, padahal jam pelajaran kosong masih berlangsung.
Mendapati figure Raka yang berjalan mendekat Aditsya sedikit memberi ruang untuk cowok itu. Membiarkan Raka mendudukan diri di sampingnya.

Meletakan satu kotak kecil P3K tepat di tengah antara dirinya dan Aditsya, Raka mendapati wajah Aditsya yang menatapnya tanya.

"Aku ngeliat kamu bales Caroline tadi. Aku yakin kamu males buat ke UKS jadi aku ke sini. Yakin kalo kamu ada di sini." Aditsya mengangguk, cowok itu ternyata mengenalnya.

"Makasih" Raka mengangguk sebelum menghentikan gerakan tangan Aditsya yang hendak membuka kotak P3K.

"Aku bakal obatin Kamu" Aditsya tak menolak, dia membiarkan Raka melakukan itu.

Mulai dari, membuka kotak P3K, mengambil kapas sebelum menuangkan cairan alkohol dan berakhir menyentuhkannnya pada kening Aditsya yang nampak terdapat sedikit bercak darah.

"Sebelum kesini, aku gak sengaja liat Caroline yang keluar dari sekolah sama dua dayangnya.  Aku gak yakin cewek itu gak dapet jaitan. Aku sempet liat bajunya yang kena tetesan darah" Aditsya mengulas senyum dia cukup puas untuk itu.

"Aku gak ngerti kenapa Caroline niat banget kayaknya jadi rival kamu" Aditsya mengedikan bahunya tak tahu.

"Mungkin takdirnya emang udah gitu" Raka menjauhkan tangannya dari luka Aditsya. Menatap wanita-nya sedikit tak mengerti.

"Kadang Ka, ada sebagian orang yang emang di lahirkan untuk sesuatu yang emang dia lakuin sejak dulu. Ya mungkin Caroline salah satunya. Bisa aja Tuhan nyiptain dia emang buat jadi Rival aku dari dulu"

"Dulu?"

"Iya dulu. Kita pernah satu SMP dan yah dia kakak kelas Aku" Raka mengangguk tak ingin terlalu banyak menggali informasi tentang itu.

"Ini gak sakit?" Aditsya menggeleng cewek itu bahkan tersenyum.

"Aku rasanya udah kebal sama lebam kaya gini Ka. Aku udah biasa sama mereka mungkin sejak dulu? Aku gak tau pasti" Raka kembali menatap tak mengerti.

"Kamu sering berantem dulu?" Aditsya menggeleng, cewek itu membiarkan Raka menutup lukanya dengan handsaplas sebelum menjatuhkan satu kecupan di sana

"Biar cepet sembuh" Aditsya terkikik pelan.

"Enggak."

"Makasih" Aditsya memberikan kecupan singkat pada pipi cowok itu yang sekarang mengulas senyum dengan tangan yang terulur untuk meletakan kotak P3K ke bawah. Sebelum dirinya mendekatkan diri pada Aditsya yang sekarang menyandarkan kepala cewek itu pada bahunya.

"Aku yakin kamu bakal tau suatu hari nanti." Raka mengangguk, dengan usapan lembut yang cowok itu berikan pada rambut Aditsya.

Tanpa ingin memaksa wanita-nya untuk bercerita. Biarkan saja, biar Aditsya menceritakan kisah wanita itu secara bertahap dia tak ingin terburu buru dan terkesan memaksa. Dia bukan tipe cowok seperti itu. Dia ingin Aditsya merasa nyaman juga tenang bersamanya. Dia akan mendengarkan cerita wanita itu tanpa memaksa Aditsya  untuk bercerita.  Dia cukup mengerti bahwa menceritakan masa lalu akan selalu menjadi hal yang rumit dan kalau di paksakan dia takut akan melukai Aditsya dan terkesan memaksa. Tidak tidak

"Kamu gak penasaran?" Raka menipiskan bibirnya.

"Umm aku penasaran sebenernya. Penasaran banget malah, cuma aku gak mau terkesan maksa kamu buat cerita. Aku bakal nunggu kamu buat cerita. Supaya kamu nyaman. Ya bukannya tadi kamu bilang kalo aku bakal tau?" Aditsya mengangguk, dia menyukai pribadi cowok di sampingnya itu.

"Makasih." Raka tak beranjak saat Aditsya memberinya satu kecupan singkat tepat di bibir cowok itu.

"Again?" Aditsya terkikik dengan gelengan pelan yang membuat Raka menatapnya tanya.

"Kenapa?" Aditsya lagi lagi menggeleng.

"Oke biarin aku yang nyium kamu" dan Aditsya tak bisa menolak saat dengan perlahan Raka menarik dagunya sebelum melumat bibirnya dengan lembut. Membuat suara decapan yang dia yakin membuat angin iri karena deru-nya tak di dengar.

_____

Maaf Raka mau aku karungin dulu ya?

Hahah! Setiap kali nulis cerita tentang Aditsya sama cowok cowoknya aku selalu iri sendiri. Behh apa lagi kalo scane Bagas-Aditsya.

Aku selalu bayangin, gimana ya kalo Bagas itu ada? Terus gimana kalo Aku ada di posisinya Aditsya yang di jadiin segalanya sama Bagas juga di cintai banget sama cowok cowoknya. 

Haduhh!

RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang