"Ngapa lo, gue peratiin dari tadi kek gelisah muluk" ucap jisoo.
Saat ini lisa sedang duduk di bangku taman sekolah bersama jisoo, mereka berdua terkadang memang suka mencurahkan keluh kesah mereka satu sama lain.
Bagi lisa, jisoo itu sudah ia anggep seperti sosok eonninya sendiri karena ia memang hanya anak tunggal di keluarganya.
Meskipun terkadang, em.. bukan terkadang sih, tapi sering bersikap absurd, jisoo itu sebenarnya sangat dewasa jika diajak berbicara serius.
Itulah sebab lisa nyaman jika mencurahkan isi hatinya pada jisoo.
"Eh ya, jennie gimana, udah tambah banyak perubahan" ucap jisoo lagi.
Lisa menghela nafasnya mendengar ucapan jisoo.
"Itu masalahnya" ucap lisa.
"Hah kenapa emang" ucap jisoo.
"Akhir akhir ini gue ngerasa jennie kok radak ngejaga jarak ya ama gue" ucap lisa.
"Ngejaga jarak, ngejaga jarak gimana maksudnya" tanya jisoo.
"Ya kek gue deketin malah ngejauh trus gak ngegelayutin gue lagi kek kebiasaannya gitu" ucap lisa.
"Lo ada buat dia marah kalik" ucap jisoo.
"Yakali gara gara waktu itu gue boongin trus gue tinggal kesekolah, kan gue juga udah minta maaf ke dia, dia sendiri juga udah bilang ke gue kalo udah gak marah, masak masi marah sih kan aneh" ucap lisa.
"Gini gini, jadi lo suka jennie nih" ucap jisoo karena lisa terlihat seperti seseorang yang sedang didiamkan oleh kekasihnya dan berusaha mencari cara membujuknya kembali.
"Yang bener aja ngaco lo" ucap lisa mengelak dari tuduhan jisoo.
Bagaimanapun cara lisa mengelak yang di hadapinya itu adalah jisoo.
"Udah jujur aja gak usah sok gengsi lo, lagian dari cara lo natep jennie aja udah keliatan banget kalo lo suka ama dia" ucap jisoo santai lalu meneguk minuman kaleng yang sedari tadi memang ia pegang.
Lisa kembali menghela nafasnya
"Yaudah deh iya, gue emang suka sama jennie" ucap lisa."Lagian lo ngapa gak sekolahin jennie bareng kita aja sih biar dia gak kesepian muluk setiap lo tinggal tinggal, toh dia juga udah ngerti kan apa aja yang lo ajarin ke dia" ucap jisoo.
"Gue juga sempet mikir gitu" ucap lisa.
"La terus" ucap jisoo.
"Ya tapi gak semudah cocot lo kali soo. Nanti kenapa kenapa berabe gue, belum lagi identitas, gimana gue masukin jennie kesekolah ini kalo jennie aja gak punya identitas, yakali nyantumin tempat tanggal lahir di pohon dunia kucing, kan gak lucu" ucap lisa.
Jisoo tentu terkekeh mendengar celotehan lisa.
"Iya gue ngerti gue ngerti kok. Tapikan disini ada kita juga yang bisa lindungin jennie kalo ada apa apa. Soal identitas mah karang aja udah, jennie yatim piatu dari umur setaun orang tuanya meninggal pas insiden kebakaran yang nge angusin rumah ama dokumen dokumen dan jennie kebetulan selamat dari insiden itu perkara dia sempet diselametin duluan" ucap jisoo.
Lisa tampak menibang nibang ucapan jisoo. Tolong ini jisoo kayaknya emang kebanyakan nonton film deh.
"Ah entar aja deh, gue pikir pikir dulu" ucap lisa, ia lalu menyandarkan badannya pada sandaran kursi taman dan menatap lurus kedepan.
Jisoo kemudian menepuk pundak kanan lisa
"Udahlah, gapapa masukin aja jennie ke sekolah, gak selamanya juga kan lo mo jennie kadang ngambek tiap di tinggal ke sekolah" ucap jisoo.Kini diruang santai jennie tengah menonton tayangan TV favoritnya apalagi kalau bukan kartun, terduduk di karpet ia bersandar pada sofa dibelakangnya sembari memeluk sebungkus besar snack.
Matanya memang fokus pada layar TV tapi tidak dengan pikirannya yang terus menerus memikirkan sesuatu, menunggu lisa pulang adalah hal yang selalu ia lakukan meski belakangan ini jika berdua dengan lisa ia selalu banyak diam juga seperti menjaga jarak dengannya.
Getaran aneh itu entahlah selalu saja ia rasakan setiap kali ia berdekatan bahkan bersentuhan dengan lisa itulah yang menjadi alasannya.
Bahkan jika dulunya ia selalu menggelayut manja memeluk dan mengusapkan kepalanya pada lisa sekarang ia tak lagi melakukan kebiasaannya itu karena malu.
Memikirkan tentang perasaan itu getaran aneh itu, perlahan jennie juga mulai menyadari susuatu hal bahwa yang ia rasakan itu sebenarnya adalah bentuk rasa sukanya terhadap lisa.
Jennie mengulum senyumnya saat teringat perlakuan perlakuan manis yang selalu lisa berikan padanya tiada henti meski ia sekarang tak lagi bertingkah seperti waktu lalu, lisa selalu saja faham memperlakukannya tanpa diminta sekalipun.
"lisa-yah saranghae"
Jennie memejamkan matanya kembali mengulum senyum sembari memegangi dadanya merasakan detak jantung yang berdetak kencang setelah menggumamkan kalimat itu.
Hingga sesaat kemudian ia sedikit terkejut ketika merasakan pelukan hangat yang tiba tiba merengkuh tubuhnya membuat dirinya lantas membuka matanya kembali.
"Kamu kenapa kok merem sambil senyum senyum gitu" ucap seseorang siapa lagi jika bukan lisa.
Jennie meremas bungkus snacknya disaat ia merasakan debaran yang sangat kuat di dadanya lalu menggeleng dengan cepat.
"Aniya" ucap jennie, ia sedikit perlahan mendorong tubuh lisa.
Lisa menghela nafasnya sedikit kecewa karena jennie seperti menolak pelukannya.
"Kamu masih marah soal waktu itu, bukannya aku udah minta maaf ya sama kamu" ucap lisa berlagak sedih.
Jennie disitu tentu saja langsung menegakkan kepalanya, menatap lisa lalu menggeleng dengan cepat.
"Amasa sih orang kamu aja kayak jauhin ama cuekin aku terus kek gini. yaudah gini aja, mulai Mmm... mulai minggu depan deh ayo ikut aku ke sekolah, kita sekolah bareng sebagai bentuk permintaan maafku lagi ke kamu" ucap lisa yang tentu membuat jennie terkejut.
"Hah beneran" ucap jennie tanpa sadar ia melupakan kegugupan nya sendiri, menjadi senang karena itu artinya ia tak akan lagi sendirian di apartemen.
"Hm, tapi maafin aku ya soal waktu itu" ucap lisa.
"Ih aku kan waktu itu udah bilang kalo aku udah gak marah, aku cuman-" jennie bingung untuk melanjutkan kalimatnya, ia merasa malu untuk berkata kepada lisa jika ia selalu gugup dan jantungnya berdetak kencang ketika berdekatan dengan lisa.
"Cuman" tanya lisa.
"C-cuman lagi pengen aja, aku pengen bersikap kayak orang yang normal" ucap jennie beralasan.
"Ah gitu, kirain masi marah, tapi kalo kamu masi pengen kayak kebiasaan kamu aku gapapa kok" ucap lisa, yeh bilang aja modus gamau lepas pengen di glayutin terus.
Jennie mengangguk gemas, ia lalu berhambur memeluk lisa mengenggelamkan wajahnya di cekuk leher lisa.
"Nah gini dong, kangen akutuh kamu yang kayak gini" ucap lisa.
"Usap" ucap jennie karena lisa hanya mendiami nya, jujur saja ia juga merindukan bermanja kepada lisa seperti ini.
"Kamu minta" tanya lisa berniat menjahili.
Namun, tanpa di duga lisa malah termakan kejahilannya sendiri karena tiba tiba saja jennie menggigit pundaknya. biasa si kucing geregetan gara gara gak langsung diturutin.
"A' Yak jen sakit" ucap lisa sedikit berteriak.
Jennie diam diam mengulum senyum melepaskan gigitannya, jantungnya memang berdetak kencang sedari tadi, tapi kini ia lebih memilih menikmati itu sekarang.
Lisa dengan sengaja malah menggelitiki perut jennie, alhasih jennie pun melepaskan pelukannya berteriak kencang dan mulai tertawa, berguling guling di karpet lisa masi terus menggelitiki nya, lisa pun disana juga ikut tertawa ketika menggelitiki jennie. TV yang tadinya sempat jennie tonton kini malah berganti seperti menonton mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neko
Fiksi PenggemarSebuah kejadian absurd yang terjadi pada lisa membawanya hingga di hadapkan pada hal yang samasekali tak masuk di akal penasaran,cus baca kuy