26. Merelakan

3.2K 541 185
                                    

hai, ada cerita apa hari ini?

terkejut banget, ternyata antusias terhadap cerita ini masih banyak omg. makasihh sebelumnya, padahal udah hampir 2 tahun loh😭

"Sebatas pernah yang akhirnya melelah."

***

Hari berjalan semestinya. Semua orang yang ada di semesta ini tampak menjalankan hidup seperti hari-hari kemarin. Sedangkan Caca terlarut dalam kesedihan, dunianya kini abu-abu.

Gadis itu turun dari mobilnya, berjalan gontai menuju kelasnya. Entah, tidak ada semangat dalam dirinya. Padahal sejak dulu Caca sadar, masa ini akan datang, namun dia tidak sangka secepat ini.

"Ca, gimana kemarin lo udah kangen-kangenan sama si Jaylani?" tanya Gaisa, ketika Caca baru saja duduk di bangkunya.

Anara menangkap kerutan kecewa dari wajah Caca, sepertinya ini tidak berjalan sesuai keinginan. Pasti ada satu hal yang mengganjal.

"Ca, kenapa?" tanya Anara, dia cukup peka untuk ini.

Caca menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangannya, menumpahkan air matanya di sana. Gaisa menatap Anara, lalu memberi isyarat menanyakan keadaan. Dan Anara hanya menggeleng kepala, sebaiknya Gaisa tidak banyak bertanya dulu.

Setelah di rasa cukup menumpahkan rasa sesaknya, Caca mengusap air mata itu kasar, sebaiknya dia tidak menangisi Jay seperti ini.

"Gue diputusin," ujar Caca.

Emosi Gaisa langsung naik, gadis itu menggulung lengan bajunya, aba-aba akan menyerang orang. "Emang anjing tuh anak!"

"Gaisa," Anara memperingati.

"Gila kesel gue, udah mah temen gue dijadiin selir sama dia, eh taunya diputusin juga!"

"Gue bego, ya?" tanya Caca dengan nada penyesalan.

"Emang!" cerocos Caca, lalu setelahnya ia menyadari, "Eh, enggak! Si Jaylani yang bego."

Dari pada banyak bicara, Anara memilih memeluk Caca, mengelus bahunya agar tenang. Mungkin Caca butuh ini.

Sebenarnya antara Anara dan Gaisa, mereka memiliki dua perbedaan dalam cara mengatasi hal ini. Seperti Gaisa yang memilih blak-blakan dan penuh emosi, jauh dengan Anara hanya menenangkan Caca. Mereka itu saling melengkapi.

"Gue harus cari tuh reptil sok kegantengan, mau gue garuk tuh mukanya!" kata Caca yang kini sudah bangkit dari tempat duduknya, namun Caca segera menahannya.

Gadis itu menggeleng. "Sa, jangan. Gue gak mau terlihat lemah depan dia, itu akan membuat gue semakin bego di mata dia. Yang harus gue lakuin sekarang lupain, Jay," ujar Caca, setelah ia pikirkan semalaman, dia harus terlihat baik-baik saja walaupun tanpa Jay.

Gaisa duduk kembali, benar juga kata Caca. Jay akan merasa dirinya hebat jika tahu Caca merasa kehilangan ditinggalkannya.

"Bener juga, gue dukung lo cari yang baru. Si reptil itu gue doain nanti kena karmanya, semoga saat lo udah bahagia sama yang lain, dia ngemis cinta sama lo. Inget, Ca, omongan gue," ujar Gaisa berapi-api.

Sebenernya Caca tidak menginginkan ucapan Gaisa menjadi kenyataan, karena biarkan jika memang Jay masa lalunya, ya sudah menjadi masa lalu saja. Caca tidak mau berhubungan saat dia dan masa lalunya belum selesai.

***

"Bah, kopi satu, ya!" ujar Jay saat dirinya baru datang di Warung Abah yang ada di perempatan jalan dekat sekolah.

JayesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang