Cinta mereka di mulai dengan permainan konyol. Saca Cantika, gadis yang tidak pernah menyangka bahwa hatinya akan berlabuh pada fakboi cap kakap yang bisa menjerat sepuluh perempuan dalam sehari.
Sebuah pertaruhan konyolnya membuat gadis itu harus m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Rasa cinta ini tidak akan hilang walau berulang kali kamu menyakitiku."
***
"Tadi gue liat Caca boncengan sama cewek!"
Saat Jay baru saja mendudukan badannya di kursi Warung Abah, Ringgo sudah memberi kabar tak mengenakan. Wajah Jay berubah masam, sama seperti ketek Ringgo.
"Ngawur," balas Jay nampak tak percaya.
Aji menunjukan foto Caca yang tak sengaja lewat di bonceng Farrel, Jay mengambil ponsel itu di pandangnya lekat-lekat itu adalah Caca. Perlahan ponsel itu Jay remas lalu dia lempar saking kesalnya.
"Bangsat, setan, tai, babi, anjing, hp gue!" umpat Aji menatap nanar iphone terbarunya itu, yang kameranya tiga!
Zigo tertawa. "Sukurin."
"Tau gitu nggak gue kasih tau lo!" gurutu Aji sambil memungut ponselnya yang masih selamat tapi layarnya sedikit retak, emang sialan Jaylaniiii!
Samuel menatap Jay dengan tatapan mengejek. "Mungkin Caca udah sadar kalo dia itu mau jadi satu-satunya bukan salah satunya."
"Diem lo!" bentak Jay, di otaknya berputar siapa lelaki itu? Kakaknya? Sepupunya? Atau siapa?
"Takut kehilangan lo? Kan pacar lo banyak harusnya biasa aja dong," ujar Ringgo, memang harusnya Jay bersikap biasa saja toh pacarnya masih banyak dan "my crush"nya tidak akan pernah habis dan punah.
Jay menatap tajam temannya satu persatu, bukan begitu maksudnya. "Nggak ada sejarahnya kalo gue diduain cewek, turun harga diri gue!"
"Nggak ada yang tau, buktinya tadi dia di jemput cowok lain, anak Jayatri lagi," kata Samuel, dia tau Farrel anak Jayatri karena lelaki itu memakai jaket Jayatri.
Jay semakin panas, benar kenapa Caca bisa-bisanya di jemput oleh lelaki lain. Bila gadis itu bermain belakang ini tidak bisa dibiarkan karena Caca sudah berkhianat.
"Hareudang, hareudang, hareudang... Panas, panas, panas," Ringgo bernyanyi khas dengan suara falesnya.
"Berisik!" teriak Jay, dia semakin merasa panas saat Ringgo bernyanyi. Jay berdiri segera pergi dari Warung Abah yang sebentar lagi akan tutup. Lelaki itu masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya dengan kencang, emosinya sudah tak bisa di tahan lagi.
Sampai di depan rumah gadis yang membuatnya panas lelaki itu turun dari mobil lalu mengetuk pintu rumah besar gadis itu. Tak selang lama Bi Parti datang membuka pintu, wanita paruh baya itu menyambut hangat Jay dan mempersilahkannya masuk.