haiii, semua. maaf gak 3/4 hari kemarin ga update wkwk. enjoy ya bacanya.
***
Di koridor sekolah Caca harus dihadapkan dengan Jay yang sudah berdiri tegap di depannya. Netra keduanya saling bertemu, seakan pertemuan singkat ini menjadi moment paling langka. Hingga akhirnya, Jay membuka suara.
"Hai, Ca. Gimana kabarnya?" Setelah beberapa hari memutuskannya, apakah pantas Jay membuka pembicaraan seperti ini, seakan keduanya tidak ada apa-apa?
Caca menatapnya sinis. "Kenapa tanya-tanya?" jawabnya ketus.
"Lo udah baik-baik aja, kan?"
Caca menyambarnya dengan tawa mengejek. "Emang gue harus terus menyedihkan setelah putus sama lo? Enggak! Lagian hidup gue terus berjalan, dengan atau tanpa lo. Jadi, jangan merasa sok deh." jawaban Caca menohok, lalu setelahnya Caca pergi meninggalkan lelaki itu. Setelah menghilang dari pandanganya, Caca bersembunyi di bawah tangga dengan air mata yang jatuh begitu saja. Ternyata pura-pura terlihat baik-baik saja itu sangat sulit.
Mana bisa Caca melupakan Jay secepat itu? Setelah dunianya berwarna bersama Jay, dan kini berubah hitam kembali, bisa Caca tanpa Jay?
Namun semesta tidak akan peduli, hidup terus berjalan ke depan. Sebisa mungkin Caca harus mencari bahagianya sendiri, tanpa bergantung pada Jay.
Dulu Jay memang penyakit sekaligus obat baginya. Namun sekarang, lelaki itu hanya penyakit yang tak akan ada obat penawarnya.
Caca menyeka air matanya segera, bel sudah berbunyi. Gadis itu segera berjalan menuju kelasnya. Sambil berjalan, dia memeriksa notifikasi yang masuk lewat ponselnya beberapa detik yang lalu.
Ael
Ca, pulang sekolah free, gak?Caca
Kenapa, Ael?Ael
Mau ngajak jalan aja, bosen nih.Caca
Jemput aja, free kok gue.Setelah membalas pesan itu, Caca memasukan ponselnya ke tas. Berbarengan dengan langkah kaki yang masuk ke ruang kelas.
Caca duduk di bangkunya. Yang di sana masih ada teman-teman Jay, namun lelaki itu tak nampak batang hidungnya.
"Ca, pulang sekolah makan indomie di Puncak, yu?" ajak Gaisa, seperti mereka berkumpul di sini yang padahal bel masuk sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, hanya untuk membicarakan ini.
"Random amat, makan indomie di warung abah juga bisa kali," jawabnya.
Zigo yang duduk di atas meja lantas merangkul Caca. "Sambil healing, ayo lah Ca."
"Si Jay gak akan kita ajak tenang kok," ujar Ringgo.
"Ajak aja, lagian dia temen kalian. Ya kali cuma masalah gue putus sama dia harus pisah-pisah gitu, santai aja kali." ujar Caca yang ingin berdamai dengan keadaan.
"Jadi boleh ajak Jaylani, nih?" ujar Aji senang, pasalnya akan ada yang kurang jika salah satu dari mereka tak ikut.
Caca mengangguk, toh itu urusan mereka juga. "Kenapa minta persetujuan gue?"
"Takut lo gak nyaman, Ca," ujar Samuel.
Caca menaikan bahunya. "Santai aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jayesa
Novela JuvenilCinta mereka di mulai dengan permainan konyol. Saca Cantika, gadis yang tidak pernah menyangka bahwa hatinya akan berlabuh pada fakboi cap kakap yang bisa menjerat sepuluh perempuan dalam sehari. Sebuah pertaruhan konyolnya membuat gadis itu harus m...