Mata Arkha terbelalak sempurna begitu ia membuka pintu ruang kerjanya. Ia nyaris tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ruang kerja itu tampak familier. Tata letak kursi, meja, sofa untuk menerima tamu, lukisan, serta guci besar di sudut ruangan, semua tampak persis seperti ruang kerjanya di Grand Wisesa Resort (GWR). Ia tidak menyangka kakeknya seniat ini hanya agar ia nyaman bekerja di GWM.
Wisesa yang merasa sudah waktunya beristirahat, menyerahkan jabatannya sebagai Direktur Utama GWM pada sang cucu, Arkharega Wisesa. Sebelumnya, Arkha cukup lama menduduki jabatan Wakil Direktur Grand Wisesa Resort (GWR) yang berada di Lembang, Bandung. Posisi Dirut GWR sendiri dipegang oleh anak perempuan Wisesa bernama Selvi. Kesuksesan Arkha selama menjadi pimpinan di GWR menjadi cikal bakal alasan Wisesa mempercayakan GWM di tangan Arkha.
Arkha memilih duduk di sofa abu tua di ruangannya itu. Ia sebenarnya masih belum siap memimpin GWM. Kemarin, setelah ia dengan resmi dikenalkan pada seluruh pegawai di GWM, Arkha meminta izin pada sang Kakek untuk beristirahat sebelum memulai mengemban tugas. Dan, di hari ini ia masih juga belum merasa siap.
Ponsel dalam saku celananya bergetar, membuatnya sedikit mengangkat tubuhnya untuk mengambil ponsel.
Arshavina, calling ...
"Ya," jawab Arkha tak bersemangat.
"Kok lemes sih, sayang?"
"Jangan kasih aku pertanyaan, yang kamu tau jawabannya, Teh!"
Arkha merebahkan kepalanya di sandaran sofa yang bahkan dibuat dengan bahan yang sama seperti yang ada di GWR. Sementara itu kakak Arkha satu-satunya bernama Vina, tengah tertawa puas dari seberang sana.
"Pak Arkha harus semangat!"
Arkha hanya menggumam.
"Nanti, kalau sudah dapat pacar anak Jakarta, kasih tahu teteh, ya!"
"Pacar?" Arkha mendengus. "Urusan pekerjaan saja, aku masih belum yakin. Bagaimana caranya aku bisa mencari pacar?" balas Arkha.
"Kamu nggak perlu cari. Nanti, juga datang sendiri."
Arkha terdiam, berbicara urusan asmara, ia lantas mengingat sosok wanita yang selama ini menduduki tahta di ruang hatinya. Namun, tidak akan bisa ia miliki karena wanita itu sudah memiliki seorang anak yang lucu dan suami yang amat mencintainya. Nyatanya meski wanita itu sempat bercerai dengan suaminya, tidak cukup memberi jalan untuk Arkha merebut hati wanita yang sempat menjadi model papan atas itu.
"Sudah dulu ya, Teh. Arkha dipanggil Kakek," ucapnya berbohong.
Arkha mematikan panggilan secara sepihak. Ia terkekeh sambil menatap layar ponselnya dan menyimpannya kembali ke saku celana. Ia kemudian beranjak dari sofa yang ia duduki. Berjalan menuju rak buku di sudut ruangan, lalu beralih pada lemari penyimpanan dokumen GWM. Setelah mangkir satu hari kemarin, Arkha merasa ia harus mulai mempelajari GWM dengan segera.
Hari mulai malam, saat Arkha menyudahi aktivitas di hari pertamanya bekerja itu. Saat ia mengembalikan salah satu dokumen ke lemari, pandangannya tak sengaja jatuh pada JPO yang berada di sisi kanan seberang ruangannya ini. JPO tersebut tampak indah dengan lampu warna-warni di bagian luar sisi kanan dan kirinya. Meski di beberapa titik, lampunya mati.
Lalu lalang orang di sana tak sepadat siang tadi. Jarak pandang dari tempat Arkha berdiri dan JPO tersebut terbilang jauh, tetapi cukup jelas bagi Arkha untuk melihat seorang perempuan sedang berdiri, memandangi karut marut kemacetan jalanan yang mulai terurai.
Arkha ikut mengarahkan pandangannya ke titik yang sama dengan yang perempuan itu lihat. Pada gelapnya langit Jakarta yang dihiasi gemerlap lampu-lampu penerangan jalan, dan cahaya berkilauan dari gedung-gedung tinggi yang tampak megah. Sebuah pemandangan yang baru Arkha dapatkan, setelah selama ini tumbuh besar di wilayah dataran tinggi di Jawa Barat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dita and The Boss✅| Lengkap Di Karyakarsa
ChickLitCinta berada di urutan kesekian dalam daftar tujuan hidup yang ingin dicapai Dita. Bahkan saat sang adik naik ke pelaminan lebih dulu, Dita tidak masalah. Ia sibuk bekerja dan mengumpulkan uang, demi memenuhi standar sang ibu yang menilai kesuksesan...