Sepulang bekerja, Dita memilih langsung beristirahat. Ia berharap dengan istirahat yang cukup dapat membuat tubuhnya kembali bugar, tentunya dengan perasaan yang seperti sedia kala. Dita tahu ia tidak akan bisa memutar waktu demi menyenangkan hati ibunya. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menerima resiko dan menjalaninya dengan ikhlas, karena Dita percaya usaha tidak akan mengkhianati hasil.Esok harinya, Dita bekerja dengan suasana hati yang lebih baik. Apalagi setelah Rany memberi kabar tentang keadaan ibu mereka yang juga sudah membaik, Dita amat bersyukur mendengarnya. Ibunya juga sudah mau dibantu oleh suster saat menjaga Chava. Bagaimanapun itu semua memang demi kebaikan Miranti juga.
Sore ini Dita baru saja menyelesaikan rapat persiapan event Wedding Festival yang akan dilaksanakan beberapa minggu lagi. Ya, meski event ini juga dipercayakan kepada tim event organizer, tetap saja dari pihak GWM tetap membentuk tim pelaksana yang bertanggungjawab akan segala sesuatunya soal event Wedding Festival ini.
"Permisi, Pak Arkha," ucap Dita begitu membuka pintu ruangan Arkha untuk menyerahkan notula rapat.
Entah mengapa gestur tubuh Arkha tampak seperti pria itu tengah menunggu kedatangannya. Jika biasanya Arkha selalu menunduk menatap layar laptop, kini pandangan ia dan Dita begitu mudah bertemu. Seperti sekarang, keduanya masih bersitatap dari tempat mereka masing-masing. Hingga Arkha lebih dulu memutus pandangan, beralih pada layar laptop. "Ada apa?" tanyanya tanpa melihat Dita.
"Saya baru saja menyelesaikan rapat bersama tim pelaksana event Wedding Festival, Pak." Dita mengatakannya seraya berjalan menghampiri Arkha di mejanya. "Saya mau melaporkan hasil rapat tadi. File-nya sudah saya kirim melalui email."
"Baik," ucap Arkha lalu mulai memeriksa pekerjaan yang Dita kirimkan.
Dita mengamati Arkha secara seksama. Ia juga mengingat pesan pria itu kemarin, yang ia balas dengan tolakan halus. Lagipula, siapa dirinya hingga harus melibatkan Arkha dalam masalah pribadinya.
"Dita, saya mau kamu memastikan lagi ke departemen terkait untuk bagian yang ini," tunjuk Arkha pada laptopnya. "Tolong kesini sebentar," titah Arkha lagi.
Dita menurut saja. Ia kini berdiri di sisi kanan kursi Arkha. Punggungnya sedikit membungkuk dengan arah pandang tertuju pada Laptop Arkha. Jarak mereka terbilang dekat, dan sayangnya tidak ada yang menyadarinya. Hingga pintu ruangan itu tiba-tiba saja terbuka karena kedatangan Wisesa.
Dita sontak menegakkan tubuh, seiring Arkha yang juga bangkit dari kursi. Arkha tampak merapikan jasnya, membuat Dita ikut memeriksa penampilannya yang sebenarnya tidak kenapa-kenapa.
"Belum siap untuk berangkat?" tanya Wisesa seraya berjalan mendekat.
"Arkha menyusul saja, Kek. Karena Dita masih perlu melaporkan hasil rapat bersama departemen operasional tadi," jawab Arkha.
"Maaf, Pak. Mungkin kita bisa berdiskusi lewat video call nanti, selama Pak Arkha di perjalanan," usul Dita pada Arkha.
Arkha melirik Dita yang sudah berpindah tempat. "Saya tidak begitu nyaman jika berdiskusi di dalam perjalanan."
Dita terkejut mendapati jawaban seperti itu. Ditambah keberadaan Wisesa membuat Dita tambah canggung. Ia terus memutar otak mencari solusi.
"Bagaimana kalau hari senin pagi saja, Pak?" tanya Dita.
"Acara akan digelar dalam waktu dua minggu lagi, saya perlu memeriksa segala sesuatunya dengan segera. Jadi, bisa cepat dikoreksi dan diperbaiki secepatnya juga. Bagaimana kalau kamu ikut saya saja ke Bandung. Jadi kita akan berdiskusi hari Sabtu besok," jelas Arkha lagi-lagi mengejutkan Dita.
Wisesa menatap kedua anak muda itu secara bergantian, seraya menerka-nerka sesuatu. "Ya, sudah. Tiga puluh menit lagi, Kakek tunggu di bawah," ucap Wisesa lalu beralih pada Dita, "cukup kan, untuk kamu bersiap dalam waktu setengah jam?"
"Cukup, Pak," jawab Dita cepat. Ia langsung pamit pada Arkha dan Wisesa. Yang ada di pikirannya sekarang hanya bagaimana caranya bersiap dalam waktu 30 menit, sementara ia perlu kembali pulang ke Kos. Tidak ia duga, mobil Arkha dan Kakeknya itu sampai menjemputnya di depan Kos. Membuat ia tidak enak hati.
Begitu di dalam mobil, Dita baru benar-benar sadar kalau saat ini ia ikut keluarga bosnya ke luar kota dan bukan untuk keperluan pekerjaan. Hanya kebetulan saja Arkha yang tidak mau menunda pekerjaan hingga hari senin.
"Dita, mana hasil rapat tadi?" tanya Arkha tiba-tiba.
Dita terkejut sesaat, tapi dengan sigap mengeluarkan tablet miliknya dari dalam tas, lalu mulai membacakan notula rapat. Arkha menyimak dengan seksama, sambil juga melihat file notula itu di tablet miliknya. Diskusi berlangsung selama perjalanan yang melewati Tol Cipularang itu.
Diam-diam Dita heran sendiri pada Arkha yang tidak konsisten dengan ucapannya. Tadi pria itu bilang tidak nyaman jika berdiskusi di tengah perjalanan. Namun, sekarang pria itu begitu serius membicarakan rencana Wedding Festival itu. Wisesa juga sesekali ikut memberi saran.
Mereka akhirnya tiba di tujuan pukul sepuluh malam. Mobil berhenti di lobi Grand Wisesa Resort (GWR), Dita turun bersama Arkha sementara Wisesa menunggu di dalam mobil bersama Pak Rusdi. Berjalan ke dalam resort, Dita mengerti kalau ia akan menginap di resort ini sementara Arkha dan kakeknya akan pulang ke rumah mereka.
Kedatangan ia dan Arkha disambut dengan sangat baik oleh para petugas resort. Dita dapat menyaksikan bagaimana hubungan baik yang terjalin antara Arkha dengan para pegawai bahkan hingga level paling bawah.
"Pak Arkha, saya ke kamarnya dengan bapak ini saja," bisik Dita lalu menunjuk petugas resort yang berjalan lebih dulu dengan membawa serta tas miliknya. "Pak Arkha langsung pulang saja, kasihan Pak Wisesa menunggu kelamaan di depan."
Arkha tampak mengusap tengkuknya, tapi tidak mengucap apapun. Ia menghentikan langkah lalu memanggil pegawai resort yang membawakan tas Dita. Entah apa yang mereka bicarakan karena Dita memilih sedikit menjauh.
"Kalau begitu, saya pulang, Dita," ucap Arkha.
"Terima kasih banyak, Pak Arkha," balas Dita.
Arkha sudah membalikkan tubuh dan pergi dari sana. Dita kembali mengikuti pegawai resort menuju kamar yang akan ia tempati malam ini. Dan, begitu tiba di kamar itu, Dita merasa takjub. Kamar yang ia datangi ini ia yakini adalah kelas kamar termahal yang ada di GWR.
Dita sibuk berdecak kagum dalam hati. Pegawai staf yang pamit pun, tidak ia hiraukan. Dengan norak, Dita memeriksa seluruh sudut kamar itu. Kaca yang membentang di sisi tempat tidur, balkon serta kolam renang pribadi, jangan lupakan interior estetik yang memanjakan matanya.
Ditengah keterpanaannya, muncul pemikiran kalau staf tadi salah mengantarnya. Mungkin seharusnya bukan kamar ini yang ia tempati, pikir Dita. Namun, sebuah pesan masuk di ponselnya yang berasal dari Arkha.
Arkha : Saya harap kamu suka dengan kamar yang kamu tempati sekarang. Selamat berlibur. Selamat ulang tahun, Dita.
TBC
Oh ya, temen-temen aku mau info kalau Dita dan Arkha ini sudah tamat di KK. Mulai berbayar di Bab 40an kalau ga salah. Agak beda sedikit sama versi repost sekarang ini. Tapi secara alur sama kok. Yang mau baca lebih cepet yuk mampir ke akun KK Luckyniss 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Dita and The Boss✅| Lengkap Di Karyakarsa
ChickLitCinta berada di urutan kesekian dalam daftar tujuan hidup yang ingin dicapai Dita. Bahkan saat sang adik naik ke pelaminan lebih dulu, Dita tidak masalah. Ia sibuk bekerja dan mengumpulkan uang, demi memenuhi standar sang ibu yang menilai kesuksesan...