Hingga siang menjelang, kebingungan Dita masih belum terjawab. Ditambah Arkha sepertinya tidak juga ingin menjelaskan. Sejak awal Dita sudah memaklumi sikap Arkha yang irit bicara itu. Lagipula mungkin juga ia terlalu ingin tahu, tadi. Sebenarnya ia cuma penasaran sejak kapan pria itu tinggal di GWA, karena yang Dita tahu Arkha tinggal di rumah kakeknya.
Pagi ini Dita memulai pekerjaannya dengan mendatangi departemen operasional di lantai lima. Hari jumat lalu saat rapat, Pak Dennis selaku Direktur Operasional mengatakan keberatan atas pembangunan GWM 2 dalam waktu dekat. Dikarenakan ada beberapa event yang akan diselenggarakan dalam kurun waktu enam bulan ke depan.
"Pagi, Nao!" sapa Dita begitu tiba di kubikel yang berada tepat di ruangan Pak Dennis.
Naomi, sekretaris Pak Dennis, membalas sapaan Dita dengan senyum lebar. Gadis cantik itu memang sudah mengenal sejak Dita masih bekerja di Mal. Dimana jabatan Dita saat itu masuk ke dalam departemen operasional GWM.
"Langsung masuk aja, Dit. Pak Dennis mau kasih proposalnya langsung ke elo," Naomi menunjuk ruang kerja atasannya dengan pulpen di tangannya.
"Oke," balas Dita lalu membawa langkahnya menuju ruangan itu. Mengetuk pintu sebanyak tiga kali, Dita lantas menyentuh gagang pintu, dan mendorongnya pelan. "Selamat pagi, Pak Dennis," sapanya kemudian.
"Ya," balas Pak Dennis. "Duduk," perintahnya pada Dita.
"Tujuan saya kesini ...."
"Ingin mengambil proposal event, kan?" Pak Dennis tiba-tiba menyela kalimat Dita.
"Iya ... Pak," sahut Dita.
"Proposal event apa?" Pak Dennis kembali bertanya.
Dita cukup mengerti kalau situasi saat ini sangat tidak baik untuknya. Namun, yang tidak ia pahami, apa yang membuat Pak Dennis kesal padanya seperti ini?
"Proposal event Music Festival dan Wedding Fair, Pak."
"Masih ingat kamu rupanya?" Ada seringai tipis di wajah pria berusia lima puluhan itu saat mengatakannya.
"Tentu, Pak!" balas Dita cepat.
"Tapi, kenapa kamu tidak menyampaikannya pada atasan kamu?" Suara Pak Dennis terdengar dingin.
"Baru menjadi sekretaris Dirut saja gayamu setinggi langit, Dita!" seru Pak Dennis lagi.
"Maaf Pak, saya tidak mengerti kenapa Pak Dennis marah seperti ini pada saya," ungkap Dita jujur.
Pak Dennis meletakkan dua proposal yang sudah dijilid rapi ke atas meja kerjanya. Lalu membuka halaman demi halaman proposal yang merupakan gabungan hasil kerja antara departemen pemasaran dan operasional itu. Hingga pada lembar pengesahan, jari telunjuknya menunjuk pada tanda tangan milik Dita di sana.
Ingatan Dita kembali pada masa ia bekerja di Mal. Perencanaan event itu memang sudah ada sejak ia masih di Mal dulu. Dan, ia juga sempat menyampaikannya pada Arkha saat pertama kali ia menemani Arkha meninjau area yang akan dibangun GWM 2.
"Bukankah kamu yang paling tahu dengan rencana kerja departemen operasional tahun ini? Tapi kenapa kamu tidak berusaha menyampaikannya pada Pak Arkha?" tanya Pak Dennis.
"Tapi menurut saya itu bukan kapasitas saya sebagai sekretaris ...."
"Jadi, benar kamu sedang berlagak menjadi sekretaris yang baik dan patuh dengan mendukung semua ide dari Pak Arkha. Meskipun kamu tahu ada opsi yang lebih baik dari gagasannya itu?" Pak Dennis menghentikan Dita yang akan membela diri.
"Tapi, pak ...."
"Saya tidak menyangka attitude kamu menjadi rendah seperti ini, Dita. Kamu pikir dengan menjadi sekretaris direktur utama, kamu bisa bersikap angkuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dita and The Boss✅| Lengkap Di Karyakarsa
Literatura FemininaCinta berada di urutan kesekian dalam daftar tujuan hidup yang ingin dicapai Dita. Bahkan saat sang adik naik ke pelaminan lebih dulu, Dita tidak masalah. Ia sibuk bekerja dan mengumpulkan uang, demi memenuhi standar sang ibu yang menilai kesuksesan...