Hadirnya kembali Aji di kehidupannya, seakan memberi suasana baru dalam dunia Dita. Berteman dengan Aji membuat Dita kembali pada circle pertemanannya yang dulu saat masih bekerja di Mal. Beberapa hari ini, ia selalu menghabiskan waktu makan siang bersama Aji dan Tania, karena kebetulan Aji dan Tania sedang dalam shift pagi.
Namun, kali ini Dita tidak bisa turun ke bawah untuk makan siang karena pekerjaannya yang menumpuk. Sebagai gantinya, ia berjanji untuk menonton film bersama Aji dan Tania sepulang kerja. Makanya, saat waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam, Dita mulai bergegas merapikan meja kerjanya.
Diketuknya perlahan pintu ruangan bosnya. Seperti biasa, Arkha tampak fokus dengan layar laptop di hadapannya. Dita sempat melihat pria itu mengangkat wajah sebentar, sebelum kembali menurunkan pandangan.
"Pak Arkha, saya sudah mengirim jadwal final untuk Pak Arkha besok," lapor Dita begitu tiba di hadapan Arkha.
"Baik, nanti akan saya periksa," jawab Arkha masih setia menunduk.
"Jika ada yang ingin diubah atau dibatalkan, bisa langsung menghubungi saya saja, Pak. Jadi akan segera saya konfirmasi ke pihak yang terkait," balas Dita.
Samar terdengar, Arkha hanya menggumam menanggapi pemaparan Dita.
"Saya permisi pulang ya, Pak," kata Dita lagi dan kali ini mampu membuat pria di hadapannya itu mengangkat wajah.
Arkha tampak menganggukkan kepalanya seraya menarik sedikit kedua sudut bibirnya, membentuk lengkungan tipis. "Hati-hati di jalan, Dita," pesannya kemudian.
"Iya, Pak," jawab Dita cepat.
Langkah Dita sedikit lebih panjang saat menjangkau lift untuk membawanya turun. Dari gedung perkantoran itu Dita keluar menuju lobi utama, lalu berbelok kanan menuju GWM. Masih di lantai dasar itu, Dita mendatangi sebuah restoran yang berada di sisi utara Mal. Karena di sana Aji bersama Tania dan pacarnya menunggu Dita untuk makan malam bersama, setelah itu dilanjutkan dengan menonton film di pukul delapan malam.
Film bergenre komedi dengan nuansa lokal Indonesia itu selesai mereka tonton saat jam mendekati pukul sepuluh malam. Dari dalam bioskop, Tania dan kekasihnya sudah pamit lebih dulu untuk pulang. Sementara itu Dita dan Aji lebih santai saat berjalan meninggalkan bioskop, lalu turun ke lantai dasar.
Seluruh outlet di Mal sudah tutup saat ini. Sebagian penerangan sudah dimatikan, pencahayaan yang tersisa hanya di bagian akses jalan dari bioskop menuju pintu-pintu keluar yang tersedia.
"Bukannya lo harusnya ke sana?" Dita menunjuk arah jalan menuju parkiran motor, saat Aji terus berjalan di sampingnya.
"Gue antar lo dulu sampai lobi depan. Nggak mungkin lah, gue biarin lo jalan sendiri dalam keadaan kayak gini." Aji mengedarkan pandangan ke sekitar di mana Mal tampak sepi.
Salah satu sudut bibir Dita berkedut sebentar saat mendengar jawaban Aji, lalu membiarkan Aji berjalan mengikutinya.
"Ya, walaupun gue tau lo berani-berani aja jalan sendirian. Penunggu sini juga kayaknya malah takut sama lo, Dit. " celetuk Aji kemudian, membuat Dita terkekeh juga.
"Iya sih, tujuh tahun gue kerja di sini. Cuma selisih tiga tahun sama usia bangunan ini." Dita menimpali, membuat Aji tertawa geli.
Hingga tawa Aji terhenti, ketika melihat ada orang lain di sana selain mereka. Tepatnya di depan sebuah outlet kosong. "Pak Arkha," kata Aji pelan.
Dita refleks menghentikan langkah, bertepatan dengan pemilik nama yang disebut oleh Aji menoleh ke arahnya. Sorot mata pria yang berdiri seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana itu, seolah mengunci pandangan Dita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dita and The Boss✅| Lengkap Di Karyakarsa
Romanzi rosa / ChickLitCinta berada di urutan kesekian dalam daftar tujuan hidup yang ingin dicapai Dita. Bahkan saat sang adik naik ke pelaminan lebih dulu, Dita tidak masalah. Ia sibuk bekerja dan mengumpulkan uang, demi memenuhi standar sang ibu yang menilai kesuksesan...