🔫Tino-02🔫

12.7K 1.3K 92
                                    

Disini komennya gercep, tapi votenya hmmmm.

Ayo dong vote, jangan diem aja.

200 vote dan 75 komen.

.....

Rintik hujan tak membuat gadis berambut pink lembut itu gentar, dia mengenakan dress putih dan sedang menunggu seseorang.

"Maaf Ribella, aku tadi ada urusan sebentar."

Ribella menoleh kearah Ardo, ya dia menerima ajakan Ardo untuk makan malam bersama, senyum lugu Ribella berikan saat Ardo keluar dari dalam mobilnya.

Dia mengenakan kemeja biru dan celana panjang hitam, dia memang tampan tapi bukan selera Ribella.

Urusan dengan salah satu jalangmu yang pastinya. Batin Ribella mencibir.

Wajahnya masih memasang ekspresi lugu yang imut, tapi isi kepalanya sudah mengumpat berulang kali saat menerima uluran tangan Ardo.

Tenang, ini tak akan lama, karena saat lelaki ini akan menunjukan niat aslinya, maka dia habis saat itu juga.

"Kita makan di hotel Ludero saja ya, aku harus menemui beberapa temanku." ujar Ardo.

Ribella mengangguk dengan wajah polosnya, dan bisa Ribella lihat tatapan penuh kepuasan dimata Ardo.

Cih, kau kira bisa menjebakku? Tolol kau dasar otak selangkangan.

Mereka pergi ke hotel yang Ardo sebutkan, untuk malam ini saja Ribella tak bisa mengawasi Tino.

Padahal sudah 2 hari sejak Ribella memberikan miniatur itu, Tino sudah mulai membuka diri pada Ribella dan berteman hanya pada Ribella.

Dan setiap malam juga Ribella akan mengawasi gerak-gerik Tino.

Dimana pun lelaki itu berada, Ribella tau dan sangat tau.

Ya, itu mudah bagi Ribella mengetahui posisi Tino, malam ini saja Ribella tau dimana Tino.

Dia sedang menghadiri event khusus cosplayer anime, Ribella hanya memantau nantinya, tapi bisa ada gadis yang mendekati Tino-nya, maka ucapkan selamat tinggal pada dunia.

Setibanya Ribella di hotel, Ardo menariknya menuju club terlebih dahulu yang ada didepan hotel.

"Kita temui teman ku yang lain yah."

Ribella mengangguk patuh, dia akan mengikuti permainan Ardo untuk saat ini.

.....

Tino berjalan dengan tenang di trotoar jalan, dia sudah puas mendatangi event dan baterai kehidupannya menipis.

Tino lelah.

Dia berjalan melewati sebuah hotel yang memiliki gang buntu dikanannya.

Gerimis tak membuat Tino melipir, dia mengenakan hodie hitam dan masker coklat, tatapan matanya begitu datar.

Tapi Tino mendengar suara dari gang tersebut.

"Tolong.."

Tino seharusnya tak perduli, tapi melihat siluet rambut pink yang begitu dia kenali membuat Tino berlari menuju gang tersebut.

"Ribell, astaga apa yang terjadi!?" Tino meringis melihat bentuk dress Ribella yang sobek dan hampir memperlihatkan dadanya.

Dengan sigap Tino melepaskan hodienya dan memakaikannya ke Ribella, matanya melihat mayat seorang pria dengan tangan tertekuk terbalik.

Pria itu mati, Tino tak kenal sama sekali.

"Apa yang terjadi Ribell, katakan padaku." bujuk Tino pelan.

Ribella menangis lirih "Ardo hampir memperkosa ku..l-lalu aku melawan tapi dia terlalu kuat,"

"Terus kenapa Ardo bisa seperti itu?"

"Aku gak tau, soalnya aku pingsan setelah dia mukul kepala aku pakai balok..dan begitu aku bangun dress aku udah robek dan dia udah gak bernapas dengan tangan tertekuk."

Tino memeluk Ribella erat lalu menggendong gadis itu dengan mudah, walau tinggi Ribella itu lebih 2 cm daripada Tino.

Tapi gadis ini ringan "Kita akan ke kantor polisi, kau tenang saja."

Ribella mengangguk, dia memeluk leher Tino guna menyembunyikan senyum lebarnya.

Degup jantung Ribella menggila, dia berusaha untuk tidak tertawa disaat seperti ini.

Tapi tak bisa, tubuhnya malah bergetar menahan tawa "Sst, tak apa Ribell, ada aku, kau tak perlu takut."

Tino salah mengartikan, dia kira Ribella bergetar karena takut, padahal nyatanya dia tengah menahan tawa.

"Iya..Tino.." lirih Ribella bergetar.

Tino mengelus rambut pink lembut Ribella, dan mengecup pucuknya pelan.

"Jangan takut lagi."

Ribella benar-benar mencintai Tino, dia begitu perhatian dan terus menenangkan Ribella.

Padahal, kejadiannya tak seperti itu.

5 menit sebelum Tino lewat, Ribella berhasil mematahkan tangan Ardo dan menghabisinya dengan mudah.

Tapi salah satu pengawas Ribella mengatakan padanya kalau Tino lewat jalan depan gang tempat dimana Ribella menghabisi Ardo.

Dan disana Ribella langsung merobek dressnya sendiri dan mengatur napas, dia mengusap rambutnya agar berantakan lalu menitihkan air mata dengan mudah.

Seolah dia sedang ketakutan, tubuhnya bergetar "Tolong.." rintihnya memulai akting.

Dan yah, Tino lewat setelahnya.

Benar-benar terencana, dan hebat, Ribella mampu mengatur semua dengan baik sampai Tino terjebak dalam akting Ribella.

Baguslah, itu akan semakin bagus kalau Tino bisa dia kurung di suatu ruangan dimana hanya Ribella saja yang boleh melihatnya.

Nanti, Ribella akan membuat Tino bergantung pada Ribella dan membuat Tino tak mau jauh-jauh darinya.

Saat itu akan segera tiba.

🔫Bersambung🔫

Wibu x Social Butterfly [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang