🔫Tino-07🔫

9.7K 1K 100
                                    

Terlalu lama targetnya penuh, terlalu malas untuk up karena gak penuh-penuh.

Tapi mau ini end lusa, jadi mau gak mau harus up.

200 vote dan 70 komen, BURU!

.....

Katakan pada Tino, kalau kabar ini tidak benar?

Bukannya tadi Ribella masih baik-baik saja? Tapi kenapa Roka menghubungi Tino dan berkata kalau Ribella masuk rumah sakit!

Dan lebih parahnya, Roka bilang keadaan Ribella kritis, Tino kan jadi panik setengah mati kalau udah begini.

Dengan hanya mengenakan piyama biru kilat panjang lengkap dengan celana panjangnya, Tino berlari di koridor rumah sakit.

Sudah jam 11, Tino menerobos masuk karena terlalu kalut.

Dia menahan air matanya, benar-benar takut Ribella kenapa-napa.

Di depan UGD, Tino melihat Roka bersama seorang pria yang tampak tak asing.

"Roka, bagaimana dengan Ribell..hiks.."

Keduanya menoleh, jantung Tino berdegup cepat saat melihat sosok mantan sahabat gila nya ada disana, dengan pakaian yang bisa dibilang agak memprihatinkan.

Dia hanya menganakan kaus polos putih dan celana selutut, terlihat tipis, dan Tino bisa melihat rembesan air dibagian dada Digo.

"Kenapa dia disini Ka?" tanya Tino mulai merasa marah, kenapa harus ada si bangsat ini disini!

Roka menghela napas panjang, seharusnya dia tak membawa Digo juga, tapi tadi Digo mendengar kabar ini dan mengamuk minta ikut.

Karena tak mau membuat orang di rumah Ribella terganggu.

"Ribella membeliku, dia menjadikanku lacur pribadinya, kau tak taukan?" angkuh Digo seraya bersidekap dada.

Dia menatap Tino dengan tatapan sombong, merasa jika dia berada diatas Tino.

Tino terdiam, kan, ini yang dia takuti!

Dia takut, disaat Ribella tak bisa mendapatkan apa yang dia mau, maka dia akan mencari dari orang lain.

Tino tak mau tersulut emosi, dia mendengus sinis "Lo lacurnya, tapi gue miliknya, dia pake badan lo karena gak mau ngerusak gue." balasnya telak.

Digo tak bisa berkutik, dia teringat jika Ribella berkata dia sudah punya kekasih.

"Cih." decihnya malas.

Tino terlihat puas, dia kini menatap kearah Roka "Jadi keadaan Ribell bagaimana?"

"Sudah melewati masa kritis, dia pergi ke rumah sepupu jauhmu Tino, aku lupa namanya, Ibell di keroyok, walau Ibell menang tapi diakhir dia dipukul pakai pemukul baseball besi berulang kali dan diakhiri tembakan dibahu."

Tak bisa berkata apapun lagi, Tino hanya diam, berharap Ribella baik-baik saja.

"Eh? Itu dada nya kenapa?" sewot Tino bertanya.

Soalnya daritadi dia ngeliat Digo ngeringis saat tangannya menyentuh dada sendiri.

"Ribella memberikannya pil perangsang Asi pada Digo."

"Ihh! Kok cuma Digo sih, kemarin gue mau minta juga tapi gak dikasih sama Ribell!"

"Bella maunya susu dari dadaku" ejek Digo.

"Apaan, susu lo beracun, nanti Ribell keracunan!"

"Buktinya aku yang diberi pill itu, bukan kau."

"Diam lo! Nanti gue minta sama Ribell, dia bakal kasih apapun yang gue mau."

"Coba saja."

Roka hanya mampu menghela napas pelan, kenapa sih, kedua laki-laki ini harus bertikai untuk hal yang tak penting.

Roka sendiri menatap dari kaca pintu, menatap Ribella yang masih memejamkan matanya.

Ibell, Roka menunggu Ibell sadar, semoga Ibell baik-baik aja ya.

Roka tak masalah kalau Ribella bersama pria lain, asal dia bisa melihat Ribella bahagia dan tersenyum sepanjang hidupnya.

Kebahagiaan Ribella adalah kebahagiaan Roka sendiri.

🔫Bersambung🔫

Wibu x Social Butterfly [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang