Jam makan malam baru saja berakhir beberapa waktu lalu. Setelah memastikan Nanon meminum obatnya, Tay pergi ke kamar untuk beristirahat. Masih terlalu dini untuk tidur, Tay memutuskan untuk menonton TV sebentar sembari menunggu rasa kantuk datang.
Jari Tay sibuk memencet tombol remote, Memilih saluran yang akan ia tonton. Pilihannya jatuh pada sebuah saluran yang menayangkan talkshow dengan Davikah sebagai bintang tamunya. Perempuan itu tampak elegan. Ia tampil memukau dengan balutan dress yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Terbit segaris senyum di bibir Tay. Siapa yang tahu wanita cantik itu dulu pernah mengikat janji suci dengannya. Sayang kisah mereka tak berakhir dengan baik.
"Andai kamu tau Dav, Anak kamu disini mengidolakan ibunya sendiri. Dia sesuka itu sama kamu. Mungkin ini yang disebut ikatan batin ya Dav. Nanon lagi sakit sekarang, Ngga ada yang tau sampe kapan Nanon kuat bertahan. Semoga kamu ngga menyesali pilihan kamu ya Dav." Tay berbicara pada layar TV yang masih menampilkan obrolan Davikah dengan sang pembawa acara.
Kenangan pahit itu terputar dengan sendirinya. Saat Davikah meminta untuk berpisah setelah 1 bulan mengejar karir di ibu kota. Semula memang Davikah hanya meminta izin untuk mengikuti casting di ibu kota. Namun setelah itu ia benar benar sulit dihubungi. Apalagi kala itu Nanon baru berusia 15 hari. 1 Bulan kemudian Davikah kembali, Bukan untuk melepas rindu dengan keluarga melainkan untuk meminta bercerai. Ia membiarkan Tay memiliki Nanon dengan syarat pernikahan mereka dirahasiakan. Sementara dirinya pergi ke ibukota lagi, Berpura pura menjadi gadis di depan awak media. Semua jejak pernikahannya dengan Tay ia lenyapkan, Seolah itu adalah aib.
Tay saat itu sangat kecewa, Namun ia mencoba ikhlas dan menyibukkan diri dengan merawat putra kecilnya itu. Nanon tumbuh tanpa tahu siapa ibunya. Dulu saat ia berusia 5 tahun, Nanon sempat bertanya mengapa ia tidak memiliki ibu seperti teman temannya. Tay hanya menjawab kalau ibunya sedang bekerja di luar kota.
Pertanyaan itu muncul lagi 10 tahun kemudian. Saat itu Tay merasa Nanon sudah cukup mampu untuk memahami ucapannya. Tay menjelaskan pada putra kesayangannya, Ada seorang perempuan yang harus meninggalkan keluarga kecilnya demi sebuah karir yang diimpikan. Ia memimpikan karir itu jauh sebelum memiliki keluarga.
Sejak saat itu Nanon benar benar berhenti menanyakan dimana ibunya. Citra ibunya menjadi begitu buruk di mata Nanon. Baginya, Wanita yang meninggalkan suami dan putranya hanya untuk meraih kesuksesan adalah wanita yang egois dan paling buruk diantara wanita wanita lain.
***
Nanon terbangun dari tidurnya yang tak begitu nyenyak. Kepalanya terasa pusing, Selalu saja begitu. Ia merindukan saat saat dimana dirinya malas untuk beranjak dari tempat tidur karena terlalu nyaman berada disana. Kini berlama lama diatas kasur membuatnya merasa mual.
"Udah bangun Non?" Tanya Tay yang rupanya sudah berdiri di ambang pintu sejak tadi.
"Ayah..." Nanon berkata dengan suara lirih. Mendengar panggilan malaikat tanpa sayapnya itu Tay segera mendekat.
"Gimana tidurnya? Nyenyak?" Nanon menggeleng. Ia justru merasa kelelahan.
"Aku cape yah. Aku ngga mau kaya gini terus." Keluh Nanon. Rasanya sangat sakit mendengar Nanon mengeluh sepagi ini. Namun Tay memakluminya, Ia tahu apa yang terjadi pada putranya bukanlah hal yang mudah.
Dengan penuh kelembutan Tay memeluk Nanon, Mengelus punggung anak itu perlahan lahan. Yang dapat Tay lakukan jika Nanon mulai putus asa hanyalah memberinya dorongan moral.
"Nanon tahu kan, Nanon itu sama kuatnya dengan batu karang di lautan. Ngga papa ngeluh, Tapi jangan nyerah ya. Kita buktiin ke dunia kalo Nanon bisa sekuat karang yang bertahan ditengah terjangan ombak."
"Tapi ayah harus ada di sebelah aku terus ya, Jangan kemana mana."
"Ayah janji akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan kamu nak. Nanon yang sabar ya, Tuhan lagi nyiapin hal baik buat Nanon.""Ayah maafin aku ya, Aku ngerepot-"
"Ayah ngga suka kalo Nanon punya pikiran kaya gitu. Udah sekarang Nanon mandi, Siap siap buat kelas sama Bu Neen. Bu Neen bentar lagi dateng."Tay melepas pelukan, Ia lalu mencium kening Nanon dan berpamitan sebab ia harus pergi ke kantor saat ini juga.
"Ayah, Pulangnya jangan lama lama ya."
Nanon terlihat menggemaskan saat memegangi tangan ayahnya, Seakan akan tak mau membiarkan ayahnya pergi bekerja. Tay tertawa kecil, Sekali lagi ia memeluk putranya dan melepas genggaman tangan Nanon secara perlahan.
"Ayah janji, Begitu selesai jam kerja ayah langsung pulang. Hari ini Ohm main kerumah kan?"
"Ngga yah, Hari ini dia mau jalan sama pacarnya." Nada bicara Nanon terdengar sedih. Tay tahu apa yang telah terjadi. Ia tahu kalau saat ini Nanon tengah berada di fase cinta bertepuk sebelah tangan dan terjebak dalam zona pertemanan.
"Hari ini ayah makan siang dirumah." Tutur Tay untuk menghibur putranya. Tay paham betul betapa kesepiannya Nanon berada di rumah seharian penuh.
"Bener ya yah, Aku tunggu loh. Aku bakal minta Mbak Jen buat bikinin makan siang yang enak."
Nanon mengantar ayahnya hingga ke depan mobil. Hubungan keduanya memang sangat dekat. Mengingat Nanon hanya memiliki Tay, Begitupun sebaliknya. Mereka saling menjaga satu sama lain.
"Ayah hati hati yaaaa." Ucap Nanon sambil melambaikan tangan, Melepas kepergian ayahnya.
Nanon mengerjapkan mata, Lagi lagi kepalanya terasa pusing. Cepat cepat Nanon masuk kedalam rumah atau Mbak Jen akan menemukannya tergeletak tak sadarkan diri dan membuat ayahnya khawatir.
Haloo jangan lupa vote yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU TAK SETEGAR KARANG ( END )
Fanfiction"Aku cape yah. Aku... Ngga bisa setegar batu karang di lautan."