Suasana kantin saat ini sedang ramai ramainya. Karena tidak mendapat tempat duduk, Ohm memilih untuk membeli 2 porsi siomay dan membawanya ke gazebo yang letaknya tak jauh dari kantin. Disana sudah ada Prigkhing yang menunggunya sembari menggulir layar ponsel.
"Nih babe, Makannya sini aja ya soalnya kantin penuh banget." Tutur Ohm.
"Babe, aku ngga suka kuning telurnya, Buat kamu aja nih." Prigkhing menyendokkan kuning telur di piring siomay nya dan diletakkan diatas piring Ohm.
"Serius kamu ngga suka kuning telur? Nanon malah suka banget, Aku juga. Kita sering banget rebutan kuning telur punya Love, Putih telur kita buat Love."
Prigkhing terdiam. Untuk hal sepele seperti ini saja Ohm masih mengingat Nanon. Sangat memuakkan mendengar nama itu terus keluar dari mulut Ohm setiap harinya. Namun bagaimanapun Prigkhing harus menahan rasa kesalnya demi hubungan yang mati matian ia pertahankan.
"Ohh Nanon suka banget sama kuning telur ya? Ngomong ngomong Nanon gimana kabarnya?"
"Baik, Dia ngedrop kemaren tapi sekarang udah mulai membaik. Oh iya bulan depan rencananya dia mau kemoterapi. Doain ya semoga berjalan lancar."
"Pasti aku doain kok, Nanon itu anak yang kuat, Dia pasti bisa lawan penyakitnya."
'Mati aja kek, Ganggu banget idup lo Non.' Mulut dan hati Prigkhing mengatakan hal yang berbeda.***
"Love, Mau ikut ngga? Gue mau ke rumah sakit."
"Ikuuuut, Bentar gue beresin buku dulu."Ohm merogoh saku celananya untuk mengambil kunci motor sembari menunggu Love selesai berkemas.
"Lo ngomong doang kenceng tapi gerakan lelet banget dah. Nungguin lo beresin buku bisa sambil nyicil motor." Protes Ohm.
"Ya sabar bego, Tas gue udah ngga muat lagi, Perasaan tadi pagi masih muat."
"Makanya kalo ke sekolah tuh pake ransel, Love. Lo sekolah pake tas mini ya ribet jadinya."
"Gue ngga mau dikatain kura kura lagi cuma gara gara gue pake ransel doang."
Ohm tertawa, Ia ingat dulu dirinya dan Nanon juga turut mentertawakan Love. Gadis kecil itu memang terlihat sangat lucu saat menggendong tas punggung yang ukurannya lumayan besar.
"Bodo amat deh, Ntar gue nitip buku cetak di jok lo ya. Yuk cabsss."
Ohm merangkul Love dan berjalan keluar kelas. Di depan kelas mereka berpapasan dengan seorang siswi.
"Loh? Love mau kemana?" Tanya siswi tersebut.
"Mau jenguk Nanon di rumah sakit. Kenapa Ciize? Mau ikut?"
"Lo lupa? Hari ini kita mau makan makan dibayarin sama Jane."Love menepuk jidat, Ia lupa kalau hari ini dirinya sudah memiliki janji bersama teman teman SMP nya.
"Ohm sorry tapi hari ini gue mau rayain ultah temen SMP. Lo ngga papa kan ke rumah sakit sendiri? Kalo sempet ntar gue nyusul deh." Ohm mengangguk, Ia lalu pamit untuk pergi dan meninggalkan Love bersama temannya.
***
Motor Ohm memasuki area parkir rumah sakit. Selain rumah Nanon, Rumah sakit juga menjadi tempat yang sering ia kunjungi.
"Sendiri aja mas, Biasanya sama pacarnya." Ucap tukang parkir yang sudah hafal dengan wajah Ohm. Ia mengira Ohm dan Love adalah sepasang kekasih. Tak mau semakin panjang, Ohm hanya tersenyum.
"Gila kali gue pacaran sama Love, Yang ada nanti Nanon marah karna gue nikung dia. Lagian gue sayang mental kali, Pacaran sama Love bisa bisa gue gila." Ohm menggerutu sepanjang jalan.
Sementara itu di dalam kamar inap Nanon sedang berbaring, Kepalanya terasa pusing. Ia menoleh saat Ohm membuka pintu dan masuk ke dalam.
"Non, Gimana sekarang? Udah enakan?" Ujar Ohm berbasa basi. Ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Nanon.
Nanon masih ingat akan ucapan Prigkhing hari itu. Prigkhing sudah percaya padanya kalau ia dan Ohm hanya sebatas teman tanpa ada perasaan lebih satu sama lain. Cepat cepat Nanon menyingkirkan tangan Ohm dari dahinya. Ia harus menjaga perasaan kekasih Ohm.
"Tadinya Love mau kesini, Tapi ternyata dia udah punya janji sama temen SMP nya yaudah gue kesini sendiri. Oh iya gue jug-"
"Ohm, kepala gue pusing, Gue mau tidur." Ucap Nanon memotong perkataan Ohm. Ia lalu menarik selimut dan memejamkan mata.Sejujurnya Ohm merasa akhir akhir ini Nanon seperti menjaga jarak dengannya. Ia tak tahu mengapa Nanon jadi seperti ini, Sebab Ohm tak merasa telah melakukan kesalahan.
"Yaudah kalo gitu gue pulang aja deh, Istirahat yang cukup ya Non, Biar cepet sembuh."
Nanon merasakan jemari Ohm menyentuh kepalanya. Setelah itu langkah Ohm terdengar menjauh.
"Loh? Udah mau pulang? Tumben cepet banget Ohm." Ucap Tay yang sedari tadi berada di luar kamar.
"Iya om, Katanya Nanon mau tidur."
"Tolong temenin Nanon bentar ya, Om mau beli kopi. Ngga papa kan?"
"Ngga papa kok."Ohm duduk diatas sofa sambil memandangi Nanon yang meringkuk membelakanginya. Entah mengapa Ohm merasa Nanon tak mengharapkan kehadirannya.
Mereka berdua bertahan dalam keheningan. Ohm tahu Nanon tak benar benar tidur, Ia tak mungkin tidur secepat itu. Apalagi tadi Nanon bilang kepalanya pusing, Mustahil Nanon bisa tidur dengan tenang dalam keadaan tersebut.
Untungnya tak lama Tay kembali dengan membawa 2 gelas kopi. Ia menyerahkan salah satunya kepada Ohm.
"Love tumben banget ngga ikut?" Ucap Tay.
"Iya om, Udah ada janji sama temen temen SMP nya.""Kalian beneran mau dateng ke acaranya Davika nanti?"
"Ngga tau sih om, Kita jadi bingung soalnya jadwal fanmeet sama jadwal kemo nya Nanon berada di bulan yang sama dan sama sama belum pasti. Masa iya nanti kita dateng tapi Nanon ngga, Kan yang pengen banget ketemu Davika tuh Nanon, Bukan Love apalagi aku."Tay menganggukkan kepala. Ia memahami situasi ini. Memang akan amat mengecewakan bagi Nanon melewatkan kesempatan untuk bertemu Davika.
"Gini aja, Kalo emang Nanon bener bener ngga bisa dateng, Kalian aja yang mewakili. Nanon pasti ngerti, Kesehatannya jauh lebih penting. Kalian bisa bawain tanda tangan atau apalah itu sebagai penghibur untuk Nanon."
Mata Ohm kembali menatap punggung Nanon. Penantian Nanon selama ini mungkin akan menjadi sia sia belaka.
"Yaudah om kalo gitu aku pamit dulu ya, Nanti kalo Nanon bangun bilangin aku udah pulang. Aku bakal ngomongin masalah ini sama Love, Mungkin dia punya jalan keluarnya."
Sekali lagi Ohm menoleh dan memandangi tubuh kurus Nanon sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan.
Hi, Jangan lupa vote
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU TAK SETEGAR KARANG ( END )
Fanfiction"Aku cape yah. Aku... Ngga bisa setegar batu karang di lautan."