Nanon terbangun dari tidurnya karena cahaya matahari pagi yang menyilaukan matanya. Seorang wanita terlihat sedang menyibakkan tirai jendela.
"Ibu." Nanon memanggil. Wanita itu menoleh dan tersenyum pada Nanon. Davika, Seorang ibu yang keberadaannya mulai diterima oleu buah hatinya sendiri.
"Selamat pagi sayang, Gimana tidurnya? Nyenyak?" Tanya Davika. Nanon tersenyum, Tak seperti biasanya, Malam ini Nanon tidur sangat nyenyak.
"Ibu bakal lama kan disini?" Pertanyaan Nanon membuat Davika terdiam. Ia tidak ingin meninggalkan putranya lagi namun dirinya juga tak mungkin meninggalkan pekerjaannya begitu saja.
"Nanon, Ibu cuma dikasih izin 2 hari doang. Nanti siang ibu pulang ngga papa kan? Kalo ibu ada kesempatan lagi ibu pasti kesini buat nemenin Nanon."
Nanon menghela napas, Lagi lagi ia ditinggalkan karena pekerjaan ibunya. Namun apa yang dapat Nanon lakukan? Haruskah ia marah agar ibunya tak jadi pergi? Tidak. Nanon tidak mau jadi manusia yang egois. Ia tahu hidup ibu bukan hanya untuknya.
"Yaudah deh, Ngomong ngomong kemaren seharian ibu kemana aja?"
"Muter muter kota aja sih, Nostalgia. Terus makan siang sama ayah kamu, Lanjut ngabisin waktu di perpustakaan kota sambil nunggu ayah kamu pulang. Habis itu... Kita berdua jalan jalan, Nonton, Makan malem, Karaoke terus pulang kesini."
"Kalian ngga lagi PDKT lagi kan?" Nanon menggoda ibunya.
"Hahaha ngga lah Non, Kita berusaha untuk berteman dengan baik. Sekarang Nanon mandi gih, Abis itu bantu ibu bikin kue."
Nanon mengangguk, Ia beranjak dari kasurnya dan pergi mandi sesuai titah sang ibu.
***
"Dari dulu, Ayah kamu suka banget sama bolu karamel buatan ibu, Ya walaupun rasanya kaya gula gosong sih hehehe. Tapi ibu udah melatih skill kok, Jadi ngga ada lagi bolu karamel gosong."
Davika sibuk mengaduk adonan bolu sementara Nanon hanya memperhatikan. Wanita cantik itu tak mengizinkan Nanon untuk membantunya, Padahal tadi ia sendiri yang meminta bantuan.
"Bu, Jadi artis itu enak ngga sih?" Nanon mengajukan sebuah pertanyaan.
"Enak, Kamu mau jadi artis? Kalo mau ibu bantuin."
"Ngga bu. Aku cuma penasaran aja, Seenak apa sampe ibu milih jadi artis daripada disini sama aku dan ayah."
Davika menelan ludah, Pertanyaan itu keluar dari mulut seorang anak yang kehilangan kasih sayangnya sejak kecil. Sambil terus bergerak membuat bolu, Davika menjawab pertanyaan Nanon.
"Sebelum kenal ayah kamu, Ibu sudah bermimpi untuk menjadi seorang artis. Mimpi itu masih bertahan sampai ibu masuk universitas yang sama dengan ayah kamu. Kita berkenalan, Kemudian jatuh cinta. Setelah lulus ayah melamar ibu, Dia meminta ibu untuk menikah dengannya. Ibu setuju, Asalkan pernikahan kita ngga menghalangi mimpi ibu untuk jadi artis."
"Ayah menyanggupinya, Bahkan dia bilang dia mau dukung supaya mimpi ibu bisa jadi kenyataan. Ngga lama, Ibu mengandung kamu. Kehadiran kamu ngga direncanakan. Karena awalnya ibu mau fokus mengejar karir dulu dengan dukungan suami. Tapi ngga semua harus sejalan dengan kemauan kita kan? Beberapa bulan kemudian kamu lahir. Ibu mendapat kabar kalau akan ada casting untuk mencari bintang baru. Ibu minta izin ke ayah kamu buat ikut casting itu. Tadinya ayah kamu menolak dengan alasan ibu baru melahirkan, Tapi ibu membantah dengan mengungkit janji ayahmu untuk mendukung mimpi ibu." Davika menarik napas dalam sebelum melanjutkan ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU TAK SETEGAR KARANG ( END )
Fanfiction"Aku cape yah. Aku... Ngga bisa setegar batu karang di lautan."