Ohm berdiri di depan kelas Nanon. Hari ini mereka akan pergi menonton setelah pulang sekolah. Berulang kali Ohm mengintip lewat jendela.
"Ini guru kok betah banget sih ngajarnya, Ngga tau apa gue mau nonton sama Nanon." Gerutu Ohm.
Seolah mendengar keluhan Ohm, Tak lama kemudian guru itu mengakhiri pembelajaran. Nanon dan murid murid lainnya keluar dari kelas.
"Ohm, Udah lama ya nunggunya?" Nanon bertanya.
"Ngga kok, Kalo buat nungguin lo mah sampe lumutan juga gue rela. Kita jadi nonton kan?" Nanon mengangguk dengan semangat.
Ohm merangkul bahu Nanon, Sedangkan Nanon memeluk pinggang Ohm. Mereka berdua berjalan beriringan menuju parkiran. Saat melewati halte dekat sekolah, Mereka bertemu Love. Ohm sengaja memperlambat laju motornya dan membunyikan klakson.
"Nempel mulu kaya upil!!" Seru Love kesal karena terkejut mendengar bunyi klakson motor Ohm.
Ohm dan Nanon tertawa diatas motor setelah berhasil menggoda Love. Mereka terus melanjutkan perjalanan. Lengan Nanon melingkar indah di pinggang Ohm, Sementara kepalanya ia sandarkan pada punggung laki laki itu.
"Ohm, I love you..." Ucap Nanon. Ia tahu Ohm tak akan mendengarnya karena Ohm akan mendadak bolot jika berada diatas motor.
"Lo tau ngga, Gue ngerasa beruntung banget bisa jadi pacar lo. Kita bisa gini terus ngga ya Ohm. Gue mau bonceng motor lo tiap hari, Makan di kantin bareng lo, Nonton film, Main game seharian kalo akhir pekan. Jangan pergi dari gue ya Ohm."
***
Ohm terlihat sangat menikmati jalan cerita dalam film bergenre komedi yang saat ini mereka tonton. Berulang kali tawanya pecah. Berbeda dengan Ohm, Nanon justru lebih fokus pada orang di sampingnya. Ia tersenyum melihat gelak tawa bahagia Ohm.
'Tuhan, Semoga Ohm selalu bisa tertawa seperti ini.' Batin Nanon. Matanya tak melepas pandangan dari sosok Ohm yang masih belum sadar kalau dirinya tengah diperhatikan oleh Nanon.
Nanon sangat terkejut saat Ohm balik menatapnya. Mata mereka beradu pandang untuk beberapa detik.
"Fokus sama filmnya ya sayang." Tutur Ohm tanpa suara. Nanon tersenyum, Ia mengangguk dan memalingkan wajah.
Ini bukan kali pertama Ohm memanggilnya sayang, Namun rasanya masih sama seperti saat awal awal mereka menjalin kasih. Nanon seperti merasakan geli di perutnya tiap Ohm memanggilnya dengan sebutan sayang.
Di tengah tengah pemutaran film, Tangan Ohm meraih tangan Nanon. Ia menggenggamnya erat erat.
Para penonton tersenyum karena film akhirnya berakhir bahagia. Film komedi yang menyelipkan unsur kesedihan ini sukses menghibur.
"Gue pengen deh, Cerita kita berakhir bahagia juga kaya film tadi." Ujar Nanon saat mereka berjalan di tempat parkir. Mereka sudah menghabiskan waktu bersama. Mulai dari menonton, Makan siang hingga bermain di timezone. Ohm sangat menikmati waktunya bersama Nanon. Meski kegiatan seperti ini sering ia lakukan bersama Prigkhing saat mereka masih bersama, Rasanya berbeda. Sebab Ohm menjadi dirinya sendiri ketika ia bersama Nanon.
Tubuh Nanon merasa sedikit lelah, Namun ia tak mempedulikannya. Rasa lelah itu tak ada artinya asal ia bersama Ohm.
"Non lo ngga papa? Lo keliatan lesu banget." Ucap Ohm khawatir.
"Gue ngga papa kok Ohm, Cuma kayanya agak kecapean aja. Mungkin karena keasikan main di timezone tadi kali ya." Nanon memaksakan diri untuk tersenyum agar Ohm tidak semakin khawatir.
"Yaudah ayo kita pulang, Biar lo bisa cepet istirahat."
Nanon merasakan tubuhnya sangat kelelahan. Ia memejamkan mata sembari bersandar di punggung Ohm sepanjang perjalanan pulang.
***
Malam harinya Nanon demam tinggi, Tubuhnya menggigil. Rasa lelah itu terus menyerangnya hingga kini. Nanon ingin bangun dan memberi tahu ayahnya namun ia tak bisa. Tubuh Nanon sangat lemas, Seolah seluruh tulangnya telah di luluh lantahkan. Pada akhirnya Nanon hanya memejamkan mata, Berharap semuanya baik baik saja.
Waktu terasa berputar lebih lama dari biasanya. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Nanon kembali merasakan hal seperti ini. Kamarnya mendadak sedingin kutub, Sekuat apapun Nanon meringkuk dalam selimut tetap saja terasa dingin.
"Ayah..." Rintih Nanon. Sayangnya Tay tak mungkin bisa mendengar rintihan itu.
Jam beker berbunyi, Menandakan hari sudah pagi. Nanon menyentuh dahinya sendiri, Ternyata demamnya sudah turun. Nanon masih berpikiran positif dengan menganggap demam semalam karena tubuhnya kelelahan. Akhir akhir ini ia memang sangat aktif, Menikmati kehidupannya sebagai seorang siswa.
Seperti biasa, Ohm datang menjemput Nanon untuk berangkat sekolah bersama. Nanon tak menceritakan soal demamnya semalam pada Ohm karena ia tak mau membuat Ohm khawatir.
"Belajar yang bener ya, Ntar pulang sekolah kita makan mie rebus di warung depan sekolah." Ujar Ohm. Tangannya menepuk pelan kepala Nanon beberapa kali.
"Siap bos, Lo juga belajar yang bener ya biar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan."
Ohm meninggalkan Nanon dan pergi menuju kelasnya sendiri. Nanon terus memandangi punggung Ohm yang menjauh. Saat ini, Ia merasa ada yang tak beres dengan tubuhnya.
***
Tangan Nanon sibuk meliuk liukkan pena diatas buku. Ia sedang mencatat materi yang diberikan oleh guru di depan kelas.
Mata Nanon terbelalak saat setetes darah segar jatuh diatas kertas putih. Tetesan berikutnya menyusul beberapa detik kemudian. Nanon panik, Ia menutup hidungnya menggunakan punggung tangan.
"Prom, Punya tisu ngga?" Tanya Nanon. Prom yang juga sedang sibuk mencatat lantas menoleh. Ia terkejut melihat hidung Nanon mengeluarkan banyak darah.
"Gue ngga punya, Tapi kayanya June punya deh. Bentar ya gue mintain dulu." Prom berinisiatif untuk meminta tisu pada salah seorang siswi yang duduk di seberang mereka.
"June, Minta tisu dong, Buat Nanon." Prom berbisik, Ia takut mengganggu kegiatan belajar mengajar.
"Emang Nanon kenapa?" Tanya June sambil menyerahkan beberapa lembar tisu pada Prom.
"Mimisan."Prom memberikan tisu yang tadi ia minta dari June kepada Nanon. Ia tampak cemas melihat Nanon yang sedang mimisan.
"Non, Izin ke UKS aja." Ucapnya. Ia membantu Nanon mengelap darah di buku.
"Ngga usah, 10 menit lagi istirahat kok."
10 menit kemudian bel istirahat benar benar berbunyi. Usai sang guru pergi meninggalkan kelas, Nanon berlari menuju kamar mandi karena darah terus mengalir dari hidungnya meski berkali kali diseka.
"Tuhan, Tolong jangan lagi..."
Halo, Jangan lupa vote yaaa, Thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU TAK SETEGAR KARANG ( END )
Fanfiction"Aku cape yah. Aku... Ngga bisa setegar batu karang di lautan."