Ohm dan Prigkhing sudah pergi beberapa waktu lalu namun ucapan Prigkhing masih mengganggu pikiran Nanon. Nanon melamun, Pikirannya melayang entah kemana.
"Mas Nanon kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Mbak Jen saat melihat anak bos nya bersikap aneh. Nanon menggeleng, Ia berniat pergi namun ucapan Mbak Jen berhasil mencegahnya.
"Kalo ada yang ganggu pikiran Mas Nanon, Mas bisa cerita ke Mbak Jen kok."
"Mbak Jen pernah jatuh cinta ngga?"
"Pernah dong, Kenapa?"
"Mbak Jen pernah patah hati juga?"Mbak Jen meletakkan sulak di atas meja, Rasanya tak apa jika ia berhenti bekerja sejenak dan mendengarkan keluh kesah remaja di hadapannya.
"Pernah, Sering malah. Patah hati buat saya tuh udah biasa banget."
"Ceritain patah hati terbesar yang Mbak Jen rasain dong.""Kaya yang Mas Nanon tau, Saya adalah seorang transgender. Dulu saya laki laki, Dan belum sadar akan hal seperti ini. Waktu SMP, Saya pernah mencintai seorang perempuan. Tapi saya ditolak mentah mentah karena saya ngga tampan. Saya ngga bisa bilang itu patah hati terbesar saya, Karena itu hanya patah hati pertama saya. Semakin lama saya semakin sadar, Saya ngga kaya yang lain. Saya merubah diri saya menjadi seorang perempuan. Setelah itu saya mulai menjalani kehidupan yang berat, Patah hati terbesar saya adalah ketika saya tidak diterima lagi di keluarga yang sangat saya cintai. Selain itu, Saya juga pernah mencintai laki laki. Tapi ngga banyak laki laki yang mau dicintai oleh seorang transgender."
Nanon meraih tangan Mbak Jen dan menggenggam erat erat.
"Mbak ngga sakit hati sama mereka?" Nanon kembali bertanya."Mas Nanon, Saya cuma mau mencintai orang orang itu. Pun ketika mereka menolak saya mentah mentah, Itu hak mereka. Saya ngga berhak marah. Kenapa mas? Patah hati liat Mas Ohm sama pacarnya ya?"
"Mbak Jen tau kalo aku suka Ohm?" Mbak Jen tersenyum. Ia lalu mengelus bahu Nanon.
"Saya diem bukan berarti saya ngga tau apa apa mas."
"Aku harus gimana Mbak? Aku ngga mau ngerusak hubungan orang tapi aku juga ngga bisa bohongin diri sendiri. Aku sayang banget sama Ohm.""Mas Nanon, Coba mas tanya sama diri mas sendiri. Perasaan itu merupakan rasa sayang atau ambisi. Mereka dua hal yang mirip namun nyatanya beda. Kalo Mas Nanon sayang sama Mas Ohm, Mas harusnya ngga keberatan liat Mas Ohm bahagia meski bukan sama Mas Nanon. Tapi kalau timbul di hati Mas untuk menjadikan Mas Ohm seutuhnya milik Mas Nanon, Itu artinya mas sudah terobsesi."
"Apa aku ngga berhak cemburu mbak?"
"Cemburu itu boleh boleh aja, Ia manusiawi. Cemburu pada porsinya ya mas. Jangan sampai kecemburuan itu justru merusak hubungan Mas Ohm dengan kekasihnya, Dan pertemanan diantara kalian."Mbak Jen menatap manik mata Nanon. Tersorot kesedihan disana. Wajar jika Nanon cemburu, Mbak Jen sendiri tahu sudah berapa lama Nanon memiliki perasaan pada Ohm.
"Iya mbak, Aku tau. Lagipula Ohm ngga suka laki laki, Dia sayang banget sama pacarnya."
"Nah ini mas, Mencintai laki laki straight itu lebih sulit daripada mencintai laki laki yang sama sama gay. Permasalahannya bukan hanya di beda rasa, Tapi pada pola pikir juga. Beberapa orang yang straight mungkin saja homophobia. Mereka akan marah ketika tahu dirinya dicintai oleh sesama jenis."
Ucapan Mbak Jen sukses menampar hati Nanon. Membayangkan bagaimana Ohm marah jika suatu hari tahu dirinya dicintai oleh sahabatnya sendiri membuat Nanon semakin pesimis.
***
Sudah pukul 02.00 dinihari namun Davika masih sibuk dengan pekerjaannya. Meski sudah berulang kali menguap, Davika masih perlu berhadapan dengan gadget. Tuntutan pekerjaan yang berat seperti ini bukan hal baru bagi Davika.
"Duh ngantuk banget, Bikin kopi deh." Davika beranjak dari duduknya dan pergi menuju dapur untuk membuat kopi. Entah karena terlalu mengantuk atau ada sesuatu, Alih alih menuang air panas ke dalam gelas Davika justru menyiram tangannya sendiri. Davika berjingkat, Ia reflek menjatuhkan gelas di tangannya hingga pecah berkeping keping.
Tiba tiba timbul perasaan cemas dalam benak davika. Bukan karena rasa perih pada tangannya. Perasaan cemas ini bukan perasaan cemas biasa.
Davika seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu, Namun ia tak mengerti sesuatu seperti apa yang sedang di khawatirkan.
Wanita cantik itu pergi menuju kotak pertolongan pertama dan mulai memberi penanganan pada lukanya. Tangan Davika yang sudah berbalut perban menyentuh dadanya sendiri. Ia dapat merasakan detak jantung yang berdegup kencang. Hal itu membuat Davika merasa tidak nyaman.
Di sisi lain, Pada saat yang sama Nanon mengalami demam tinggi. Dunia seolah berputar putar, Membuat Nanon merasa mual.
Nanon ingin berteriak memanggil ayahnya, Namun yang keluar hanya rintihan tak berdaya. Anak itu meringkuk diatas kasur, Berusaha mempertahankan kesadarannya.
"Ayah... Tolongin aku." Ucapnya pelan. Nanon meremas selimut, Menangis tanpa suara.
"Ayah... Ibu... Aku udah ngga kuat." Nanon terisak, Ia benar benar lelah menghadapi penyakitnya sendiri.
Malam itu, Nanon menghabiskan sisa malam dengan rintihan dan isak tangis.
Pada pagi harinya Nanon kembali ditemukan tak sadarkan diri diatas kasur. Ia dilarikan ke rumah sakit untuk yang kesekian kalinya.
Sementara itu di ruang rapat...
"Gimana Dav? Kamu udah siap untuk acara fanmeet di beberapa kota kan? Acaranya dimulai seminggu lagi loh."
"Siap dong, Aku pastiin acara kita kali ini sukses besar."Davika tersenyum, Salah satu kota yang akan ia kunjungi adalah kota tempat mantan suami dan anaknya menetap. Davika pikir ia dapat berkunjung sejenak di sela sela kesibukannya. Membayangkan sudah sebesar apa putranya membuat Davika semakin tak sabar menunggu hari itu tiba.
Jangan lupa vote, Thanksssss
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU TAK SETEGAR KARANG ( END )
Hayran Kurgu"Aku cape yah. Aku... Ngga bisa setegar batu karang di lautan."