2 bulan berlalu, Kehidupan Nanon semakin membaik. Sesekali ibunya datang berkunjung, Hubungannya dengan Ohm juga berjalan dengan begitu baik. Nanon seolah mendapat ganjaran setelah berjuang selama ini.
Kebahagiaannya bertambah karena hari ini, Ia secara resmi dinyatakan sembuh dari kanker darah yang sudah bersarang di tubuhnya lebih dari setahun. Nanon tak mampu menahan tangis harunya. Dalam pelukan sang ayah ia menangis, Mulutnya tak berhenti mengucapkan syukur.
Penderitaannya sudah berakhir, Nanon dapat melanjutkan hidupnya dengan normal seperti sedia kala. Di samping Tay dan Nanon ada Off yang matanya berkaca kaca. Ia menjadi saksi seberat apa perjuangan Nanon melawan kanker selama ini.
"Nanon hebat, Ayah bangga banget sama Nanon karena bisa bertahan dan sukses melawan penyakit itu." Tay memuji putranya. Ia mencium pipi putra kesayangannya itu berulang kali.
Nanon berganti memeluk Off. Orang itu sangat berjasa dalam perjalanan panjang Nanon untuk sembuh. Ia sudah menganggap Off seperti pamannya sendiri.
"Dokter Off makasih ya..." Ucap Nanon tulus. Ia berterima kasih pada Off dari lubuk hatinya. Off mengangguk, Air matanya tumpah saat mendengar Nanon berterima kasih padanya.
"Dokter juga mau ngucapin makasih sama Nanon karena Nanon udah bertahan dan mempercayakan kesehatan Nanon pada dokter. Habis ini jangan lupa sama dokter ya, Sering sering main kesini tapi jangan jadi pasien lagi. Tetep jaga kesehatan ya nak, Selamat karena sekarang Nanon udah bebas dari rasa sakit yang selama ini Nanon rasakan."
***
Saat ini Ohm berada di tahun terakhir masa SMA nya. Ia tidak bisa bermain main seperti beberapa tahun lalu. Pintu menuju menara gading sudah mulai terlihat.
Hal itu mempengaruhi waktunya bersama Nanon. Ohm jadi jarang berkunjung sebab dirinya juga harus mengikuti les. Untungnya Nanon tak keberatan, Asal itu untuk kebaikan Ohm sendiri.
Hari ini, Ohm tidak memiliki jadwal untuk pergi les. Oleh karena itu siswa tampan ini memutuskan untuk mengunjungi kekasihnya. Apalagi tadi Nanon mengiriminya pesan dan meminta Ohm untuk datang.
Seperti biasa, Ohm memarkirkan motor di depan rumah Nanon. Ia memasuki rumah tersebut dengan helm yang masih di kepala. Sudah 3 hari dirinya tidak bertemu Nanon.
"Halo Mbak Jen, Mbak Jen kenapa kok nangis? Nanon kemana mbak?" Tanya Ohm. Mbak Jen tak menjawab, Ia hanya menunjuk kamar Nanon. Perasaan takut mulai menjalari tubuh Ohm. Ia khawatir kondisi Nanon kembali memburuk.
Ohm berjalan cepat menuju kamar Nanon. Tangannya meraih gagang pintu dan segera menariknya hingga pintu terbuka. Di dalam ada Nanon bersama Tay. Mereka sepertinya sedang berbincang santai.
"Ah, Ohm udah dateng. Yaudah ayah tinggal dulu ya Non." Ujar Tay. Ohm masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Ayah, Nanon baik baik aja kan yah?"
"Lebih baik kamu tanya sendiri."Ohm lantas menghampiri Nanon dan duduk diatas kasur bersama laki laki itu. Nanon hanya diam, Ekspresi wajahnya datar.
"Non, Lo ngga kenapa napa kan? Tadi gue liat Mbak Jen abis nangis di depan. Non? Kenapa diem aja? Jawab dong."
Nanon menatap Ohm cukup lama. Ia kemudian menundukkan kepala. Ohm semakin takut, Ia menggenggam jemari Nanon erat erat.
"Ohm, Gue... GUE SEMBUH!!" Mata Ohm melebar, Ia sangat terkejut.
"Sumpah? Serius? Lo ngga bohong kan?" Nanon mengangguk.
"PACAR GUE YANG LUCU SEDUNIA AKHIRNYA SEMBUH!!!!"
Ohm menarik Nanon kedalam pelukannya. Mata Ohm berkaca kaca, Ia juga turut bangga atas pencapaian Nanon. Jauh sebelum mereka berpacaran, Ohm sudah berada di sisi Nanon, Menemani anak itu menghadapi hari hari yang sulit.
"Gue sembuh Ohm, Gue sembuh..." Ucap Nanon. Entah sudah berapa kali ia menangis hari ini. Namun tak apa, Toh tangisannya adalah tangis kebahagiaan.
"Kan udah gue bilang, Lo pasti sembuh. Lo keren Non, Lo hebat, Lo yang terbaik."
***
Malam ini terasa berbeda dengan malam malam biasanya. Tay terus tersenyum, Ia begitu senang hingga tak bisa tidur. Matanya sulit terpejam. Tay baru teringat kalau dirinya belum mengabari Davika tentang kondisi Nanon. Baru saja Tay hendak menelepon Davika, Perempuan itu sudah terlebih dahulu menelponnya.
"Halo Tay? Aku ganggu ngga? Mau ceritaaaa."
"Halo Dav, Ngga kok, Cerita aja. Tadi aku mau nelpon kamu tapi keduluan sama kamu."
"Hahahaha hari ini jelek banget. Rate nya 6/10. Orang orang di lokasi syuting tuh ngeselin semua. Aku udah ngikutin script, Aku udah ngikutin arahan mereka tapi mereka terus menuntut ini itu. Kesel banget pokoknya, Kamu ngga ada satu hal baik buat diceritain ke aku gitu? Buat ngehibur dikit dikit."
"Ada Dav. Yang mau aku kasih tau sekarang juga hal baik, Hal yang sangat baik. Dia ngga cuma ngehibur kamu dikit dikit, Dia bisa ngehibur kamu untuk waktu yang lama."
"Oh ya? So let me know. Ceritain dong sekarang hehehe."
"Hasil pemeriksaan Nanon udah keluar tadi pagi. Dia dinyatakan sembuh."
"GOD?! TAY ARE YOU SERIOUS? MY SON... OH MY GOD MY LITTLE NANON... TAY KAMU NGGA BERCANDA KAN? HAAAAAAA I'M CRYING RIGHT NOW."
Tay mampu mendengar isakan Davika dari balik telepon genggamnya. Ia tersenyum, Mendengarkan Davika menangis untuk beberapa saat.
"Anak kita hebat ya Dav."
"Dia hebat karena ada ayah hebat di sisinya. Thanks Tay, Aku ngga tau harus berapa kali aku berterima kasih ke kamu untuk semua materi dan tenaga yang udah kamu curahin demi kesembuhan Nanon.""Aku juga harus berterima kasih karena kamu sukses menggapai mimpi kamu dan menjadi seseorang yang diidolakan Nanon. Kamu jadi salah satu alasan Nanon untuk sembuh. Makasih ya, Davika."
"Sial, Aku ngga bisa berangkat syuting dengan mata bengkak besok tapi aku ngga bisa berhenti nangis. Nanon udah tidur ya? Aku pengen banget ngomong sama dia."
"Nanon udah tidur dari tadi. Tadi siang dia makan donat bareng Ohm dan Love untuk merayakan kesembuhannya. Sederhana, Tapi lucu banget."
Tay dan Davika terus mengobrol hingga Davika merasakan kantuk. Ia meminta izin untuk tidur terlebih dahulu.
"Selamat malam, Davika." Ucap Tay menutup obrolan malam ini.
Ini bukan ending ya guys wkwkwk jangan lupa vote
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU TAK SETEGAR KARANG ( END )
أدب الهواة"Aku cape yah. Aku... Ngga bisa setegar batu karang di lautan."