SEPULUH

32.9K 2.1K 167
                                    

Dibiasakan untuk vote ya bestieh harus ramein juga biar enak di liatnya💘

Follow akun ku buat tau kapan aku update👊🏻

Happy reading🦋

Jangan menyerah. Masih ada waktu untuk bisa kamu perbaiki yang sudah gagal. — Dia Matahari

Bang Aksa: Gue minta tolong.

Bang Aksa: Hari ini gue gk bisa jemput adik gue.

Bang Aksa: Jd gue minta tolong, lo brg sm adik gue ya? Skalian katanya lo mau deket kan sm dia?

Bang Aksa: Tp jgn macem-macem sm adik gue. Aws aja lo.

Dewa menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Bertemu dengan Aksa pas ia hampir saja bertabrakan di depan sekolah. Mereka kembali bertemu lagi, namun Aksa pun sempat lupa dengan Dewa. Karna perubahan Dewa, apalagi Aksa bertemu Dewa sewaktu itu pas dirinya masih kecil.

Dewa merasa bingung. Bahkan dengan Matahari saja dia sudah tidak dekat lagi. Ia selalu berpura-pura untuk lupa dengan Matahari. Alasan Dewa begitu karna Kakeknya.

Jadi, bagaimana ia akan bareng dengan Matahari kalau seperti ini?

Dewa berdecak. "Anjing!"

Arjuna langsung menoleh saat ia sedang bermain game di ponselnya.

"Lo napa woi? Tiba-tiba nyebut Anjing. Si Anjing enggak ada salah apa-apa sama lo."

"Ck, diem lo."

Arjuna kembali memainkan game di ponselnya. Namun Dewa kembali terdiam sambil memikirkan nanti pulang sekolah. Apa dirinya harus tetap bersikap pura-pura lupa? Atau ia beritahu kalau ternyata dirinya tidak lupa?

Dewa menyandarkan belakang punggung ke tempat duduknya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Bel pulang berbunyi nyaring seantero sekolah. Cowok itu langsung berdiri. Memakai jaket kulitnya dan sekaligus menggendong tas di pundak sebelahnya.

Saat ia berjalan di lorong sekolah dan ingin nyamperin ke kelasnya Matahari. Dewa sudah melihat Elsa duluan yang sudah berada di kelasnya. Sesama ketiga perempuan itu sedang beradu mulut tak ada hentinya. Pikir Dewa mungkin ini masih membahas yang tadi di kantin?

"Mending cabut dah lo! Masih aja dibahas." Megan tersulut emosi.

"Dia salah! Tanggung jawab lah!" Elsa membalasnya.

"Tanggung jawab gimana bodoh! Dia kan udah minta maaf. Makanan dia aja udah lo injak. Trus mau lo apa? Kalau mau baju lo bersih, buka baju lo sini. Biar di laundry sama temen gue. Gitu kan mau lo?" Hanya Megan yang berani berbicara seperti itu dengan Elsa. Anak lain seolah merasa takut dan tidak berani.

Apalagi terkenal kalau katanya Elsa orang yang suka mem-bully anak sekolahan di sini.

"Berani banget lo ngomong begitu di depan gue." Elsa merasa tidak terima.

"Lo duluan! Masalah kecil lo perbesar. Enggak ada masalah lain?"

Gothel maju berhadapan dengan Megan untuk membela temannya, Elsa.

"Apa lo?"

"Enggak bisa lo bersikap sopan? Elsa urusannya sama temen lo! Bukan sama lo! Mending lo yang cabut!" Gothel menatap tajam pada Megan.

"Heh pinter! Ini kelas gue, yang mestinya cabut itu lo bertiga!"

Sania yang ada di belakang Elsa menatap ke arah Dewa yang sedang memperhatikan mereka.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang