TIGA PULUH DUA

24.6K 1.3K 285
                                    

Vote komen jangan lupa bestieh biar aku makin semangat😔

Happy reading❤️

"You managed to make me fall in love with you. Please don't go away from me." — Dewangga Putra Alvarez

Siapa sangka kalau Dewa akan mengajaknya ke tempat yang sudah lama tak ia kunjungi. Tempat yang penuh kenangan sewaktu masa kecilnya. Dulu pernah ke Taman ini bersama Aksa sekaligus ia mengenal Dewa di tempat ini.

Dewa yang dulu tidak sengaja menendang bola ke arahnya. Waktu kecil mereka masih berteman. Sekarang keadaan berubah ketika Dewa sudah menjadi kekasihnya. Lucu sekali bukan? Dan Taman ini juga saksi di mana dirinya dengan Dewa berpisah pada masa kecilnya dulu. Hanya meninggalkan kenangan dipergelangan tangannya yang sudah dibelikan oleh Dewa saat itu. Bentuk agar mereka tidak saling melupakan satu sama lain jika suatu saat nanti kembali bertemu. Itu kata Dewa kecil saat memasangkan gelang dipergelangan tangan Matahari.

Namun nyatanya Dewa malah merencanakan yang diluar nalar. Walaupun sudah berakhir gagal karna sudah kalah dengan perasaannya.

"Do you like babe?" Pandangannya langsung tertuju pada Dewa. "Nggak lupa kan sama tempat ini? Apa jangan-jangan lo lupa?"

"Aku masih inget,"

"Cuman aku udah lama gak ke sini. Semenjak kamu pindah aku udah gak ke sini lagi. Dilarang sama Ayah. Ternyata tempatnya masih sama ya?" Dewa mengangguk sebagai jawaban. Tangannya langsung merangkul ke gadisnya. Keduanya saling mengedarkan pandangannya ke Taman. Bukan tentang Matahari saja bagi Dewa. Tapi Taman ini juga tempat di mana ia masih bisa berkumpul bersama kedua orang tuanya.

"Mau ke sana gak?" tanya Dewa menunjuk ke arah kursi panjang dekat danau di sana.

Matahari mengangguk membuat tangan Dewa langsung beralih menggenggam tangan gadisnya. Sesampainya mereka di sana cowok itu menyuruh Matahari untuk duduk di sampingnya.

"Dulu gue liat lo duduk di sini kan? Trus kena bola ke lo. Ujung-ujungnya gue minta maaf." Matahari masih ingat dengan kejadian itu. Lagi anteng-antengnya sambil menunggu Aksa yang membelikan dirinya ice cream ia malah kena bola.

"Trus pas udah kenal kamu ternyata kamu anaknya jail banget." Matahari memutar bola matanya.

Dewa terkekeh. Baru ingat dulu Dewa menjahili gadisnya saat masih ada kedua orang tuanya. Sampai akhirnya Matahari mengejar untuk membalas dendam. Tapi sayang Matahari malah jatuh yang membuat kakinya menjadi luka karna cowok itu. Namun sebagai laki-laki yang gentleman Dewa langsung berjongkok untuk menggendong Matahari di belakang punggungnya. Dan mengajaknya ke kursi yang sedang mereka tengah duduki itu.

"Jail dikit doang." Matahari mencibir membuat Dewa merasa gemas.

Tiba-tiba Dewa berjongkok dihadapannya. Kening gadis itu berkerut bingung. "Mau gue gendong lagi gak kayak dulu?"

"Emang kuat?"

"Kuat lah! Lo ngeremehin gue?"

"Takutnya encok." ucap gadis itu meledek Dewa.

"Kakek-kakek kali gue. Buruan naik ke punggung gue. Gue bakal bawa lo keliling Taman. Sambil gue muterin lo sampe pusing." katanya. Matahari berdecak. Reflek tangan Matahari memukul pundak Dewa. "Just kidding babe."

Matahari turun dan langsung naik ke punggung Dewa. Perlahan cowok itu mulai berdiri membawa gadisnya keliling Taman. Awalnya biasa saja karna Matahari kira Dewa tidak akan memutar-putarkan dirinya. Namun dugaannya salah. Dewa malah sengaja melakukan itu. Benar-benar salah percaya dengan Dewa. Sifat jahil cowok itu memang susah untuk dilepaskan.

DIA MATAHARI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang