21 - Ragu

394 74 15
                                    

Dear Readers, Happy Reading 💕

2 hari kemudian

"maaf Jero aku sudah berusaha semampuku, aku sudah menghubungi semua teman-teman Nancy, sahabatnya—semuanya, tapi mereka tidak ada yg tau kekasih Nancy selain kau" ujar Egi lewat telfon, Jero meremas kesal telfon yg masih di genggamnya.

"apa kau benar-benar yakin itu bukan anakmu?" Tanya Egi pelan.

"kau tidak percaya padaku!?" Tanya Jero emosi.

"aku percaya kawan tapi pada kenyataannya hanya kau satu-satunya kekasih Nancy setahun terakhir ini" ujar Egi.

Jero mematikan sambungan telfonnya sepihak

"brengsek!" Teriak Jero melempar ponselnya hingga menghantam dinding dan pecah jadi dua.

"ARGH!!" teriak Jero lalu melempar barang-barangnya sembarang.

"apa yg harus aku lakukan" gumam Jero. terduduk lalu memeluk lututnya.

"Jisoo, apa dia akan memaafkan aku jika bayi yg dikandung Nancy benar-benar anakku" batin Jero, ia meremas rambutnya frustasi.

Sementara Jero tengah mengalami frustasi berat, Jisoo di Singapore sedang dilanda perasaan khawatir karena ponsel Jero tidak bisa dihubungi

"ada apa dengannya, kenapa nomernya tidak aktif, apa ponselnya mati ya?" Batin Jisoo.

"Jisoo? Ayo kita ada meeting" ujar Irene.

"ah iya, nanti aku menyusul" ujar Jisoo lalu menyusul Irene sambil mengetik pesan untuk Jero.

"nomermu tidak aktif? Hubungi aku saat kamu menerima pesan ini, aku merindukanmu sayang" isi pesan Jisoo.

.
.
.
.

Di Korea

Jero mengurung diri seharian dikamar, bahkan panggilan bundanya untuk makan malam pun tidak di pedulikannya

"Jero, sayang ayo makan" ajak bunda, namun Jero sama sekali tidak bergeming.

"Jero? Boleh bunda masuk?"

Karena tidak ada jawaban akhirnya bunda memberanikan diri untuk masuk, kamar Jero gelap gulita hanya cahaya lampu dari luar yg menjadi penerangan, terlihat samar-samar Jero tengah terduduk menatap kosong dengan wajah yg berantakan.

"sayang?" Panggil bunda mendekati dan mengelus rambut Jero.

"tidak baik menyiksa dirimu seperti ini, semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya, lihat bunda" pinta bundak sambil meraih wajah putra bungsunya itu.

Jero tidak mampu membendung airmatanya saat melihat wajah bundanya, Jero memeluk erat bunda dan menangis sejadi-jadinya di pundak wanita yg telah melahirkannya.

"menangislah jika itu bisa mengurangi bebanmu, dan jadilah kuat setelah ini" ujar bunda.

Jero menangis tersedu-sedu mengeluarkan beban yg terasa sesak memenuhi dadanya.

"apa yg harus Jero lakukan? Jero benar-benar tidak merasa melakukan yg semua orang tuduhkan pada Jero" ujar Jero terisak.

"jika kamu benar-benar tidak melakukannya maka kamu akan menemukan jalan keluar dari semua ini, apapun yg terjadi bunda akan selalu mendukungmu sayang" ujar bunda mengelus punggung putranya, perlahan Jero mulai tenang dan berhenti terisak.

"ayo makan, kamu belum makan dari pagi" ujar bunda melepaskan pelukan Jero, namun Jero menggeleng.

"Jero tidak lapar" ujar Jero mengusap matanya yg basah.

Beautiful Mess || Jensoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang