31

185 9 1
                                    

Terkadang aku bingung, bagaimana caranya menghibur diriku sendiri...

Dengan riasan sederhana Luna memulai hari ini untuk kembali bekerja, wajahnya tampak sedikit pucat. Bagaimana tidak hari ini Luna sarapan dengan pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat.

Pagi ini dari balik mesin pembuat kopi ada seorang gadis manis yang sedang merutuki nasibnya yang sudah sial, padahal ia baru mengawali harinya.

Di dalam ruangan cafetaria yang masih sepi karena masih terlalu pagi Luna sudah berkutat dengan sesuatu di kedua tangannya. Seraya ia menahan bulir air mata yang sudah akan membanjiri pipi nya yang sengaja tidak ia beri warna merah.

Bukan...

Bahkan air matanya sudah jatuh, setetes.

"Lunaa... Aku mau minta oleh-olehku. Bukankah kau habis mengambil cuti dan berlibur"pekik Gaby yang berhasil membuat jantung Luna mencuat keluar.

Luna menoleh tatapannya begitu sayu. "Hmm"jawabnya singkat.

"Kau pucat sekali, kau sakit?"Gaby panik seraya telapak tangannya menyentuh kening Luna. "Ada apa Luna?"

Luna kemudian berjongkok dan menenggelamkan wajahnya dikedua telapak tangannya, dengan terisak ia berusaha menjelaskan apa yang baru saja ia lihat. Namun baru saja Luna membuka mulutnya seseorang datang untuk memesan makanan diwaktu yang masih sepagi ini.

"Hum, aku mau egg sandwich dan jus strawberry. Tolong di bungkus saja ya"ucap seseorang sambil merogoh saku celananya.

"Hapus dulu air matamu Luna, nanti kau bisa ceritakan padaku, apa yang membuatmu menangis. Akan ku tampar siapapun yang membuat sahabatku terluka"

"Baik, pesananmu akan siap dalam sepuluh menit"sahut Gaby dari balik mesin kasir.

Pesanan pelanggan pertama telah mereka tuntaskan dengan baik.

"Luna, kemari... Ada apa?"Gaby menelisik.

Luna menyandarkan dirinya di ujung ruangan yang jauh dari hiruk pikuk, sesekali ia memainkan ujung kaus dengan jari-jemarinya.

"Gaby, hari ini aku begitu kesulitan, kenapa hidupku sulit sekali. Bahkan untuk bernapas saja rasanya aku tidak sanggup. Aku harus bagaimana?"

Air mata Luna yang ia tahan sejak tadi akhirnya lolos untuk yang kedua kali. Ia berusaha setengah mati untuk menahannya. Namun sungguh Luna tidak sanggup dan kali ini ia membiarkan beberapa butir air matanya lolos begitu saja dari pelupuk matanya.

"Luna, cerita dulu baru menangis. Aku tidak tau harus memberi saran apa kalau belum cerita kau sudah menangis seperti ini"

"Jatuh cinta kadang membuat kita meniadakan logika"

Satu kalimat dengan nada gemetar hebat itu keluar dari mulut Luna. Dengan satu kalimat membuat Gaby paham apa yang sedang Luna rasa. Jadi dengan satu kalimat itu Gaby segera memeluk Luna dengan kuatnya seraya sesekali Gaby mengusap punggung Luna perlahan dan menyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.

Kini Gaby rasa Luna tidak perlu mendengar saran apapun dari mulutnya, yang Luna butuh adalah telinga yang bisa mendengar keluh kesahnya, dan tangan yang nanti mampu untuk mengusap air matanya.

Karena seorang yang sedang terpuruk kadang hanya membutuhkan sahabat untuk sekedar mendengar keluh kesahnya.

"Menangislah jika itu perlu"cicit Gaby.

Luna meregangkan pelukannya sambil mengusap air matanya di ujung pelupuk matanya. "Ayah, maafkan aku. Dulu ayah pernah bilang menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Sejak saat itu aku berusaha menjadi anak perempuan ayah yang kuat. Tapi ayah kali ini hatiku terlalu sakit, aku minta maaf aku tidak dapat menahan air mataku."

YOU GONNA BE HAPPY! | TAEHYUNG ✔️ SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang