When will I see you again?
...
Di tempat kesukaan Luna, pada sebuah taman dengan pepohonan yang rimbun jauh dari hiruk pikuk kota, ia mencoba berdamai dengan hatinya. Menarik nafas dalam-dalam mencari sisa kewarasan dalam kepalanya yang begitu sulit untuk diajak berdamai. Menatap dua orang anak laki-laki yang bermain sepak bola dari kejauhan dengan tawa yang begitu riang, Luna tersenyum samar namun air mata sudah menumpuk dipelupuk matanya, ia sampai lupa kapan ia tertawa selepas itu.
Luna memasang headset pada telinganya, ia sudah merasa lelah dengan isi kepalanya yang terasa berisik sekali hingga ia malas mendengar dunia.
Aku hancur, aku bisa melihat cahaya disana. Tidak peduli sekeras apa malam, pagi akan datang menutupinya. Kita dapat mengatasi masa depan, kita tidak akan berhenti. Putuskan sendiri apa itu bahagia, setiap hari mengambil langkah menjadi dewasa.
"Aku salah memutar lagu, harusnya aku memutar lagu bahagia bukan malah lagu sedih juga"
Beberapa saat ponselnya berdering saat Luna akan mengganti playlist nya, tentu saja dari Taehyung yang kebingungan setengah mati dengan perubahan sikap Luna.
"Aku sedang dalam perjalanan pulang, nanti akan ku hubungi kalau sudah dirumah"Luna menekan huruf-huruf pada layar ponselnya lalu mengirimnya pada Taehyung.
Jeda beberapa menit Taehyung membalas. "Kau dimana? Biar aku antar, sepertinya akan turun hujan".
Lagi-lagi Luna mengabaikannya, ia kembali meletakkan ponselnya dan kembali menikmati rangkaian lagu berikutnya.
Satu tetes air hujan, kembali menetes.
"Sial.... Kenapa hidupku dipenuhi dengan hujan"desisnya
Luna menepi disebuah toko yang nampaknya sudah lama kosong, ia memeluk dirinya sendiri ditengah kencangnya angin yang berhembus.
Menatap ke langit-langit gelap yang seolah-olah ikut menangis di malam itu.
"Ayah, aku tidak baik-baik saja. Pada siapa aku harus mengadu? Pada Ibu? Aku takut Ibu akan sakit kalau mendengar keluh kesahku, aku tau Ibu tidak lebih kuat dari aku, t-tapi Ayah ini terlalu berat jika aku pikul sendiri"Luna berusaha mengambil nafasnya, berat dan terasa sesak.
Bibirnya bergetar menahan tangis yang memaksa untuk keluar, dulu Ayahnya selalu bilang manusia mempunyai empat kehidupan.
Pertama, kehidupan menanam benih
Kedua, kehidupan menyiram benih
Ketiga, kehidupan saat panen
Dan yang terakhir kehidupan menikmati hasil panen.Tapi rasanya semesta tidak adil pada Luna, karena ia tidak pernah merasakan masa panen didalam hidupnya.
Dddrrttt.....
Ponselnya lagi-lagi berdering, Luna menekan tombol hijau dengan tangan yang sedikit basah.
"Hm, Taehyung-ah"jawabnya sambil menyeka air matanya.
"Kau dimana Luna? Hujan turun deras sekali, ini sudah malam. Biar aku antar pu---"ucapan Taehyung terputus.
"Aku di sekitar lapangan bola, tidak jauh dari Daiso. Datanglah jika kau mau"
"Kau, jangan kemana-mana. Berteduhlah selagi aku menuju kesana"ucap Taehyung sedikit tergesa.
Hampir satu jam berlalu Luna memeluk dirinya sendiri ditengah hujan, dingin merasuk tentu saja dan baterai ponsel yang sudah merah, ia mengurungkan niatnya untuk sekedar bertanya "Sudah sampai mana?"
Dari kejauhan ia melihat sorot lampu sebuah mobil mewah yang mengarah kepadanya. Tak lama sosok pria yang begitu ia cintai keluar dan berlari ditengah hujan, menghampirinya. Tergesa dan pastinya nampak khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU GONNA BE HAPPY! | TAEHYUNG ✔️ SUDAH TERBIT
Fanfic[Idol Life] [Sebagian chap diprivate follow dulu baru bisa baca] Jika bermimpi adalah satu-satunya cara agar aku bisa bersamamu, maka aku tidak akan pernah membuka mataku. You make me happy in a different way "Cinta itu indah, kalau tidak indah nama...