2. Si Ambis dan Si Cuek

1.1K 62 4
                                    

Hai, semuanyaa👋

Udah siap untuk baca kelanjutan kisah mereka?

Mari, taburkan banyak cinta untuk cerita ini✨💗

Happy reading❤

●●●

2. Si Ambis dan Si Cuek

"Araaa!!" teriak seorang mahasiswi berambut sebahu dengan suara cemprengnya yang khas. Gadis itu berjalan ke depan, menuju meja orang yang dia panggil tadi.

"Kamu udah ngerjakan tugas dari Pak Beni belum?" tanyanya ketika sudah sampai di depan Ara.

Ara yang baru saja masuk ke kelas dan belum sempat duduk pun hanya menghela napasnya kasar. Meletakkan tasnya dan menatap Claudia---sahabatnya yang paling berisik dengan tatapan malas.

"Aku belum ngerjain. Minta, dong, Ra," kata Claudia, tersenyum manis seperti biasa ketika ada maunya.

"Sesekali, kamu harus ngerjakan sendiri, Clau. Mau sampai kapan kamu bergantung dengan aku?" kata Ara, namun tetap mengambil buku modulnya dan menyerahkan tugas mata kuliah Standar Akuntansi Pemerintahan itu pada sahabatnya.

Claudia tersenyum lebar, dia mengambil dengan cepat buku Ara. "Entar kapan-kapan aku pasti ngerjakan sendiri. Ini tugasnya susah, nggak paham aku. Makanya aku minta," katanya, cukup membela diri.

"Pinjam dulu, ya, Ra. Terima kasih, Ara yang paling cantik, Ketua HMJ aku yang paling baik hati," lanjut Claudia disertai tawanya. Kemudian, berjalan kembali ke kursinya untuk menyalin tugas Ara.

Ara hanya menghela napas dan mengeleng pelan, sahabatnya selama satu tahun terakhir ini, entah kapan akan berubah.

Setelahnya, Ara pun memilih mengeluarkan modul Pengantar Keuangan Pemerintah Pusat , mempelajarinya terlebih dahulu agar dia mudah paham saat jam mata kuliah nanti. Tidak lupa, Ara juga mengeluarkan earphone dan ponselnya, mencari lagu yang cocok. Kemudian, larut dalam tulisan dan juga alunan lagu yang dia dengar. Bahkan, tanpa sadar Ara tidak mengacuhkan seseorang yang baru saja duduk di sebelahnya, yang mengajaknya berbicara. Membuat orang tersebut kesal dan berakhir diam saja.

●●●

Ara memandang tanpa minat ke layar proyektor yang menampilkan materi kuliah hari ini. Berkali-kali dirinya menutup mulutnya dengan tangan karena sering menguap. Dirinya juga sudah sangat berusaha agar tidak memejamkan matanya saat ini. Namun, penjelasan dosen di depan sana seperti dongeng pengantar tidur baginya. Padahal, dia sudah memilih tempat duduk paling depan. Tapi, tetap saja pelajaran Pak Rendi itu benar-benar membosankan. Terlebih lagi dirinya tidak bisa melihat dengan jelas apa yang sedang ditampilkan di depan sana. Baginya, tulisan yang terpampang itu hanya seperti titik-titik hitam yang menumpuk.

Ya, mata Ara minus, dengan kata lain dirinya tidak bisa melihat dengan jarak jauh. Jika ditanya kenapa dirinya tidak menggunakan kacamata saja, maka jawaban Ara selalu 'Aku nggak suka pakai kacamata. Terasa seperti bukan aku'. Dan dirinya juga takut jika harus memakai softlens.

Untuk menghilangkan rasa kantuknya, Ara pun memainkan ponsel. Men-scroll beranda Instagram, kemudian berpindah ke Tik-Tok dengan volume suara yang paling rendah, lalu membalas pesan WhatsApp dari beberapa teman organisasinya. Namun, tetap saja, matanya masih benar-benar mengantuk dan dia menguap lagi entah untuk yang keberapa kali.

"Berisik! Aku perlu untuk konsentrasi!" Seorang cowok yang berada di sebelah Ara itu berkata pelan dengan nada tidak bersahabat, seperti biasa sebenarnya.

Bumi dan Langitnya | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang