36. Kotak Bekal Biru Tua

142 21 0
                                    

Haii👋

Absen dulu, sekarang tempat kamu lagi hujan, nggak?☔

Udah siap untuk baca kelanjutan kisah mereka?

Mari, taburkan banyak cinta untuk cerita ini💗

Happy reading❤

●●●

36. Kotak Bekal Biru Tua

Langit masih terlihat gelap, hawa dingin pun begitu terasa dengan masih terdengar rintikan hujan dari arah luar, sejak tadi malam.

Usai melaksanakan sholat subuh dan membaca Al-quran, cowok dengan kaos oblongnya itu pun mulai mengerjakan aktivitas baru yang mungkin akan menjadi kebiasannya sampai nanti, yaitu berkutat dengan beberapa bumbu, sayuran, dan bahan masakan lainnya serta peralatan dapur untuk membuat sesuatu yang bisa dirinya dan ayahnya makan hari ini.

Mengabaikan rasa kantuk karena jam tidurnya yang kurang, Bumi tak sekalipun mengeluh untuk bangun lebih pagi dari biasanya. Dan hal ini mulai Bumi biasakan semenjak bundanya tidak ada lagi.

Satu jam berada di dapur, akhirnya cowok itu berhasil membuat menu sederhana namun cukup menggiurkan saat dipandang. Tumis kangkung, tempe goreng, kerupuk, dan ikan goreng sambal, tidak lupa nasi yang masih ada di dalam rice cooker. Semua sayur hasil buatannya dia tata di meja makan, begitu rapi.

Seulas senyum pun terbit di bibirnya. "Bunda, Bumi berhasil masak lagi pagi ini," ucap Bumi, bangga dengan apa yang dia hasilkan.

"Seandainya aja dari dulu Bumi belajar masak sama Bunda, pasti Bunda bisa nyicipin masakan dari Bumi," lanjut Bumi, matanya menatap sendu pada menu-menu makanan itu.

"Bumi bakalan terus belajar masak dari buku resep Bunda. Makasih, Bun, udah ninggalin sesuatu yang bisa jadi kenangan yang nggak akan Bumi dan Ayah lupa."

"Lewat masakan dari resep Bunda ini, maka kehadiran Bunda akan selalu ada untuk Bumi dan Ayah di rumah ini."

Setelahnya, cowok itu pun memilih beranjak dari dapur, kembali ke kamar untuk mempersiapkan keperluan kuliahnya.

●●●

Entah bagaimana, kini Bumi sedang berada di depan sebuah pagar kos dengan plang bertuliskan "Mutiara Kos" yang terletak di samping pagar, cukup tinggi.

"Sebenarnya, aku sini ngapain?" tanya Bumi, bingung dengan apa yang dia lakukan saat ini.

Hingga, tak lama kemudian, muncul seorang gadis dengan rambut kucir kudanya. Tak lupa totebag putih dan juga setelan pakaian yang lagi-lagi berwarna hitam.

"Ngapain?" tanya Ara, gadis itu tengah membuka kunci pagar kosnya.

Bumi yang memang tidak tahu tujuan kenapa dirinya tiba-tiba datang ke sini pun menunjukkan wajah bingung, tidak tahu harus memberikan alasan apa pada gadis di hadapannya tersebut.

"Lewat aja, kan jalan umum," sahut Bumi, beralasan.

Ara hanya ber oh ria. Gadis itu lalu membuka ponselnya untuk memesan ojek online, seperti hari-hari biasanya jika tak ada Claudia. Terkadang, sahabatnya yang berisik itu berbaik hati memberikannya tumpangan gratis. Tapi, sepertinya tidak untuk hari ini.

"Ngapa masih di sini? Kan tadi bilangnya cuma lewat?" tanya Ara, sedikit menyindir cowok yang masih anteng di atas motor tersebut.

Bumi dan Langitnya | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang