16. Persiapan Lomba

267 26 4
                                    

Hello everyone👋

Apa kabar? Semoga selalu baik dan bahagia, ya

Udah siap untuk baca kelanjutan kisah mereka?

Mari, taburkan banyak cinta untuk cerita ini✨

Happy reading❤

●●●

16. Persiapan Lomba

Dua minggu yang lalu, Bumi mengirimkan karya tulis esainya dalam salah satu perlombaan tingkat nasional. Dan pengumuman terkait peserta yang berhasil lolos ditahap final pun telah diumumkan tadi. Dan Bumi, nama cowok itu berada di urutan pertama peserta yang masuk tahap selanjutnya yang akan dilaksanakan sekitar dua minggu ke depan di universitas yang menyelenggarakan lomba tersebut.

"Assalamualaikum, Bunda," sapa Bumi, melangkah memasuki rumah usai mengucapkan salam. Pandangan cowok itu lalu mengedar dan mendapati Shania—bundanya—berada di dapur dengan tangan yang sibuk memotong sayuran untuk dibuat makan malam. Bumi pun langsung berjalan ke arah bundanya.

"Waalaikumsalam, anaknya Bunda," kata Shania, mengusap pelan pucuk kepala Bumi yang sedang menyalami tangan kanannya.

"Bun, Bumi ada kabar gembira buat Bunda," ungkap Bumi, tersenyum lebar dengan wajah bahagianya.

"Oh, ya? Apa itu?" tanya Shania, wajahnya nampak penasaran dan tidak sabar dengan kabar gembira yang akan anak semata wayangnya itu ungkapkan.

Bumi tersenyum jahil sambil menatap bundanya. "Ada, deh, Bun. Nanti tunggu Ayah pulang, baru Bumi kasih tau," katanya, sengaja membuat sang Bunda penasaran.

"Bumi mandi dulu, ya, Bunda. Selamat penasaran," lanjut Bumi, tertawa renyah dan meninggalkan bundanya, menuju kamarnya begitu saja.

Sedangkan sang Bunda, wanita yang usianya sudah hampir setengah abad itu hanya mengeleng pelan melihat tingkah anaknya tersebut yang masih saja mengemaskan di menurutnya, walaupun sudah memasuki usai sembilan belas tahun.

●●●

"Bunda, Ayah, doakan Bumi, ya. Dua minggu kemudian, Bumi bakalan pergi ke luar daerah untuk lomba esai. Doakan Bumi agar semuanya lancar dan selamat sampai sana, Bun, Yah," pinta Bumi pada kedua orang tuanya. Ketiganya kini sedang berada di ruang keluarga usai melaksanakan makan malam bersama.

Shania mengusap rambut Bumi yang duduk di sampingnya dengan penuh kasih sayang. "Bumi, di manapun kamu berada, doa Bunda akan selalu menyertai kamu," kata Shania lembut.

Sedangkan Arga—Ayah Bumi—menepuk pelan dua kali bahu Bumi, memberikan semangat pada anaknya yang sangat dia sayangi. "Ingat, Bumi, di manapun kamu berada, tetap junjung tinggi etika baik dan jangan pernah merasa tinggi atas apa yang kamu miliki," kata Arga, menasehati Bumi dengan senyuman lembutnya. Senyum yang benar-benar terlihat sama dengan senyuman milik Bumi.

"Iya, Bun, Yah. Makasih, ya, udah selalu doakan Bumi, menasehati dan terus mengingatkan Bumi. Bunda dan Ayah benar-benar berarti bagi Bumi. Dan Bumi sayang banget sama kalian berdua," tutur Bumi, tersenyum dan memeluk kedua orang tuanya. Mengucapkan syukur berkali-kali pada Tuhan atas segala yang dia punya.

●●●

Dengan penuh semangat, Bumi mengerjakan power point mengenai pembahasan karya tulis esainya untuk dia presentasikan di hari perlombaan nanti. Bumi merasa optimis dan percaya diri dengan apa yang dia kerjakan saat ini. Walaupun begitu, ada terselip sedikit rasa takut, entah karena apa. Namun, dengan cepat cowok itu menepis segala pikiran negatif tersebut dan terus mendorong pikirannya untuk terus positif. Karena bagi Bumi, sekecil apapun yang dia pikirkan, itu menjadi sangat berpengaruh pada dirinya sendiri.

Bumi dan Langitnya | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang