13. Mal

286 25 0
                                    

Hello everyone👋

Apa kabar? Semoga selalu baik dan bahagia, ya

Udah siap untuk baca kelanjutan kisah mereka?

Mari, taburkan banyak cinta untuk cerita ini✨

Happy reading❤

●●●

13. Mal

"Cepat, Ra! Entar kita keburu kehabisan tiket," kata Claudia, menarik tangan Ara yang berjalan cukup lambat di belakangnya.

Ara menatap malas pada sabahatnya yang sangat berisik sejak dari kampus tadi. Memaksanya untuk pergi menonton bioskop bersama di mal yang bahkan Ara tidak tahu filmnya apa. Jika disuruh memilih, Ara lebih ingin berdiam diri di kamarnya bersama laptop dan juga para karakter yang ada di novelnya, atau lebih baik lagi jika dia pulang lalu tidur nyenyak di kamar.

Memasuki ruangan khusus memesan tiket menonton, Claudia lalu mengantri di belakang seorang wanita berambut pendek yang mungkin umurnya sudah menginjak kepala tiga. Sedangkan Ara, gadis itu memilih untuk duduk di sofa, menunggu Claudia memesan tiketnya.

Berselang lima menit, Claudia datang menghampiri Ara dengan menyerahkan kertas berbentuk persegi yang berwarna cokelat. Melirik Claudia sebentar, Ara lalu mengambil kertas tersebut, memasukkannya dalam saku kemeja cokelatnya.

"Masih sejam lagi waktunya, makan dulu, yuk!" ajak Claudia, membuat Ara yang semula kurang bersemangat kini langsung menegakkan tubuhnya.

"Ayo! Kamu yang bayar," kata Ara, berjalan mendahului Claudia untuk turun kembali ke lantai tiga.

"Ra, tunggu!" seru Claudia, menyusul Ara dan merangkulnya erat, hingga berakhir mendapatkan pukulan yang lumayan kuat dari Ara.

"Sadis," gumam Claudia, menurunkan tangannya yang melingkar di leher Ara, mengusapinya pelan.

"Bodo!"

"Nggak jadi aku traktir, loh, Ra," ancam Claudia, membuat Ara yang berjalan di sampingnya menghentikan langkah dan menatap dirinya.

"Yaudah. Aku pulang!"

Baru saja berjalan dua langkah, sahabatnya yang berisik yang beberapa detik lalu mengancamnya itu, menarik kembali dirinya, memamerkan gigi rapinya dengan tatapan yang memelas. "Jangan, dong, Ra. Temanin aku nonton dulu, please," pinta Claudia, tampak memohon.

Ara memutar bola matanya malas. Menghela napas kasar, menatap Claudia namun masih terdiam.

"Iya-iya, Ra. Aku yang traktir makan," lanjut Claudia.

"Good, itu yang aku tunggu, Clau. Haha ...." Ara tertawa kecil, semakin tertawa ketika melihat wajah memelas Claudia. Bagi Ara, sesekali memeras sahabat sendiri tidak salah, kan? Lagi pula, salahkan Claudia yang memaksanya untuk datang ke sini tadi.

"Untung teman," batin Claudia.

●●●

"Hwaa! Sedih banget, masih nggak rela suaminya mati."

Sejak keluar dari ruang bioskop hingga sekarang berada di depan cermin wastafel toilet, Claudia tidak berhenti menangis. Bahkan, sudah banyak tissue yang terbuang karena mengusap air matanya itu.

"Berisik, Clau. Nangis kenapa lagi, suami siapa yang mati? Suamimu?" tanya Ara dengan nada sedikit kesal. Pasalnya, keduanya menjadi sorotan orang-orang yang ada di wastafel. Memperhatikan Claudia aneh.

Bumi dan Langitnya | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang