satu ♥️

298 5 0
                                    

Cowok itu berjalan dengan santai, senyuman kian menghiasi wajahnya, sapaan demi sapaan terdengar menyapanya, alisnya terangkat tinggi menatap mading di depan ruang tata usaha yang sudah di kerumuni oleh siswa dan siswi, dengan senyuman masih menghiasi wajahnya cowok itu melangkah mendekati kerumunan, mencari namanya.

Bibirnya kian tertarik melihat namanya berada di kelas 2IPA5, tidak peduli dengan nama-nama yang akan menjadi teman kelasnya cowok itu kembali melangkah menuju kelas yang tepat berada di lantai dua, mulut cowok itu sedikit terbuka memandangi beberapa orang yang sudah duduk di bangku masing-masing, mengindai satu persatu wajah teman kelasnya sekarang, mata cowok itu kian melotot menatap seorang yang duduk di bangku ke tiga ujung dekat jendela.

Mulut yang tadinya melongo langsung terkatub begitu saja saat orang yang sedang di pandangi juga menoleh dengan alis yang terangkat tinggi, tatapan mereka beradu begitu saja.

"Woyy Ya napa dah lo?", tanya seorang cowok yang baru datang memasuki kelas

"Eh, wahhh Riiikii kitaa sekelas broooo", ucapnya riang membuat yang lain mengidik ngeri

"Apaan dah lo, dasar stres", ucap Riki mendorong Arya yang masih cengengesan melangkah menuju kursi ke empat bagian ujung "woy Ki, gue duduk di samping lo ya", ucap Arya langsung melempar tas tepat pada bangku ke empat ujung dekat jendela.

"Wah Ya kita satu kelas lagi", ucap seorang gadis yang duduk tepat di depan Riki.

"Yoii Lin, mau masuk basket ngak?", tanya Arya menatap Linda yang sudah menoleh ke belakang tepat ke arah Riki dan Arya.

"Iya nih, mau tidak mau gue ambil basket, sebenarnya malas sih tapi mau gimana lagi di mading udah ada pengunguman kelas dua diwajibkan masuk satu eksakulikuler kalau ngak berabe kita", ucap Linda malas

"Loh mah mageran Lin", ucap Riki yang langsung di pelototi oleh Linda.

"Din, lo lanjut basket?", tanya Riki mengalihkan padangan ke arah gadis yang duduk di samping Linda tepat di depan Arya.

Mendengar pertanyaan yang tertuju padanya cewek itu langsung menoleh mengangguk dengan senyuman menghiasi wajahnya "Andin mah aktif di basket, dari SMP kan nih anak suka basket", ucap Linda manyun.

"Yah mau gimana lagi Lin, basket hobby gue", ucap Andin akhirnya ikut juga menoleh ke belakang, Arya tersentak melihat pergerakan cewek di depannya, keduanya lagi-lagi berpandangan yang langsung di putus oleh Arya. "Gue juga kayaknya mau masuk basket", ucap Arya mengigit bibir bawahnya mencoba menguasai diri.

"Lo sama Linda ma sama ajaa, kalian mageran sih", ucap Riki cuek.

"Napa dah lo, suka-suka guee lah", ucap Linda marah.

"Lin, Rik kalian kenal dia?", tanya Andin menatap Linda dan Riki tetangga dan juga sahabat kecilnya dengan jari menunjuk ke arah Arya.

"Lah lo ngak kenal Arya Din, gila lo, dia itu teman SMP kita, satu kelas dengan gue dan Rikii, satu perumahan tapi beda blok", jawab Linda menaikan alis tinggi.

"Bagaimana Andin kenal Arya, dia mah cuek, di SMP dulu juga kita ngak sekelas jadi mana dia tau", ucap Riki menyahuti.

"Yah maaf gue kan ngak tau", ucap Andin memanyunkan bibir membuat seorang mengulum bibir kedalam menatap wajah yang terlihat imut itu.

"Oh iya salam kenal ya gue Andin, maaf ya gue mungkin terlalu cuek sampai gue ngak tau kita satu perumahan", ucap Andin menatap Arya yang juga memandangnya.

Senyuman Arya mengembang tatapannya berbinar begitu saja "santuyy gue Arya, blok D", ucap Arya menyambut tangan Andin yang mengajaknya kenalan.

"Rik, bagaimana dengan Dinda?", tanya Linda membuat Andin langsung menoleh

"Kenapa dengan Dinda?", tanya Andin bingung menatap kedua sahabatnya.

"Teman lo nih mau ngebet Dinda anak ips", ucap Linda membuat Riki langsung melotot.

"Seriuuss Rik, lo suka Dinda anak olimpiade itu?", tanya Arya.

"Apaan dahhh,jangan gosip cihh", ucap Riki kesal setengah mati dengan wajah yang sudah memerah

"Napa dah lo, ngak usah malu kali, kita dukung", ucap Andin antusias

"Lo mah selalu antusias kalau gue dan Linda suka seseorang, lo sendiri kapan buka hati", sinis Riki membuat Andin langsung melotot menghentakkan kaki, merengek.

"Kok guee sih", ucapnya masih merengek, Arya mengigit bibir bawah, mengulum menahan setengah mati senyuman yang akan terbit melihat Andin yang ada di depannya sedang mode manja.

Perbincangan mereka terhenti begitu saja mendengar langkah seorang guru memasuki kelas, Arya menatap punggung Andin dengan nafas panjang yang terdengar Arya keluarkan perlahan,kemudian matanya kian meredup menatap punggung di hadapannya.

Love That Girl (Selesi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang