empat ♥️

54 4 0
                                    

Cowok itu berguling-guling di tempat tidurnya, terlihat jelas di wajah tampannya penuh binar bahagia, bayangan gadis itu tidak bisa lepas dari fikirannya, senyumannya mengembang lagi, tadi setelah pulang dari cafe dialah yang mengantar pulang gadis itu, di motor mereka banyak berbincang, gadis itu selalu punya topik untuk di bicarakan membuat cowok itu teralihkan dari rasa canggung, rasa nyaman berdekatan dengan cewek itu semakin membuncah di dalam dadanya.

Bunyi benda pipih di sampingnya membuat cowok itu terlonjak kaget, alisnya terangkat tinggi melihat satu notifikasi menandakan nomornya di masukan ke dalam satu grup oleh Riki, karena penasaran cowok itu membuka Wattsappnya terlihat satu grup di sana.

Perumahan Permai Indah 🏡

Rendy : ini grup apa woy main masukin aja

Riki : ya grup kita kita aja, kalau ada penting langsung di sini aja jadi ngak perlu chat satu-satu

Linda : grupnya lucu hahahahah

Arya : si Dinda lo ngak ajak join Rik.

Andin : ini kan grup Perumahan Permai Indah jadi Dinda ngak ikut, Dinda kan perumahan sebelah.

Andin : but bisa juga sih Rik kalau lo mau ajak Dinda join.

Riki : ngak usah.

Linda : napa dah.

Riki : ngak mau gue gabungin ke sini nanti tertular sifat lalar kalian

Rendy : ck yang ada lo virusnya.

Arya : udah tidur, udah malam.

Tidak ada balasan lagi membuat cowok itu menghela nafas, senyumannya terbit lagi memandang grup chat di hpnya, kenapa dia semakin lemah, mudah ambyar begini, bayangan gadis itu kembali menghantui fikirannya membuat cowok itu menggeram "ck Arya sudahh akh", ucapnya mengacak rambutnya.

Matanya tertuju pada jam dinding di atas meja belajar, jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, tapi mata cowok itu belum mengantuk sama sekali, di lihatnya lagi benda pipih di tangannya, mengigit bibir membuka wattsapp.

Arya : udah tidur ?

Arya semakin mengigit bibir bawahnya mencoba menenangkan diri, rasanya Arya benar-benar mabuk akan pesona gadis itu, rasa ingin dekat, dan komunikasi semakin membuncah dalam dadanya membuat Arya mengusap wajahnya kasar.

Andin : belum nih.

Andin : lah gue kira lo udah tidur di grup lo nyuruh tidur.

Senyuman Arya terbit lagi, terlihat bodoh, hanya karena balasan dari gadis itu membuat perasaanya terbang melayang begitu saja.

Arya : kok lo belum tidur ?

Andin : habis minum kopi gue hehe

Arya : lah gimanaa mau tidur minumannya kopi.

Andin : napa dah, gue suka tau.

Arya : suka gue ?

Andin : suka kopi ihh lo ya

Arya : canda elahhh.

Andin : tidur gih, udah larut.

Wajah Arya bersemu merah membaca chat dari Andin, debaran jantungnya semakin menggila, membasahi bibir bawahnya Arya kembali membalas chat Andin.

Arya : iya, good nigth.

Arya menarik selimut menutupi badannya, wajahnya semakin memerah, tangannya memegang dadanya yang berdetak begitu kencang, senyuman terbit di wajah tampannya sebelum menutup mata, akhirnya Arya bisa terlelap dengan begitu nyenyak dengan perasaan ringan.

#=#=#=#

Ketiganya gelisah menatap ke arah pintu kelas berapa menit lagi bel akan bebunyi yang di tunggu belum ada tanda-tanda muncul. Linda merogoh benda pipih yang ada di kolom mejanya menatap chat yang tidak kunjung di baca membuat Linda uringan sendiri.

"Andin mana sih ih?", tanya Linda gemmes sendiri menatap benda pipih itu bergantian menatap pintu kelas

Riki di belakang pun panik khawatir pada sahabat bontotnya yang satu itu tidak kunjung datang dan tidak membaca pesan darinya "si cimol mana sih ah, bikin khawatir aja tuh anak, datang nanti gue pites tu kepalanya", ucap Riki mengusap wajahnya.

Arya di samping hanya diam gelisah, mencoba memasang wajah santai menatap pintu kelas yang masih terbuka lebar, Andin tidak menampakn diri sampai bel berbunyi membuat ketiganya semakin gelisah.

Arya merogoh bendah pipih di dalam kolom meja, menatap guru yang sudah masuk terlebih dahulu kemudian menunduk menatap benda pipih di tangannya.

Arya : Din, lo dimana ? Lo ngak masuk?

Arya mengigit bibir, membasahi bibir bawahnya, tatapannya pias menyiratakan kekhawatiran yang mendalam, sampai pelajaran pertama selesai Andin tidak kunjung datang membuat ketiganya frustasi.

"Lo ngak singgah ke rumahnya Lin?", tanya Riki setelah guru yang mengajar meninggalkan kelas.

"Lo tau kan setiap hari gue berangkatnya bareng Rendy, lo ngak ?", tanya Linda balik.

"Gue juga berangkat bareng Dinda, tuh anak di mana sih?", tanya Riki lagi menggoyangkan kaki menenangkan diri.

"Emang Andin biasanya begini?", tanya Arya akhirnya, Linda dan Riki saling tatap mata keduanya melotot membuat Arya terlonjak kaget.

"Astaga goblok", umpat keduanya bersamaan hendak berlari keluar kelas, keduanya berhenti menatap guru pelajaran kedua memasuki kelas.

"Mau kemana kalian?", tanya sang guru.

"Hm ini bu kita mau pulang, ini apa ya Andin bu kayaknya sakit", ucap Linda gagap membuat Arya yang masih duduk di tempatnya mendongak.

"Kalian duduk berdua, Ya, kamu yang berkunjung ke rumah Andin, kalian satu perumahan kan, kamu aja yang cek Andin sakit atau tidak, kalau mereka berdua yang ada mereka bersekongkol nantinya", ucap sang guru membuat keduanya menghela nafas menatap Arya penuh permohonan yang langsung di angguki oleh Arya.

Arya keluar menuju parkiran, bisa di lihat wajahnya penuh kecemasan, Arya menancap gas motor menuju perumahanya selang beberapa menit Arya sampai di perumahan rumahnya menuju lorong Rumah Andin, di depan rumah, Arya berhenti menaikan alis tinggi menatap rumah Andin yang terlihat sepi.

Arya melangkah memasuki kawasan rumah sederhana yang terlihat unik di matanya, dengan tidak sabaran Arya mengetuk pintu, tidak kunjung terbuka Arya mengetuk lagi pintunya sampai ganggang pintu seperti ada yang membuka dari dalam, perlahan pintu rumah terbuka lebar

Mata Arya menyendu, dadanya meringis menatap gadis di dalam sana dengan wajah pucat, di tatapnya gadis itu dari atas sampai bawah, Arya mengigit bibirnya lagi-lagi terpesona pada gadis itu, rambut yang terlihat sedikit acakan dengan baju kaus putih yang kebesaran dan celana selutut warna hitam membuat gadis itu terlihat cantik meski dalam keadaan pucat seperti sekarang.

"Eh Ar", panggil Andin membuat Arya tersadar.

"Din gue masuk ya", izin Arya yang di jawab dengan anggukan, Andin melangkah menuju sofa ruang tamu membaringkan tubuh lemasnya lagi.

"Lo ngak apa-apa?", tanya Arya mendekat

"Hm, gue cuma demam, magh gue kambuh tadi pagi, gue muntah-muntah eh sekarang gue demam", ucap Andin menutup matanya

"Orang tua lo ngak ada di rumah Din?", tanya Arya hati-hati yang hanya di jawab deheman oleh Andin.

Arya merogoh bendah pipih yang ada di kantong celananya mengabari Linda dan Riki soal kondisi Andin, setelah mengabari keduanya Arya mendekat mengatupkan bibir menatap wajah pucat yang terlelap di depannya.

Dengan hati-hati Arya mengangkat tangannya di arahkan ke dahi Andin, merasakan telapak tangan hangat di dahinya membuat mata Andin terbuka, tepat di mana Arya begitu dekat dengannya keduanya bertatapan, tidak ada yang hendak memalingkan wajah, iris mata hitam Arya tepat menatap iris mata coklat Andin.



Love That Girl (Selesi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang