Kerusuhan ketiganya terhenti, ruang tamu sudah tidak beraturan lagi tidak mereka hiraukan, ketiganya menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar, di sana dua cowok berjalan memasuki rumah dengan tentengan berisi makanan dan cemilan di tangan keduanya, melihat makanan ketiganya tersenyum senang "lah Ren lo ikut?", tanya Linda menatap Rendy.
"Yoits malas gue di rumah jadi gue ngikut ke Arya aja", ucap Rendy langsung duduk di samping Linda.
"Maaf gue beli makanan cuma 4 bungkus, gue udah di jalan waktu ketemu nih curut satu", ucap Arya merasa bersalah.
"Ngak apa-apa Ar, sebelum ngerjain tugas kita makan dulu ya", ucap Andin di jawab anggukan oleh mereka.
Mereka melangkah menuju meja makan, Andin dengan lihai menyiapkan nasi bungkus yang di bawa oleh Arya seperti sudah terbiasa melakukan itu semua, tatapan mereka mengikuti kegiatan Andin dari tadi.
"Kalian makan yah, nanti gue makan", ucap Andin menyodorkan makanan ke hadapan mereka masing-masing.
Mendengar itu Arya menipiskan bibir merasa bersalah sendiri, "kita makan bareng Din", ucap Arya membuat mereka tersentak, Riki menaikan alis menatap keberanian Arya yang kini terlihat terang-terangan, melihat tatapan mereka membuat Arya mengigit bibir bawah menguasai diri, menunduk menatap makanan di depannya sebelum mendongak menatap mereka, dengan senyuman manis Arya berucap "tadi gue makan kue sebelum ke sini, gue tidak mungkin menghabiskan makanan ini", ucap Arya tidak berbohong membuat Andin mengangguk ikut duduk di samping Arya.
Mereka makan dengan tenang, Linda dan Rendy melirik Arya dan Andin yang makan dengan satu piring tersenyum, Riki hanya diam menatap keduanya terang-terangan dengan pandangan tidak terbaca, sedangkan Arya setengah mati menahan diri untuk tidak tersenyum senang, Andin hanya cuek tidak peduli.
Mereka mengerjakan tugas sesekali berdiskusi dengan cemilan di tengah mereka, tidak menghiraukan Rendy yang sedang santai menonton siaran komedi sesekali tertawa, "akhirnya selesai juga", ucap Linda merentangkan tangan lelah sendiri.
"Langsung pulang kuy", ajak Riki yang langsung di angguki oleh mereka "lo langsung istirahat ok", lanjut Riki menoleh ke arah Andin mengusap rambutnya dengan lembut yang langsung di jawab dengan anggukan dan senyuman di wajah cantik itu.
Arya mencoba acuh tidak peduli dengan perlakuan Riki ke Andin, Arya hanya diam merapikan beberapa bukunya memasukan ke dalam tas di sampingnya "yaudah yuk pulang", ajak Rendy yang sudah berdiri.
"Din kita pulang ya", pamit mereka bersamaan, Andin lagi-lagi hanya menganggukan kepala.
Andin menutup pintu dan menguncinya menatap rumahnya dengan hembusan nafas, mata yang selalu memancarkan binar bahagia berubah begitu saja, Andin melangkah membereskan ruang tamu dan tempat makan, mencuci piring, setelah selesai Andin melangkah memasuki kamar dengan air mata yang mengalir begitu saja membasahi pipinya.
Sedangkan di luar situasi menegangkan tepat di depan rumah Linda yang hanya berbatas satu rumah dari rumah Andin, Riki menyuruh mereka berhenti di depan rumah Linda, Arya dan Riki saling bertatapan, sedangkan Rendy diam menatap keduanya, Linda yang berdiri di samping Rendy menghela nafas menyendu menatap keduanya bergantian "lo tau alasan gue nyuruh kalian berhenti di sini?", tanya Riki tegas tidak ada lagi nada bercanda pada kalimatnya, Arya hanya menggeleng santai sebagai jawaban.
Riki terkekeh sinis meremehkan menatap Arya di depannya "gue tau lo suka sama Andin Ya", ucap Riki masih dengan suara tegas membuat Arya membeku di tempat, semuanya sudah tau perasaanya kecuali Andin.
"Hm iya gue suka, bukan suka lagi bahkan sudah cinta dengannya", ucap Arya akhirnya dengan suara tidak kalah tegas, Riki berdecih, Rendy tersenyum bangga ke arah Arya, sedangkan Linda melongo menatap keseriusan Arya.
"Gue tidak pernah main-main Ya, jika berhubungan dengan orang-orang yang berarti dalam hidup gue seperti Linda dan Andin, gue tidak mudah percaya dengan laki-laki yang berniat mendekati sahabat gue"
Semuanya terdiam menatap Riki, pandangan yang tadinya begitu tegas berubah menyendu menatap Arya "gue sayang sama Andin Ya, gue tidak mudah membiarkan lo memiliki Andin", tatapan Riki menoleh ke arah Linda yang menunduk berusaha menahan isak tangis "sama seperti Linda, luka keduanya adalah luka gue Ya", ketiganya tersentak mendengar ucapan Riki, air mata yang setengah mati Linda tahan kini berderai membasahi pipi mendongak menatap Riki yang masih memandang ke arahnya.
Riki mengalihkan pandangan melihat air mata yang keluar dari mata Linda menatap Arya kembali yang terlihat membeku di tempatnya "Ya gue benci dengan laki-laki yang tidak menepati kata-katanya, gue juga laki-laki tapi gue selalu menepati kata-kata gue karena itu jalan hidup gue, satu hal yang harus lo ingat Ya, lo berani menyakiti Andin ucapkan selamat tinggal pada nyawa lo sendiri", ucap Riki kembali terdengar begitu tegas.
Mendengar perkataan Riki senyuman tulus terpancar begitu saja di wajah tampan Arya membuat ketiganya menaikan alis bingung, Linda menghapus air matanya menatap Arya tepat "makasih Rik selalu ada untuk Andin, makasih lo sudah menjaganya, gue tidak pernah main-main soal perasaan gue pada Andin Rik, gue udah jatuh pada pesona Andin sudah lama, perasaan gue tumbuh waktu kelas 3 SMP semester satu, gue hanya diam-diam menatapnya dari jauh",.
"Gue fikir perasaan gue akan hilang, gue kira perasaan gue hanya perasaan lewat saja, tapi gue salah, gue semakin jatuh, perasaan yang gue pendam malah semakin membesar, gue tidak pernah melirik perempuan lain selain Andin"
Semuanya terdiam, Arya menunduk menatap ke bawah dengan tatapan menyendu membasahi bibir mendongak kembali menatap Riki "gue tidak pernah main-main dengan perasaan gue Riki, gue dari kecil di ajarkan untuk menghargai perempuan, jika gue hanya berniat untuk main-main untuk apa gue nekat mendekatinya, lo tetap pada diri lo sendiri Rik, gue tetap pada diri gue sendiri, sekeras apapun lo mencoba menghalangi gue untuk mendekat, gue juga akan tetap berjuang untuk mendekat sampai akhirnya dia menjadi milik gue seutuhnya".
Ketiganya terdiam menatap punggung Arya yang menjauh menaiki motor dan langsung menancapkan gas meninggalkan mereka.