Kelas menjadi hening setelah seorang guru memasuki kelas, Riki yang menatap ke depan diam-diam melirik Arya dari ekor matanya, Riki mengulum bibir menahan senyuman menatap Arya hanya memandang punggung Andin tanpa menghiraukan guru yang ada di depan.
Bukannya Riki tidak percaya dengan Arya, hanya saja Andin dan Linda berbeda, jika Riki dengan mudah membiarkan Rendy mendekati Linda, berbeda dengan Andin yang tidak mudah Riki biarkan siapa saja yang ingin mendekati Andin.
Andin sangat berharga dalam hidupnya, Riki tidak ingin hati Andin teluka lagi, sudah cukup luka yang di berikan oleh ayahnya, Riki tidak ingin Andin mendapat kuka lagi dari orang lain, Riki harus memastikan sendiri jika laki-laki yang mendekati sahabatnya itu benar-benar mencintai, jika Arya menyerah berarti dia tidak benar-benar mencintai sahabatnya tapi jika Arya berjuang sampai akhir, Riki dengan senang hati mempercayakan sahabat bontotnya itu kepada Arya.
Riki memang pernah menyukai Andin, tapi itu hanya sekedar cinta monyet, Andin yang menyayangi Riki layaknya saudara membuat perasaan Riki juga ikut berubah menyayangi Andin maupun Linda seperti saudaranya sendiri.
"Baik anak-anak ibu akan memberikan tugas kepada kalian, tugas kelompok, kalian bisa cari kelompok masing-masing, karena di dalam kelas ada 20 orang, jadi ibu harap satu kelompok ada 4 orang paham!!"
"Paham buuu",
"Satu kelompok kita kuy", ucap Andin langsung menoleh menatap Linda, Riki, dan Arya, membuat ketiganya terlonjak kaget yang langsung di jawab anggukan oleh ketiganya
"Din, di rumah lo ya kerja kelompoknya", ucap Linda penuh harap.
"Yaudah terserah, kalau di rumah gue bawa makanan, di rumah ngak ada makanan", ucap Andin cengengesan
"Kebiasan lo cimol", Riki menggelengkan kepala, sedangkan Arya hanya diam masih memikirkan kejadian tadi pagi antara Riki dan Andin.
"Kantin kuy", ajak Linda
"Yukkk, tapi gue mau samperin Dinda dulu, udah janjian soalnya ke kantin bareng", ucap Riki cengengesan
"Cieeeeeee asikkk asikkk joss", ucap Andin heboh, Arya melihat itu semua dengan alis yang terangkat, apa Andin cemburu? Itulah yang ada di fikiran Arya sekarang.
"Lo udah pacaran kan, ngaku lo ngaku ngak?", ucap Linda ikut menggoda.
"Hm kalau iya kenapa?", tanya Riki dengan wajah memerah
"Hah"
"Serius lo?", tanya Andin masih dengan wajah cengo, Arya tidak mengalihkan pandangan hanya mengamati raut wajah Andin mencari tau tentang perasaan gadis itu kepada Riki
Riki menjawab dengan anggukan, menguasai diri mencoba terlihat santai tapi malah jatuhnya salah tingkah.
"Wah akhirnyaa kita punya besan", ucap Linda riang.
Arya menyeritkan dahi menatap wajah Andin yang langsung menyendu, dada Arya sesak seketika, apa Andin menyukai Riki?, Arya tersentak menatap binar bahagia yang terpancar dari wajah Andin, dengan semangat Andin melangkah mendekati Riki yang berdiri tepat di sampingnya, memeluk Riki.
"Jangan pernah berubah Rik, walaupun sudah ada Dinda di hati lo, gue dan Linda tetap menjadi kesayangan lo juga kan", ucap Andin Lirih masih memeluk Riki, Arya dan Linda masih bisa mendengar ucapan Andin itu.
"Lo dan Linda tetap jadi kesayangan gue, bahkan sampai gue punya istri lo dan Linda tetap menjadi kesayangan gue", ucap Riki tegas
"Rik gue pegang kata-kata lo itu", ucap Linda ikut memeluk sahabatnya ini.
Arya diam mencerna situasi saat ini, tapi otak Arya yang memang dari pagi sudah galau tidak mampu mencerna situasi di hadapannya sekarang, Arya terenyuh mendengar perkataan Riki yang begitu tegas sembari mengacak rambut Andin dan Linda "kalian bisa megang kata-kata gue, kalian ingat kata-kata naruto, menapati kata-katanya adalah jalan nijanya, kalau gue menepati kata-kata gue sendiri adalah jalan hidup gue",
"Udah ah, kantin kuy, lo yang traktir, ngak mau tau pajak jadian pokoknya", ucap Linda merengek membuat Riki langsung tertawa.
"Yuk, Ya lo juga ikut, gue traktir, panggil Rendy juga Lin", ajak Riki semangat.
Arya masih diam di tempat membuat Andin yang ingin melangkah mengikuti Linda dan Riki menoleh tatapan keduanya bertemu, senyuman manis di wajah Andin mengembang, gemuruh di jantung Arya semakin menjadi-jadi
"Ar lo ngak ikut?", tanya Andin membuat Arya tersadar.
"Eh gue ikut", kata Arya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
Andin mendekat, Arya mengerjap menatap wajah Andin yang kian mendekat, jantung Arya semakin menggila di dalam sana, dengan kepala tangan Arya mengigit bibir bawah mencoba menguasai diri, Arya dapat merasakan hembusan nafas dari bibir tipis Andin, Arya semakin menguatkan gigitan pada bibir bawahnya.
Arya tersentak sendiri saat Andin meletakan telapak tangan tepat pada dahinya dengan kerutan yang terlihat jelas di wajah Andin "Ar lo sakit ya?, majah lo merah tapi pala lo ngak panas", ucap Andin menjauhkan diri, membuat Arya menghembuskan nafas panjang.
"Gue cuma kepanasan", elak Arya yang langsung di percaya oleh Andin.
"Yaudah kantin yuk, nyusul mereka", ucap Andin tanpa sadar menaraik tangan Arya, melihat tangan yang sedang di genggam oleh tangan mungil Andin membuat Arya mengulum bibir kedalam menahan senyum, mencoba menguasai diri dan menenangkan jantungnya.
Arya memang lemah, terlihat jelas wajahnya sudah merona, masalah yang dari tadi dia fikirkan tentang Andin dan Riki hilang begitu saja, tidak peduli dengan apa hubungan Andin dan Riki, toh Arya kini benar-benar bahagia dekat dengan gadis yang selama ini diam-diam Arya sukai.