Gadis itu menatap penampilannya dari arah cermin, pandangan matanya terlihat menyendu, mencoba menguatkan diri, bersiap-siap dengan pakaian sederhana, semalam cowok itu mengajaknya datang kerumah untuk bermain, dan beberapa menit yang lalu cowok itu mengirim pesan menyuruhnya untuk bersiap-siap.
Fikirannya menerawang tentang pembicaraanya dengan sahabatnya Riki semalam, Riki yang biasanya malam mingguan dengan kekasihnya tiba-tiba datang kerumahnya.
Kejadian semalam.
"Woy Din, keluar lo, orang ganteng ini ada di depan rumah lo", ucap Riki via telphone.
Andin yang ada di kamar langsung bergegas membuka pintu, menaikan alis tinggi menatap Riki "tumben lo datang ke sini ngak bawa Linda?", tanya Andin bingung.
"Napa dah, gue mau bicara dengan sahabat botot gue, ngak boleh emanganya", ucap Riki langsung melangkah masuk menuju sofa ruang tamu. Andin yang diam masih berdiri di depan pintu terlonjak kaget mendengar Riki yang memanggil namanya
"Lo mau bicara apa Rik?", tanya Andin masih berdiri menatap Riki yang sudah duduk di sofa, Riki tersenyum menarik tangan Andin lembut menuntun untuk duduk tepat di sampingnya, mata Riki menyendu menatap setiap inci wajah sahabatnya, helaan nafas keluar dari bibirnya membuat Andin menaikan alis bingung.
"Din, lo tau kan gue sayang bangat sama lo", ucap Riki menunduk membasahi bibir bawah, Andin yang mendengar perkataan Riki menganggukkan kepala "jujur Din gue takut suatu saat nanti ada laki-laki di luar sana menjadikan diri lo miliknya, gue ngak sanggup merelakan lo bersama laki-laki di luar sana, gue tidak bisa melihat lo tersakiti", mata Riki berkaca-kaca Andin hanya diam menatap Riki dengan tatapan menyendu sangat mengerti.
"Tapi tidak selamanya lo harus sendiri, ini saatnya Din lo buka hati untuk orang lain di luar sana, ingat laki-laki itu tidak seperti yang lo fikirkan Din, ada banyak laki-laki di luar sana yang tidak brengsek seperti ayah lo, jangan tutup diri lo lagi, jika orang lain hendak mendekat, biarkan mereka membantu lo untuk bangkit Din",
Riki mendongak menatap wajah Andin yang sudah basah dengan air mata, tangan Riki terkepal kuat, ini yang paling Riki benci melihat sahabatnya menjatuhkan air mata "coba buka hati lo Din, dunia ini luas, jangan hanya berdiri di tempat, jangan biarkan dunia lo hanya di isi dengan gue dan Linda", lanjut Riki menguatkan hati menghapus air mata Andin dengan lembut, dadanya seperti terhimpit mendengar isakan keluar dari bibir Andin.
"Jika mereka sama Rik, apa yang gue lakukan, jika mereka sama brengseknya dengan ayah?", tanya Andin mendongak menatap wajah Riki kembali terisak.
"Jangan khawatir Din, jangan takut oke, gue selalu ada, buka hati lo sekarang untuk orang-orang di luar sana, jangan tutup diri lagi, saat mereka menyakiti lo gue ada Din tempat lo bisa menumpahkan semua rasa sakit, gue tidak akan meninggalkan lo", ucap Riki memeluk Andin mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang mengecup puncak kepala Andin.
"Bukan hanya Riki Din tempat lo bisa menumpahkan rasa sakit, gue juga selalu ada Din", ucap Linda yang sudah berdiri tidak jauh dari mereka, Linda mendengar pembicaraan mereka air matanya sedari tadi mengalir membasahi pipi.
Riki dan Andin menoleh menatap Linda, Riki merentangkan tangan mengode Linda untuk berhamburan ke dalam pelukannya, Linda yang melihat itu langsung menubruk tubuh kedua sahabatnya, Riki memeluk keduanya mengusap rambut dan mengecup puncak keduanya berulang kali.
Tangisan ketiganya menggema di ruang tamu, mengisaratkan rasa sakit salah satunya bisa mereka rasakan bersama.
Andin yang tersadar merasakan air mata yang jatuh kembali membasahi pipi mengingat kejadian semalam, benda pipih yang ada di tangannya bergetar menandakan sebuah pesan masuk, pesan dari Arya yang mengatakan bahwa cowok itu sudah ada di depan, Andin menatap pantulan dirinya lagi mengusap air mata mengubah mimik wajah tersenyum riang meyakinkan diri sebelum keluar menemui Arya yang sudah menunggu.
"Udah lama Ar?", tanya Andin.
"Barusan, lo kenapa?", tanya Arya menatap wajah Andin.
"Gue ngak apa-apa, gue semalam cuma begadang", ucap Andin tersenyum meyakinkan.
"Yaudah yuk", ajak Arya yang langsung di angguki oleh Andin dengan antusias.
Hanya berapa menit keduanya sampai di depan rumah Arya, senyuman Andin mengembang menatap suasana yang begitu asri dengan bunga di depan pekarangan rumah, melihat Andin yang hanya terdiam di tempat membuat Arya meraih tangannya menggenggam tangan Andin melangkah menuju pintu rumah.
Keduanya berjalan memasuki rumah di ruang tamu terlihat kedua orang tua Arya yang sedang duduk santai mengalihkan pandangan ke arah anaknya yang berdehem, senyuman Riri dan Ilham mengembang menatap anaknya mengandeng gadis di sampingnya, kemajuan pesat fikir orang tua Arya.
Andin melepas tautan tanganya dengan Arya mendekat menyalami kedua orang tua Arya dengan sopan, Riri yang melihat bertapa sopannya gadis itu berbinar sendiri "Andin tante, om", ucap Andin tersenyum dengan binar di matanya.
"Wah kamu cantik bangat nak", ucap Riri antusias membuat Arya mencibir menatap tingkah mamanya.
"Makasih tante".
"Kalian ke kamar Arya aja yah, mama masak dulu", ucap Riri hendak berdiri langsung di tahan oleh Andin, semua mata tertuju pada gadis cantik yang masih menampilkan senyuman dan binar mata indah "tante, Andin boleh bantu?", tanya Andin antusias.
"Wah kamu bisa masak?", tanya Riri tersenyum
"Bisa tan", ucap Andin
"Oke yuk masak", ajak Riri membuat Andin langsung mengangguk mengikuti Riri yang melangkah ke dapur,Arya yang masih berdiri tersenyum senang menatap keakrapan Andin dan mamanya "ehm pantas kamu tidak bisa berpaling, gadis itu memang punya daya tarik tersendiri", ucap Ilham membuat Arya terlonjak kaget.
Arya menahan diri, malu sendiri, mencoba terlihat santai, Arya mendekat duduk di samping ayahnya "perjuangkan gadis itu, ayah setuju dengan gadis itu, ayah yakin mama juga setuju dengan gadis pilihan mu, ayah bisa melihat gadis itu susah untuk di taklukan, dia punya luka yang di sebabkan oleh cinta pertamanya ayahnya sendiri", ucap Ilham tersenyum menatap anaknya.
"Sembuhkan lukanya, dan dapatkan hatinya, jangan pernah menoreh luka untuk perempuan seperti dia, jika ayah mendengar kamu melukai gadis seperti dia, ayah sendiri yang akan memukulmu", ucap Ilham tegas
Arya semakin yakin dan bertekad akan tetap memperjuangkan Andin sampai akhir, mendapat restu dari kedua orang tuanya membuat perasaanya mengembang begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/321280332-288-k850643.jpg)