dua puluh ♥️

49 4 0
                                    

Hujan deras membasahi bumi, petir menyambar memberi efek mengejutkan, muda mudi itu terlihat cemas keduanya mondar mandir di ruang tamu menatap ke arah pintu, berharap kedatangan dia yang sekarang kedua cemaskan muncul di sana.

"Ah sial, tidak aktif lagi", umpat cowok itu

"Lin tolong hubungi Arya, siapa tau Andin bersama dia sekarang", terlihat sorot khawatir di mata Riki sekarang menatap Linda yang sedang menelephon.

Sama halnya dengan Arya yang mendapat panggilan dari Linda kini panik sendiri, di lihat jam dinding kamar menandakan pukul lima sore, Arya keluar rumah, tidak peduli dengan hujan deras yang membasahi bumi dan petir yang menyambar hanya Andin yang menghantui fikirannya sekarang, dengan kecepatan full Arya mengendarai motornya ke rumah Andin,

Linda dan Riki melongo menatap Arya yang mendekat dengan tubuh yang sudah basah, di wajahnya terlihat kekhawatiran yang terpancar, Riki yang dapat melihat raut cemas itu mengulum bibir, sedangkan Linda masih shok di tempat "Andin kemana?", tanya Arya tidak peduli dengan badannya yang terasa mengigil kedinginan.

"Kalau kita tau kita tidak akan secemas ini", ucap Linda lirih, prihatin sendiri menatap Arya sekarang.

Riki yang masih diam menatap Arya tersentak sendiri menoleh ke arah Linda membuat Linda yang di tatap mendongak menaikan alis tinggi "Lin ini tanggal berapa?", tanya Riki, Linda yang tidak mengerti melihat tanggal di hpnya, mata Linda melotot meringis sendiri menatap tanggal di hpnya, dadanya sesak, bulit air mata kini membasahi pipinya, tubuhnya merosot kebawah, tangisan Linda pecah.

"Hiks, gue gagal sebagai sahabat, gue lupa hiksss gue lupaaa huaaaaaaa", teriak Linda semakin histeris, Riki menahan sesak mendekati Linda menarik kedalam pelukannya, buliran air mata jatuh membasahi pipi Riki

Arya diam membeku menatap pemandangan didepan, ada rasa sakit yang mengerogoti hatinya sekarang, Arya tersentak melihat tubuh Linda terjatuh lemah di pelukan Riki, Riki semakin histeris membuat Arya mengigit bibir bawahnya, Arya tersentak melihat tanganya di raih oleh Riki wajah frustasi itu membuat Arya semakin meringis

"Ya, gue minta tolong hiks, temui Andin di pemakaman umum, gue takut Ya Andin tidak bisa mengontrol dirinya, gue mohon Ya, Andin sendirian sekarang, gue mohon, Andin butuh seseorang sekarang", racau Riki yang terlihat menahan sakit, Riki benar-benar hancur sekarang, Riki merasa bersalah melupakan hari ini, hari di mana ibu Andin meninggal dunia meninggalkan luka yang sangat dalam di hati sahabatnya itu.

Mendengar itu Arya langsung keluar, hujan yang semakin deras dan awan yang semakin menggelap tidak dia pedulikan, di atas motor air mata Arya jatuh, sampai di pemakaman umum Arya langsung berlari mencari sosok Andin, mengusap wajahnya menghalau air hujan yang menghalangi pandanganya, Arya meringis, dadanya terasa terhantam benda tajam menatap tubuh Andin yang tidak jauh darinya sekarang.

Dengan langkah lebar Arya mendekat meraih tangan Andin yang terlihat terlonjak kaget, menarik Andin kedalam pelukannya, merasakan tubuh lemas di dekapanya membuat air mata Arya kembali jatuh.

"Ar hikss, gue ngak kuat, gue mau ikut mama Ar", racau Andin membalas pelukan Arya.

"Lo tidak sendiri, ada Riki, Linda dan sekarang ada gue, kita pulang ya, wajah lo udah sangat pucat", ucap Arya melepas pelukannya membelai rambut Andin yang terlihat menutupi wajahnya.

Dengan lembut Arya mengandeng Andin yang semakin lemas "lo masih kuat kan, lo peluk gue ya", ucap Arya yang di jawab anggukan oleh Andin.

Arya menggenggam tangan Andin yang berada tepat di pinggangnya, menahan agar Andin tidak terjatuh, melajukan motor perlahan, sampai di depan rumah Andin turun dari motor perlahan melangkah menahan dirinya yang akan jatuh, melihat itu Arya berjalan mendekat menggendong Andin yang sudah lemah menutup mata.

Linda dan Riki yang melihat kedatangan keduanya langsung panik melihat kondisi Andin, air mata Linda jatuh lagi, Arya membawa Andin kedalam kamar meletakan dengan pelan ke ranjangnya, tatapan Arya menyendu menatap wajah pucat yang terlelap itu "Lin gantikan baju Andin", perintah Arya yang langung di angguki oleh Linda menghapus air matanya kasar melangkah mendekat ke arah tubuh sahabatnya, dada Linda seperti di remas menatap wajah sahabatnya itu.

Arya yang sudah keluar menatap Riki yang menunduk, bersamaan itu Rendy datang dengan kantong plastik di tangannya menyodorkan ke arah Arya "nih ganti baju lo, Linda hubungi gue tadi jadi gue singgah ngambil baju di rumah lo, ini gue juga beli makanan dan gorengan", ucap Rendy, Arya mengambil baju itu melangkah ke kamar mandi dekat dapur membersihkan diri menganti pakaiannya, di kamar mandi fikiran Arya tertuju pada tangisan Andin di pemakanaman membuat hatinya ikut teriris.

Arya melangkah mendekat melihat Riki, Rendy dan juga Linda sudah ada di sana tepat di ruang keluarga, "bagaimana kondisi Andin Lin?", tanya Arya membuat ketiganya terlonjak.

"Ngak apa-apa, dia sudah tidur, gue juga meletakan plester panas di dahinya semoga Andin besoknya tidak sakit, hm kalian semua tinggal di sini ya", ucap Linda sedikit memohon yang di angguki Rendy dan Arya.

Sedangkan Riki hanya diam menunduk tidak peduli, tatapannya menyendu, Arya menatap Riki membuat Rendy dan Linda ikut menoleh "Rik", panggil Linda menyadarkan Riki "kenapa Lin?", tanya Riki linglung, membuat Linda meringis, mendekat ke arah Riki, menggenggam tangan sahabatnya itu "lo ngak gagal Rik, jangan merasa bersalah, ini pertama dan terakhir kalinya kejadian seperti ini terjadi", ucap Linda menatap Riki tepat di iris mata. Mendengar itu air mata Riki kembali lolos membasahi pipinya

"Gue takut Lin, hiks gue takut kehilangan, Andin dan lo sangat berharga di hidup gue, jangan tinggalin gue Lin, gue mohon", ucap Riki meracau, Linda memeluk Riki mengusap rambut Riki lembut, "gue ngak kemana-mana Rik, gue dan Andin tetap di sini di samping lo", ucap Linda menyendu.

Rendy dan Arya hanya terdiam menatap keduanya, baru kali ini keduanya melihat Riki terlihat begitu hancur, tidak ada Riki yang sinis, tidak ada Riki yang suka bercanda, "hiks", semua menoleh mendengar tangisan itu, Riki dan Linda bahkan melepaskan pelukan menatap ke arah Andin yang terlihat kacau melangkah mendekat

Andin bersimpuh di hadapan kedua sahabatnya menangis histeris "gue minta maaf hiks, gue, gue, gue", ucapan Andin terhenti merasakan tubuhnya di rengkuh, Riki memeluk Andin erat, air matanya lagi-lagi terjatuh "maaf Din gue tidak di samping lo hari ini, gue minta maaf, jangan tinggalin gue Din gue mohon jangan pergi, lo dan Linda sangat berarti di hidup gue, jangan pergi hiks",. Andin membalas pelukan Riki tak kalah erat.

"Gue tidak pergi Rik, gue di sini makasih menjadikan gue alasan untuk bertahan, dan makasih menjadi alasan gue tetap kuat", ucap Andin.

Linda menubruk kedua tubuh sahabatnya menangis histeris lagi dan lagi ketiganya menangis saling memeluk. Bahkan Rendy dan Arya yang melihat itu ikut menjatuhkan air mata merasakan kesakitan ketiganya.





Love That Girl (Selesi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang