Suasana di perumahan Permai Indah di sore hari memang ramai, banyak penjual keliling nongkrong di depan pos ronda sampai ibu-ibu ikut bergosip ria sambil jajan, di depan pos ronda ada satu lapangan yang luas di bagi menjadi dua, sebagian lapangan basket dan sebagian lagi lapangan bola, bayak muda mudi yang bermain bola di sore hari, atau sekedar nonton membuat suasana semakin meriah.
Seperti layaknya keempat muda mudi yang sedang menikmati pentolan di dalam plastik bening, menatap mereka yang sedang bermain bola, kedua gadis berdiri besorak heboh menatap salah satu dari mereka mencetak gol "huaaaaaaa Rikiiiiii", heboh keduanya membuat semua mata tertuju pada mereka.
Tidak peduli dengan pandangan yang lain keduanya kembali teriak tak katuan meneriaki nama Riki, kedua cowok yang duduk di belakang melongo menatap tingkah gadis di depannya.
Keempatnya tersentak menoleh mendengar teriakan seorang gadis "Andinnn,Lindaaa", kedua gadis itu semakin heboh menatap Dinda yang mendekat ke arah mereka.
"Dinda mau pentolan ?", tawar Rendy yang langsung di tolak oleh Dinda dengan gelengan
"Lo datang ke sini nonton pacar lo main?", tanya Arya menaikan alis menatap Dinda.
"Hm, Riki masuk sebagai pemain inti di pertandingan antar sekolah bulan depan, kata Riki ini juga salah satu usaha dia untuk latihan", ucap Dinda tersenyum penuh arti menatap Andin dan Linda bergantian
Andin dan Linda berpandangan mengerti kemudian keduanya menoleh menatap Riki di lapangan yang masih bermain, Andin dan Linda kembali berpandangan senyuman terbit di wajah keduanya "RIKIIIII, SEMANGAT LO SEMANGAT KAMI", tawa keduanya, Dinda mengulum bibir menahan senyum sedangkan Arya dan Rendy menaikan alis tidak mengeti, tawa Andin dan Linda semakin pecah menatap Riki yang tertawa di lapangan menatap ke arah mereka dengan jempol tangan di angkat ke atas.
"Din", panggil Dinda membuat mereka menoleh menatap Dinda. Bahkan Arya dan Rendy sudah menaikan alis tinggi melihat wajah Dinda yang terlihat serius.
Dinda membasahi bibir menunduk, mengalihkan pandangan ke lapangan menatap Riki yang masih semangat bermain di sana kemudian menoleh menatap Andin tepat di manik matanya "makasih Din sudah menjadi alasan Riki bejuang dan bertahan", ucap Dinda tersenyum tulus membuat Andin dan Linda tersentak
Arya meringis mendengar itu, perasaan gelisah lagi-lagi menghampiri hatinya, "lo tau Din?", tanya Linda menipiskan bibir di jawab dengan anggukan Dinda masih dengan senyuman menghiasi wajahnya.
"Dinda", panggil Andin dengan mata menyendu, dadanya sesak, meraih tangan Dinda mengenggamnya terlihat memohon "Riki segalanya buat gue dan Linda, jangan sakiti Riki, lo udah benar-benar masuk di dalam hatinya, dia bahkan menceritakan hal itu kepada lo", ucap Andin masih memohon.
"Gue tidak berani menyakiti cowok sebaik Riki, gue sudah mendapatkan orang yang selama ini gue cari, dan Riki adalah orang itu Din, tapi gue sangat-sangat berterimah kasih sama lo, karena lo Riki berjuang dan bertahan sampai gue akhirnya bertemu dan mendapatkan hati Riki, gue tidak akan menyakitinya, gue tidak akan meninggalkan Riki, kecuali Riki sendiri yang menyuruh gue pergi", ucap Dinda ikut menggenggam tangan Andin.
"Gue tidak akan nyuruh lo pergi,pegang kata-kata gue", ucap Riki yang sudah ada di samping membuat mereka menoleh kaget.
Riki mengusap rambut Dinda lembut, membuat wajah Dinda bersemu merah, mata Riki menoleh menatap Andin dan Linda bergantian senyuman Riki mengembang menatap keduanya "kalian berdua lihat gue bisa, dan gue harap kalian juga bisa terutama lo Din", ucap Riki penuh arti, "ini adalah awal, tunggu akan gue buktikan ke kalian berdua", lanjut Riki menarik pipi Andin dan mengacak rambut Linda.
Riki menarik Dinda menjauh dari mereka Andin tersenyum senang menatap itu, menoleh menatap Linda yang sudah kembali jajan bersama Rendy, senyuman lagi-lagi terbit di wajah cantiknya,kebahagiaan keduanya adalah kebahagiaan Andin.
Andin menunduk melangkah menuju bangku di bawa pohon di pinggir lapangan, Arya yang dari awal memperhatikan mengembuskan nafas melangkah mendekati Andin yang menunduk menatap kedua tangannya
"Ehm", Andin mendongak menatap Arya, senyuman Andin terbit begitu saja
"Lo ngak ikut jajan Ar?", tanya Andin menatap Arya yang sudah duduk tepat di sampingnya
Arya menggeleng menatap ke depan "Ar, lo minta apa?", lanjut Andin bertanya membuat Arya menoleh menaikan alis tidak mengerti
"Lo lupa, gue janji sama lo jika lo masuk ke pemain inti lo bisa minta sesuatu ke gue", ucap Andin mengingatkan membuat Arya melongo tidak percaya gadis ini mengingat janji itu.
Arya menguasai diri merapatkan bibir menggeleng sebagai jawaban membuat Andin menaikan alis bingung "gue ngak minta apa-apa Din", ucap Arya menjawab kebingungan Andin.
"Gue udah janji Ar, gue orang yang selalu nepati janji, lo minta apa hm?", Arya kembali menggeleng membuat Andin kesal sendiri "yaudah kalau lo ngak punya permintaan sebagai gantinya gue ajak lo nonton gimana", usul Andin membuat Arya melotot dengan kuping yang sudah memerah
"Nanti malam kita nonton, lo suka horor kan, jadi kita nonton film horor oke", ucap Andin antusias "tidak ada penolakan", lanjut Andin membuat Arya mengatupkan bibir yang tadinya hendak mengatakan sesuatu
Arya yang sudah ambyar diam di tempat, Arya sudah terlihat bodoh dengan wajah yang memerah mengulum bibir menatap punggung Andin yang berjalan menjauh mendengar panggilan Linda.