Sebuah semicolon digunakan saat seorang penulis sebenarnya bisa mengakhiri sebuah cerita, namun memutuskan untuk tidak melakukannya. Penulis itu adalah kamu, dan cerita itu adalah hidupmu. - Project Semicolon.
Ini adalah cerita tentang Bella, gadis...
"Ini bukan tentang 'memiliki' waktu, tapi tentang 'memberikan' waktu,"
-Unknown
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya mobil sedan warna silver dengan plat nomor yang kukenal pun datang.
"Nah, ini dateng," ucapku refleks berdiri sementara Kaivan yang dari tadi menghabiskan waktu dengan bermain ponsel menoleh ke arahku.
"Ini?" tanyanya sambil melemaskan otot lehernya.
Kaivan ikut menunggu. Tapi sepertinya aku dan dia menunggu sesuatu yang berbeda. Beberapa saat yang lalu, ia memasang standar motornya lalu melepas helmnya dan menunggu di atas motor tanpa mengucapkan apa pun padaku.
"Non, maaf, Nyonya ternyata pulang lebih awal. Jadi Bapak ke bandara dulu buat jemput. Tapi Non Bella enggak bisa dihubungi," jelas Pak Bambang yang sudah keluar meninggalkan mobil.
Tunggu. Jangan bilang Mama juga sedang berada di dalam mobil?
Aku berjinjit untuk mengintip melalui kaca jendela mobil, namun terlalu gelap. Aku tidak bisa melihat apa pun selain bayanganku sendiri, dan Kaivan ... apa dia sedang menatapku? Aku yakin dia sedang menatapku, karena pantulan bayangannya di kaca mobil terlihat jelas sedang menoleh ke arahku.
Aku refleks memutar leherku ke arahnya dan di waktu yang bersamaan, dia membuang muka. Tapi kenapa?
"Aku duluan ya!" Aku berlari menghampiri Pak Bambang dan meninggalkan Kaivan yang belum sempat mengucapkan apa pun padaku. Lagi pula, untuk apa aku menunggunya mengucapkan sesuatu? Tidak penting, bukan?
Aku menghela napas lega saat membuka pintu mobil dan tidak ada siapa pun di dalam. Bisa habis aku kalau sampai mama lihat aku sedang menunggu sama cowok. Eh, apa aku baru saja berpikir kalau Kaivan sedang menunggu bersamaku?
Hassh ... sudah, lupakan.
"Mama sudah di rumah Pak?"
"Enggak, Non. Tadi langsung ke rumah sakit. Kenapa, Non?"
"Enggak ada kok, Pak. Yuk pulang aja."
🦋🦋🦋
Sore harinya, mama masih belum pulang. Dan Alex baru saja pulang dari rumah temannya. Saat melihatku sedang bermain bersama Monic, kucing persia berwarna abu-abu muda di halaman depan, Alex tiba-tiba merengek memintaku untuk menemaninya membeli es krim di supermarket dekat perumahan. Sepertinya ia bosan dengan Mbak Lia dan ingin manja denganku. Sebagai satu-satunya kakak sekaligus saudara yang tinggal di rumah besar itu, aku harus memberinya perhatian yang dia butuhkan.
"Ayo," ajakku sambil menggandeng tangannya.
Dengan baju santai bergambar Mickey Mouse berbentuk dress mini di atas lutut, aku berjalan di atas jalanan berpaving bersama Alex. Menggandengnya supaya tidak lari ke tengah jalan.