8 S2

1K 40 5
                                    

Mentari bersinar terik menyelinap masuk dari sela korden, membuat siapa pun yang terlelap akan terusik dan akhirnya membuka mata.

"Sudah pagi ya? "

Amel mengerjapkan matanya, lalu menoleh ke sebelah kiri.

"Max? "

Perlahan Amel bangkit dari berbaringnya. Menelusuri setiap sudut ruangan.

"Jadi dia membawaku ke hotel ya? "

Amel membuka selimut, memeriksa apakah dia dalam ke adaan telanjang atau tidak. Setelahnya dia menoleh kembali ke arah Max yang masih terlelap.

"Dia tidak melakukannya? Benar-benar sulit dipercaya! " gumam Amel sembari terkekeh.

Amel menyibak selimutnya, menuruni ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi.

Tidak lama setelahnya Max terbangun setelah mendengar suara air shower mengalir.

"Oh, sudah bangun ya? "

Max sedikit merenggangkan ototnya sebelum bangkit dari berbaringnya. Dia berjalan ke arah kamar mandi setelah sebelumnya melepas semua pakaian yang dia kenakan.

Membuka pintu kamar mandi dan memeluk tubuh Amel dari belakang.

"Hei, aku sedang mandi! " protes Amel.

"Iya, aku tahu. Aku juga ingin mandi. "

"Jika begitu keluarlah, mandi setelah aku selesai! "

"Tidak mau! Kenapa kamu malu-malu begini, biasanya kan kita juga sering mandi bersama! "

"Itu kan beda! "

"Apanya yang beda! "

"Intinya saat ini kamu tidak sedang memesanku dan aku juga sedang tidak bekerja! "

"Memangnya harus memesanmu dulu ya? "

Max semakin mempererat pelukannya. Bahkan tidak segan memberi tanda di leher Amel.

"Hei! " Amel akan memprotes lagi, namun Max segera menghentikannya dengan ciuman.

"Eumhh! "

"Aku mencintaimu, Mel. Sangat mencintaimu. " bisik Max setelah ciuman singkat mereka.

"Sudahlah. Lakukan sekali saja, anggap aku mentraktirmu kali ini. "

"Apa maksudmu? "

Amel menoleh Max dengan tatapan dingin.

"Kamu kira aku tidak bisa merasakan yang di bawah? "

Max terkekeh. Benar. Setiap kali berada di dekat Amel, Max tidak bisa menahan dirinya. Bahkan semalam pun Max berusaha mati-matian untuk tidak melakukan sex pada Amel.

"Jadi, cepat lakukan saja sekali. "

"Tidak! "

Amel mengkerutkan dahinya bingung.

"Aku tidak mau melakukannya, aku tidak ingin nge-sex denganmu, Mel. "

"Sudahlah tidak perlu menahan diri, aku cuma memberi kesempatan sekali jadi cepatlah. "

Max tetap saja menggeleng tidak mau.

"Aku tidak mau, tapi sebagai gantinya bagaimana jika kamu menjadi kekasihku saja! "

"Mau kupukul ya? "

"Apa setelah memukulku, kamu ingin menjadi kekasihku? "

"Sudahlah, hentikan pembicaraan konyol ini. Jika kamu tidak mau ya sudah, aku ingin mandi jadi keluarlah! "

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang