14 s2

327 8 0
                                    

Amel mengemasi barang-barangnya dari baju dan beberapa alat make up miliknya ke dalam koper. Hari ini Amel akan kembali ke Semarang dan memutuskan untuk melakukan gugatan cerai pada Rangga. Dia harus bebas dan tidak lagi melarikan diri setelah semua hal menimpa dirinya selama ini, kali ini Amel ingin menghadapi semuanya dengan berani.

Amel menghentikan kegiatannya, dia memejamkan matanya dan menarik napas perlahan lalu menghembuskannya. Setelah sedikit merasa tenang, Amel kembali membuka matanya dan melakukan kegiatannya yang sempat dia tunda barusan. Sesaat kemudian suara dering telepon berbunyi, Amel segera mencari di mana dia meletakan ponselnya tadi. Setelah ketemu, wanita itu mengangkat telepon dari Max.

"Hallo? "

"Amel, ini aku Max. Kudengar kamu keluar dari kedai. Kenapa? Apa karena lelaki itu? " Tanya Max beruntun, Amel dapat mendengar bahwa lelaki itu sedikit kesal.

"Sebelumnya maafkan aku, Max. Karena mengacaukan semuanya, tapi aku sudah berpikir beberapa hari ini bahwa aku harus segera menyelesaikan masalah-masalahku di masa lalu agar aku bisa hidup dengan baik nantinya. Aku akan bercerai. "

Untuk sesaat suara lelaki di seberang telepon tidak terdengar, hanya deru napas lelaki itu yang Amel dengar.

"Bagus, akhirnya kamu membuat pilihan yang benar. Aku akan mendukung keputusanmu, Mel. " Ucap Max pada akhirnya membuat Amel tersenyum.

"Ya, terima kasih untuk semua yang sudah kamu lakukan untuk selama ini, Max. "

"Kamu tidak perlu mengatakan terima kasih, aku senang bisa membantumu. Oh ya, jadi kapan kamu akan kembali? "

"Mungkin sore ini dengan kereta. "

"Kereta? Apa kamu mau aku antar ke Semarang? "

"Tidak, aku akan naik kereta saja. Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu selama ini. "

"Aku tidak merasa kerepotan. Jadi biar kan aku mengantarmu. "

"Tapi ... "

"Jangan menolakku, Amel. "

"Baiklah. "

"Bagus. Aku akan menjemputmu jam tiga sore ini, jadi tunggu aku oke! "

"Baik, terima kasih. "

"Baiklah, aku tutup teleponnya. "

"Oke! "

Setelahnya Amel kembali meletakan ponselnya di atas meja. Wanita itu mendongak kepalanya sebentar, mengatur napasnya lalu kembali membereskan barang-barang miliknya.

.
.
.

Setelah tiga jam perjalanan Jogjakarta-Semarang, mereka akhirnya sampai di rumah Bang Baron. Sthella memang meminta Amel untuk ke rumahnya jika dia kembali ke Semarang juga agar wanita itu dapat menemui kedua putranya yang dia titipkan pada Sthella.

Amel turun dari mobil diikuti oleh Max, dia lalu berjalan masuk ke pekarangan kecil milik kediaman Baron. Diketuknya pintu yang masih tertutup rapat, setelah menunggu untuk beberapa saat akhirnya pintu itu terbuka memperlihatkan sosok wanita dengan daster khas ibu rumah tangga menyambutnya dengan senyuman tipis.

"Kamu sudah sampai? " tanya Sthella sambil membuka lebar pintu rumahnya.

"Masuklah. Anak-anak ada di dalam, mereka akan senang jika kamu berkunjung. " lanjut wanita itu sambil mempersilahkan keduanya masuk ke dalam.

"Bang Baron tidak di rumah? " tanya Amel ketika tidak mendapati Baron berada di kediamannya.

"Dia pergi ke luar kota untuk mengurus beberapa masalah di sana, besok dia akan pulang. Tapi aku sudah memberitahunya kamu akan kembali hari ini. " sahut Sthella. Amel hanya menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti. Sthella lalu memanggil Justin dan Jullian.

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang