9

44.8K 569 54
                                    

Baron mengambil alih setelah Mami selesai membuka percakapan. Lelaki itu duduk dan memperhatikan semua orang yang berkumpul di ruangan ini.

"Seperti yang sudah Mami katakan barusan, aku ada beberapa peraturan baru untuk kalian yang bekerja di sini. Yang pertama, ada beberapa informanku mengatakan akan ada pemeriksaan dari pihak polisi beberapa hari kedepan dan karena itu aku akan menghentikan operasi bisnis ini untuk beberapa waktu ke depan. "

Semua orang terkejut, begitu pul dengan Amel. Jika pekerjaannya dihentikan beberapa waktu, bagaimana dia bisa mendapatkan uang.

"Aku tahu kalian butuh uang dan karena itu aku juga sudah memikirkan beberapa solusi untuk ini. "

Sekarang semua sudah bisa bernapas lega, setidaknya mereka nanti masih memiliki pendapata.

"Dan solusi itu adalah, aku akan menyewa beberapa kamar di hotel yang berbeda-beda untuk kalian bekerja nantinya. Tapi tentu saja sewa kamar hotel akan di potong dari pendapatan kalian nantinya.

Setelah pertemuan singkat itu, Baron meminta mereka untuk membubarkan diri. Amel dan Shasha berjalan beriringan memasuki kamar mereka masing-masing, namun sebelum Amel berhasil meraih kenop pintu suara seorang wanita terdengar memanggilnya. Amel menoleh dan melihat Mami berjalan ke arahnya bersama Baron.

"Ada yang ingin Tuan Baron katakan padamu, "

"Oh baiklah, "

"Jadi setelah mempertimbangkan semuanya, Tuan Baron tidak bisa membiarkan anak-anakmu berada di sini. Ini bukan tempat yang baik untuk mereka, "

Amel menunduk, dia tahu arah pembicaraan ini.

"Hanya aku yang mereka miliki, tapi aku juga membutuhkan pekerjaan ini dan tempat tinggal, "

"Aku mengerti keadaanmu, tapi anak-anak di tempat pelacuran tidaklah baik untuk perkembanganmereka, " kali ini Baron yang mengatakannya langsung. Lelaki itu terlihat iba pada Amel namun dia juga tidak bisa melihat anak-anak itu tumbuh di lingkungan kotor tempat dosa berada.

"Jadi sku harus pergi? " Amel menatap Mami juga Baron sedih.

"Bukan itu yang kami mau, Mel ... "

"Lalu? "

"Biarkan Tuan Baron merawatnya di rumah beliau, "

"Apa? "

"Dia akan merawat anak-anakmu dengan baik, Mel ... "

"Tapi itu akan sangat merepotkan, " Amel berusaha menolak tawaran Mami dan Baron.

"Mel, jika kau mengkhawatirkan soal sekolah atau apapun, aku yakin Tuan Baron akan memberikan yang terbaik untuk anak-anakmu, Mel. Biarkan dia merawat mereka , "

.

.

Di salah satu bilik kamar, terlihat Amel tengah duduk di dekat jendela kayu usang, wanita itu memikirkan tawaran Baron untuk merawat anak-anaknya. Dia tahu niat lelaki itu baik, tapi menyerahkan anak-anakya pada orang asing tetap saja rasanya berat.

"Jika tinggal dengan OmBaron bisa meringankan Mama, kami gak apa-apa kok ... "

Tubuh Amel bergetar mengingat ucapan Justin ketika tanpa sengaja putra sulungnya itu mendengar pembicaraan antar dirinya dan Tuan Baron juga Mami.

Ditangkupnya wajah Amel menyembunyika eksperesi bingung yang melanda dirinya saat ini.

"Apa yang harus kulakukan? "

"Mungkin tawaran Tuan Baron ada benarnya juga, Mel. Tempat ini bukan tempat yang baik, " ucap Shasha melihat kegusaran Amel. Amel menoleh Shasha, "Tapi bagaimana bisa seorang Ibu memberikan anak-anaknya pada orang lain. Itu sangat kejam sekali! "

"Kau tidak pernah memberikannya pada Tuan Baron, kau hanya menitipkan mereka pada Tuan Baron, "

"Apa Tuan akan benar-benar menjaga mereka? "

Shasha mengangguk meyakinkan Amel.

"Aku akan menanyakan ini pada Justin dan Jullian lagi nanti, "

"Ya, kau juga harus mendapatkan persetujuan mereka juga, "

.

Dan hari itu tiba, Amel menyerahkan hak asuh Justin san Jullian pada Baron walau masih terselip ragu, tapi dia janji pada dirinya bahwa dia akan kembali mengambil alih hak asuh anak-anaknya setelah dia berhasil menjadi orang sukses dengan jalan setan.

"Nanti aku akan sering-sering mempertemukan kalian di luar bukan di sini, " kata Baron ketika kedua putra asuhnya menyalami Ibunya untuk berpamitan pergi.

Amel mengangguk, "Terima kasih, Tuan ... "

"Ya. Justin, Jullian ayo kita pergi ... "

"Baik, Papa ... " balas Justin dan Jullian serempak. Memang Baron ingin Justin dan Jullian memanggilnya dengan sebutan Papa. Baron tersenyum lembut, mengusap kepala mereka lalu berpamitan pergi.

"Hati-hati dijalan. Tolong jaga anak-anak saya, "

"Kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaga mereka, "

"Sekali lagi terima kasih, Tuan "

Mereka akhirnya pergi meninggalkan tempat pelacuran. Amel masih memandang jauh keluar, terbesit rindu pada anak-anaknya padahal baru beberapa menit lalu mereka meninggalkan rumah ini.

"Sudahlah, mereka akan baik-baik saja. Sebaiknya kau bekerja, "

Amel menoleh Shasha dan mengangguk pelan, dia lalu berbalik berjalan mengikuti Shasha masuk ke dalam rumah.

.

Malam sudah menunjukan pukul 22.30 wib, sudah cukup malam dan Amel masih harus menemui tamu di sebuah tempat janjian mereka. Sebenarnya dia selain stay hotel, Amel juga menerima panggilan yang memintanya datang ke suatu tempat untuk melakukan transaksi.

 Sebenarnya dia selain stay hotel, Amel juga menerima panggilan yang memintanya datang ke suatu tempat untuk melakukan transaksi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Wanita dalam foto adalah Amel)

"Mbak Amel ya? " tanya seorang lelaki, Amel tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban untuk pertanyaan sang lelaki.

"Saya Jonas yang mau booking mbk Amel, "

"Iya, saya Amel ... "

Amel berdoa semoga saja kali ini dia mendapatkan tamu yang tidak memiliki niat buruk atau cuma bermain-main saja dengannya. Karena Amel lelah ditipu para lelaki yang mencari kenikmatan tapi tidak mau membayar, terlebih lagi jika dia pulang namun tidak membawa uang, Mami pastilah marah dan akan memberinya hukuman.

"Jadi sesuai kesepakatan ya, Mbk ... "

"Tentu, "

"Ayo mbk, "

Amel naik ke jok belakang motor sang lelaki.

"Udah siap mbk? "

"Iya, "

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang