17

9.6K 285 20
                                    

Matahari terbit, menampakkan teriknya dan memaksa para manusia untuk bangun dan mulai kembali beraktifitas. Begitu juga dengan Amel, walau rasanya tubuhnya remuk sehabis dihajar habis-habisan oleh tamu kurang ajar, dia tetap memaksa tubuhnya untuk bangun. Sudah 2 hari Amel beristirahat dan tidak menerima tamu, lagian lelaki mana yang mau menjamah tubuh penuh luka dan lebam.

Amel keluar dari kamarnya hendak ke kamar mandi, sekedar mencuci muka dan gosok gigi.

"Baru bangun, Mel? "

Amel menoleh Emma, wanita yang tinggal di sebelah kamarnya. Amel tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Ya, "

"Badan lo udah fit? "

"Masih sedikit sakit tapi udah mendingan kok, "

"Cepet sembuh ya, Mel. Gue ikut prihatin, "

"Iya, terima kasih ... "

"Oke, kalo gitu gue duluan mau cari sarapan, "

"Iya, Ma ... "

Emma melambaikan tangannya dan berlalu mendahului Amel.

Amel sampai di depan pintu kamar mandi, dia segera masuk ke dalam dan tidak lupa menutup pintunya kembali. Setelah beberapa menit, dia selesai mencuci wajahnya, keluar dari dalam kamar mandi dan hendak kembali ke kamarnya. Namun tidak jauh dia melangkah, seseorang kembali memanggilnya, Amel menoleh dan mendapati Johan berlari ke arahnya dengan tangan melambai juga senyum mereka menghiasi wajahnya.

"Johan? Sedang apa kau di sini? "

"Main-main saja ... " sahut Johan ketika sudah berhadapan dengan Amel.

"Memangnya kau tidak bekerja? " Amel kembali bertanya,

"Tentu saja aku bekerja, tapi nanti. Hei, apa kau sudah sarapan? "

"Kau ke sini mengajakku sarapan bersamamu? "

Johan tertawa renyah, "Tentu saja, jadi kau mau? "

"Kau yang membayar? "

"Tentu saja, kan aku yang mengajak ... "

"Baiklah ... "

Setelahnya mereka berjalan beriringan menuju warung yang tidak jaih dari lokasi mereka berada. Warung satu-satunya yang berani buka di tempat dekat pelacuran. Bahkan pernah sampai ada yang iseng bertanya kenapa memilih membuka warung di tempat pelacuran yang pasti kebanyakan yang membelinya seorang pelacur dan jelas saja mereka membeli makanan dengan uang yang katanya haram. Tapi penjual itu tidak peduli, dia juga tidak mau tahu uang itu berasal dari mana dan bagaimana cara mendapatkannya yang terpenting bagi penjual itu mereka yang datang membeli makanannya lalu membayarnya tanpa embel-embel ngebon dulu.

"Kan lancar tiap malem dapet tamu! " ucap si penjual kala itu sambil tertawa renyah. Penjual itu seorang ibu tua yang menghidupi cucunya yang ditinggal pergi oleh ayahnya yang tidak bertanggung jawab setelah istrinya meninggal dunia.

"Ini tempatnya? "

"Iya, kenapa? Gak mau makan di sini? "

"Bukan gitu, tapi tempatnya rame banget ... "

"Iya, soalnya kan cuma ibu ini yang mau jualan di sini, jadi pasti rame kalo pagi gini. "

"Oh gitu, "

"Ya udah yuk cari tempat duduk, " ajak Amel menarik lengan Johan. Untuk sekian detik Johan terkejut karena tidak biasanya Amel mau menyentuh dirinya, karena walaupun Amel bekerja sebagai wanita malam tapi Amel ini jarang sekali menggoda laki-laki yang berkeliaran mencari wanita yang dapat menghibur nafsu walau hanya sesaat. Prisip Amel, dapat tamu ya dia layanin gak dapat ya sudah, bukannya karena dia sombong atau dia sudah memiliki banyak uang ditabungannya tapi lebih ke siapa yang membutuhkannya pasti akan datang dengan sendirinya. Amel ini termasuk wanita yang pendiam dan tidak banyak tingkah. Itu menurut pandangan Johan selama dia dekat dengan Amel.

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang