16

10.5K 287 8
                                    

Martin, lelaki yang baru saja dilayani Amel buru-buru memakai pakaiannya setelah selesai ronde kedua.

"Gak enak banget sih, gak profesional! "

Amel sedikit terkejut dengan perubahan suara Martin. Perasaan buruk mulai merayap di hati Amel, dia merasa lelaki di hadapannya ini memiliki niat buruk terhadapnya.

"Bagian mana yang tidak profesional, mas? " tanya Amel masih dengan suara setenang mungkin.

"Ya lo itu gak profesional banget ngelayanin kok kayak gitu! " nada Martin semakin tinggi.

"Mas yang sabar, bisa dibicarakan dengan baik bagian mana yang menurut mas pelayanan saya kurang baik? "

"Heleh, pokoknya gue gak suka pelayanan lo. Anak baru ya lo! " Martin semakin menyolot. Amel menarik napasnya pelan, lalu menghembuskannya setelahnya. Dia masih dengan senyum ramah dan mencoba untuk tidak semakin membuat tamunya marah atau hanya pura-pura marah untuk mendapatkan kenikmatan gratis.

"Sini balikin duit gue! Kalo gak balik gue laporin tempat ini ke polisi! Biar mampus lonte-lonte kayak lo pada! "

Rasanya Amel ingin berteriak memaki lelaki di hadapannya, tapi dia masih mencoba menahannya dan berusaha memberi Martin pengertian bahwa lelaki itu tidak bisa mendapatkan uangnya kembali karena memang sudah aturannya seperti itu.

"Maaf sebelumnya jika pelayan saya kurang memuaskan Mas nya, tapi tetap saja Mas udah pakai saya jadi uang tidak bisa dibalikkan lagi apa lagi Mas protes di 5 menit terakhir dari durasi yang Mas sewa ... "

"Alah! Gue gak mau tau balikin duit gue! "

Martin mulai mendorong Amel menghantam dinding. Membuat Amel meringis sakit saat punggungnya berbenturan dengan dinding di belakangnya.

"Balikin sini duit gue! " Martin berusaha merebut uang dari genggaman Amel namun sekuat tenaga Amel mempertahankan uang itu dan berusaha mendorong jauh Martin darinya.

"Balikin gak! "

"Ya gak bisa gitu dong! Udah pake ya bayar! "

"Orang pelayanan gak enak suruh bayar! Balikin sini, lonte! "

"Gak! Ini udah jadi hak gue! Toh, lo juga gak kasih tau gue bagian mana yang gak enak! Lagian lo udah keluar tadi! " teriak Amel marah. Dia masih mempertahankan uang digenggamannya. Martin tidak mau kalah, dia langsung menjenggut rambut Amel dan menghantamkan kepala Amel ke dinding.

"Au! "

"Balikin sih! "

"Gak! "

"Anjing! Balikin! "

"Udah pake gak mau bauar gak usah cari lonte! " teriak Amel mencakar wajah Martin. Dia tidak mau kalah.

"Anjing! " Martin melepaskan Amel ketika merasakan perih di wajahnya. Dia menatap Amel murka.

"Dasar lonte! "

Duak!

Amel terjatuh seketika saat Martin memukul perutnya.

"Mampus lo! " cerca Martin meludahi wajah Amel.

"Liat lo ya, lo bakal busuk di penjara! "

Amel menatap nanar Martin, dia tidak terima di aniaya seperti ini. Dia berusaha bangkit dan membalas dengan memukul wajah Martin lalu menjambak rambutnya dan akhirnya mereka berkelahi.

Suara gaduh yang ada di kamar Amel membuat orang sekitar curiga dan penasaran. Mereka juga mendengar teriakan dan makian saling bersahut-sahutan. Akhirnya salah seorang dari mereka memanggil orang bagian keamanan dan mencoba mencari tahu penyebab kegaduhan di dalam kamar Amel. Setelah di buka paksa pintu kamar Amel terlihat tidak berdaya tengah di hajar habis-habisan oleh Martin. Semua orang yang melihatnya terkejut bukan kepalang, lalu bagian keamanan menghentikan Martin dan beberapa wanita lainnya mencoba membantu Amel keluar dari kamar untuk di amankan. Martin memberontak, dia masih ingin menghajar Amel namun dicekal oleh dua orang bertubuh besar.

"Lo kalo mau bikin ribut jangan di sini! " ucap salah seorang dari sekuriti, melempar keluar Martin.

"Pergi lo atau gue patahin kaki lo itu! "

"Awas lo pada ya gue bakal bikin perhitungan! Tunggu aja lo! "

Sedangkan di tempat lain, Amel tengah di obati oleh Shasha. Banyak bekas pukulan dan tendangan yang menyebabkan tubuh Amel membiru. Shasha merasa kasihan pada Amel, sampai rasanya dia tidak tega ketika mengobati Amel mendengar rintis kesakitannya.

"Gue gak apa-apa kok, santai aja ... " lirih Amel menahan sakit. Dia tahu Shasha pasti sangat khawatin dan mencemaskannya.

"Gak apa-apa gimana, orang lebam semua gini! Emang bajingan itu laki! "

"Udah gak apa-apa, udah resiko kerja kek gini ... "

"Lagian kenapa sih lo kekeh pertahanin duit itu, ampe disiksa gini! Lagian kalo lo lepas tuh duit lalu teriak itu orang maling hak lo sekuriti juga bakal bantuin lo kali! "

"Gue ... mau punya rumah sendiri, Sha ... " lirih Amel pelan namun masih dapat didengar Shasha. Shasha terdiam, dia tidak dapat lagi berkata-kata. Sudah sejak lama Amel ingin pergi dari tempat ini, tapi dia masih terkekang oleh tanggung jawab dia.

"Iya, gue doain lo cepet bisa kumpulin duit buat beli rumah dan bisa kumpul-kumpul lagi sama anak-anak lo ... "

Amel tersenyum mendengar ucapan Shasha, dia juga sudah lama tidak bertemu dengan anak-anaknya. Rasanya rindu sekali dengan Justin dan Jullian.

"Sha ... " panggil Amel,

"Ya? " sahut Shasha masih fokus mengobati punggung Amel.

"Gimana ya kabar Justin dan Jullian? "

"Gue yakin mereka baik-baik aja. Bang Baron orang baik walaupun dia punya bisnis kotor kayak gini. Percayakan saja anak-anakmu padanya. "

"Ya, kurasa mereka sekarang sedang bahagia menikmati masa anak-anak seperti anak-anak yang lainnya. Bermain bersama teman, ke sekolah, makan apa pun yang mereka suka tanpa harus bersusah payah dulu untuk mendapatkannya. "

"Lo mau ketemu mereka? "

Amel menggeleng, "belum waktunya aku jenguk mereka ... "

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang