1 S2

4.5K 148 20
                                    

"Kalo lo gak mau berarti lo gak cinta sama gue, pasti lo punya cowok lain kan makanya nolak! "

Amel menggeleng cepat. Bagaimana bisa Rangga menuduhnya seperti itu sedangkan lelaki yang dia sukai hanya Rangga.

"Ya kalo gitu buktiin ke gue kalo lo cinta sama gue! Toh, nantinya lo juga bakal gue nikahin! "

"Ta-tapi ini salah; "

"Salah apa! Kita saling suka, udah nurut aja sama gue! "

Rangga meremas bahu Amel, lelaki itu masih berusaha meyakinkan kekasihnya untuk melakukan perbuatan tidak senonoh.

Amel menunduk, menggeleng, dia tidak bisa melakukannya.

Rangga geram, lalu dengan paksa dia melepas kancing seragam Amel. Amel berusaha menghentikannya namun Rangga tidak peduli.

Amel sudah hampir menangis dan ketika Rangga mulai menelanjanginya Amel berusaha memberontak.

"Udah gak usah nangis! Entar juga ketagihan lo! " teriak Rangga emosi. Dia mendorong tubuh Amel ke atas matras gudang sekolah.

Rangga bisa melihat ketakutan pada wajah kekasihnya tapi dia tidak peduli yang lelaki itu pedulikan saat ini adalah nafsunya. Dia harus mengeluarkannya atau dia akan stress mengingat bagaimana kemolekan tubuh Amel. Dia harus jadi yang pertama, begitu pikir Rangga.

Rangga melepas kancing seragamnya satu per satu sambil melihat Amel yang menangis ketakutan. Amel mendongak melihat Rangga, memohon agar lelaki itu tidak berbuat hal buruk padanya, namun sekali lagi Rangga mengacuhkannya.

Amel harus pergi jika dia tidak ingin hal buruk terjadi. Amel paham betul apa yang akan Rangga lakukan padanya, diusianya yang 15 tahun ini dia sudah sering kali mendapatkan pelecehan sejak dia di bangku sekolah dasar, walaupun baru tahap meraba paha tetap saja itu pelecehan.

Amel mencoba bangkit berdiri, hendak melarikan diri. Namun Rangga sigap, seolah tahu apa yang akan Amel lakukan. Dia menarik kaki Amel, lalu menindihnya.

"Lo gak bisa lari dari gue! "

Rangga memaksa mencium bibir Amel, Amel menolak, menggeleng keras.

Plak!

Tamparan mendarat diwajah Amel. Wanita itu menatap tidak percaya Rangga bersikap kasar padanya. Ini jelas salah, lelaki itu bukan lagi kekasihnya ataupun lelaki yang dia puja, Rangga tidak lebih dari seorang bajingan.

"Lo bisa diem gak! "

"Gue gak mau! Lepas, Ga! " teriak Amel tepat di depan wajah Rangga.

Plak!

"Cewek itu harus nurut sama laki! Itu udah kodrat lo! Lo cewek gue jadi nurut apa perintah gue! "

"Gak! Ini salah! "

Amel harus berani jika dia ingin menyelamatkan masa depannya. Tidak peduli jika nantinya dia harus kehilangan Rangga sekali pun.

"Gue mau putus! Gue gak mau kayak gini! " tangis Amel, namun bukannya luluh dan melepaskan Amel, Rangga justru semakin kesetanan.

"Oke! Kalo lo minta putus! Gue putusin lo kalo udah ngewe sama lo! "

"Gak! Lepasin, Ga! "

Rangga tidak peduli lagi, dia memaksa Amel memenuhi hasrat seksualnya.

Srag!

Seragam Amel terkoyak paksa, mempertontonkan payudara yang masih terbungkus bra warna merah jambu dengan motif kotak-kotak. Rangga mencumbu Amel kasar, tidak peduli gadis di bawahnya tersiksa karena perlakuannya.

"Lepas, Ga! "

Amel semakin menjadi-jadi, dia terus berusaha melepaskan diri, tapi tenaganya tidak cukup mampu melawan Rangga.

"Nikmatin aja, Bee! " bisik Rangga menjilat cuping Amel.

"Gak! "

"Gue bakal bikin lo gak bisa lari dari gue! "

"Gak! Lepas! "

Rangga menyeringai, dia berhasil menyelinap masuk ke bawah rok seragam Amel, membelai bibir vagina Amel dengan jemarinya.

Reflek Amel merapatkan selangkangannya, menahan tangan Rangga berbuat lebih jauh.

"Please, Ga. Jangan! "

Rangga seolah tuli, dia tidak mendengar permohonan Amel.

Srag!

Dilepas paksa celana dalam Amel, lebih tepatnya ditarik paksa hingga robek. Rangga tersenyum melihat bibir vagina Amel, dia akan jadi yang pertama.

Buru-buru Rangga menurunkan sedikit celananya, mengeluarkan penisnya lalu mendekatkan kepala penisnya ke bibir vagina Amel. Amel yang merasakan sesuatu menyentuh vaginanya tahu apa yang akan Rangga lakukan.

"Gak, Ga! Please, ini salah! "

Rangga menatap Amel sebentar, menyeringai dan sedetik kemudian Amel berteriak merasakan sesuatu dipaksa masuk ke dalam vaginanya.

"Argh! "

Amel mecengkram lengan Rangga kuat, melampiaskan rasa sakit yang mendera sekujur tubuhnya. Matanya melolot, memerah karena tangis yang tidak kunjung usai.

Rangga memaksa penisnya masuk lebih dalam, merobek mahkota milik kekasihnya, merenggut masa depan kekasihnya.

"Oh, shit! Sempit sekali, susah masuk! " umpat Rangga masih berusaha memasukkan penisnya dalam-dalam.

.

"Nih, minum; "

Amel mendongak menatap Rangga yang menyodorkan minuman sprite kaleng padanya.

"Gak haus! "

Amel kembali menyembunyikan wajahnya diantara lututnya yang dia peluk dengan kedua tangannya. Rangga kesal, dia menarik tangan Amel, memaksa gadis itu menerima pemberiannya.

"Udah minum aja! "

Amel menatap lama sprite yang ada digenggamannya. Dia tahu kegunaan sprite yang Rangga berikan untuknya, dulu Amel pernah membaca artikel yang menyebutkan jika seseorang setelah atau sebelum melakukan hubungan sex dapat mencegah kehamilan. Amel tersenyum miris, setelah apa yang lelaki itu perbuat padanya, dia masih bisa waras untuk memikirkan kemungkinan yang terjadi selanjutnya.

"Cepet diminum! "

Amel melirik sekilas Rangga, ada sorot kebencian dalam mata gadis itu.

Dengan terpaksa Amel membuka kaleng minuman itu dan meminumnya hingga habis.

"Nih pake jaket gue, gue anter balik; "

Rangga melempar jaketnya pada Amel, bahkan sikap lelaki itu mulai kasar setelah Amel bukan lagi seorang perawan. Rasanya Amel ingin menertawakan dirinya sendiri karena hidupnya yang tidak pernah berjalan sesuai keinginannya.

"Seharusnya aku tidak mengenal lelaki! " batin Amel mulai menyesal karena telah memberi kesempatan Rangga memasuki relung hatinya, bukan untuk menjaganya tapi merusak hingga membuatnya hancur tidak tersisa.

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang