6

84K 772 50
                                    

"Maaf, tapi saya tidak melacurkan diri di rumah, " tekan Amel membuat Jamal tersinggung. Lelaki itu lalu menarik lengan Amel meremasnya kuat.

"Kau kira kau bisa menolakku? " tantang Jamal meremehkan Amel, sedang wanita itu hanya membisu, benar kata Jamal apakah dia juga bisa menolak, toh, cuma dari selangkangannya dia bisa menambah waktu 1 hari, bukankah itu lumayan memberinya waktu untuk mengumpulkan uang agar segera melunasi hutangnya.

"Sebaiknya kau menurut, bukankah kau tidak memiliki uang sepersen pun? " hina Jamal membuat Amel tersinggung, wanita itu mengepalkan tangannya menahan amarah.

"Mama ... " Amel menoleh ke belakang begitu juga Jamal dan dua anak buahnya, mereka menatap dua anak lelaki yang berdiri ketakutan melihat Ibunya menghadapi 3 preman menakutkan.

"Bukankah Mama sudah bilang jangan keluar! " Amel segera menghempas cengkraman Jamal, berjalan menghampiri dua putranya dan membawa mereka kembali masuk ke dalam kamar.

"Tetap diam di dalam dan jangan keluar! " tekan Amel terlihat jelas sekali wanita itu menyorotkan api amarah membuat kedua anak itu mengangguk takut dan kembali ke kamar mereka tanpa bersuara.

"Cih! Jadi kau masih mengurusi anak buangan itu? "

Amel menoleh Jamal, geram.

"Mereka anak-anakku. Alangkah baiknya kau jaga perkataanmu! "

Jamal tidak menggubri Amel, lelaki itu lantas berjalan ke kamar sebelah kamar tempat anak-anak Amel. Jamal membuka kamar Amel, "Cukup bersih untuk kita bermain bukan, Amel sayang? " Jamal menoleh Amel dengan tatapan penuh nafsu.

"Jangan bertingkah! " geram Amel. Namun Jamal sama sekali tidak peduli, lelaki itu lantas langsung menarik lengan Amel membawanya masuk ke dalam kamar, melempar Amel ke atas ranjang.

"Brengsek! " umpat Amel menatap sinis Jamal.

"Kau bisa mengumpat juga ternyata? " Jamal membalas dengan sinis. Lelaki itu lalu mendekati Amel yang ada di atas ranjang, menindihnya tanpa Amel dapat menghindar. Dia memang pelacur tapi yang Jamal lakukan padanya tetap saja pelecehan untuknya dan dia tidak bisa menerima itu.

"Brengsek! Lepas! " Amel berontak di bawah Jamal yang semakin beringas ingin menidurinya.

Sragg

Kemeja yang Amel kenakan terkoyak oleh tangan iblis bernama Jamal, Amel menjerit sampai terdengar ke telinga kedua putranya di sebelah.

"Mama kenapa, Bang? " tanya Jullian pada Justin, Justin yang mendengar pertanyaan itu langsung menggeleng, dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan Ibu mereka di sebelah tapi yang jelas Ibu mereka tengah melawan para preman jahat yang datang ke rumah mereka untuk menagih hutang Ibunya. Hati Justin terkoyak perih, ini semua karena dirinya dan Jullian yang menumpang hidup pada Amel hingga membuat Amel sering kali tersiksa dalam hatinya karena orang-orang yang menganggapnya wanita yang buruk. Justin memang masih kecil, tapi olok-olok yang selalu di lempar tetangga mereka untuk Ibunya sering kali dia dengar diam-diam, dan dia juga tahu Amel bekerja tidak baik tapi dia juga mengerti untuk siapa Amel bekerja seperti itu.

"Tutup telingamu Jullian, " ucap Justin yang langsung diikuti Jullian. Justin lalu tersenyum simpul, menarik adiknya ke dalam pelukannya. Dalam hati bocah lelaki itu berdoa semoga penderitaan Ibunya segera berakhir.

Sedangkan di kamar Amel, wanita itu kini terlihat lusuh, rambutnya kusut berantakan, pakaiannya tercabik-cabik tangan nakal para bajingan yang menggilirnya barusan. Tidak dapat Amel bendung lagi rasanya dia sudah tidak sanggup lagi menjalani hidup kotornya, dia berpikir mungkin mati lebih baik baginya walaupun dia yakin Surga tidak akan menyanbutnya. Tapi jika dia tiada bagaimana dengan kedua putranya yang malang, bagaimana mereka bisa menjalani hidup di Dunia yang kejam ini.

"Tidak perlu menangis. Toh, tubuhmu juga sering kau pamerkan pada banyak lelaki, " cibir Jamal yang diikuti tawa anak buahnya yang juga mendapatkan kenikmatan dari selangkangan Amel.

"Tapi aku heran, kenapa vaginamu tetap sana sempit seperti perawan, padahal kau ini sering sekali digagahi lelaki? " heran Jamal pada Amel. Namun wanita itu tetap saja bungkam membisu.

"Rasanya seperti ingin kusobek saja vaginamu itu, kau tahu aku gemas sekali saat vaginamu menelan penisku, " lontaran kalimat-kalimat buruk itu terujar begitu menyakiti Amel.

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang