10 s2

717 25 7
                                    

"Amel, perkenalkan dia Mellisha pemilik kedai ini. "

Amel berdiri dan menyalami wanita bernama Mellisha dengan senyum mengukir wajahnya.

"Amel ... "

"Mellisha. Senang bertemu denganmu, Max sudah banyak bercerita tentangmu. "

"Semoga dia menceritakan hal-hal baik tentangku, Bu Mellisha. "

Mellisha terkekeh pelan.
"Tentu saja, dia bukan orang yang akan menjelekan orang lain di belakangnya.  Dan ya jangan terlalu formal padaku, kita seumuran. "

Amel mengangguk mengerti.

"Baiklah. Jadi aku akan menjelaskan bagaimana kamu harus bekerja di kedai ini ... " wanita itu menarik kursi lalu mendudukinya, diikuti dengan Amel dan Max yang mengambil tempat duduk mereka masing-masing.

Mereka mengobrol panjang lebar, membahas bagaimana Amel harus bekerja nantinya, soal gaji dan berapa lama harus bekerja. Semuanya mereka bahas sampai menemukan kesepakatan bersama.

"Jadi apa kamu mengerti, Amel? " tanya Mellisha sambil menatap wajah Amel.

Amel mengangguk paham.
"Tentu, Bu. Aku sudah mengerti. Terima kasih untuk kesempatannya. "

"Sudah kubilang jangan terlalu formal. Santai saja denganku. "

"Baiklah. "

Setelahnya Amel dan Max berpamitan pergi meninggalkan kedai. Jadi mulai minggu depan Amel akan menjalani trainning di kedai tempat milik teman Max. Amel berdoa semoga pekerjaannya berjalan lancar dan tidak mendapatkan masalah.

"Semoga kamu betah di sana, Mel. " ucap Max memecah keheningan di antara keduanya. Amel menoleh pada Max yang kini tengah fokus menyetir mobilnya. Wanita itu menarik sedikit bibirnya, mengukir senyum di wajahnya. Lalu dia menundukan kepalanya sambil bermain-main dengan ujung kemeja yang dia kenakan.

"Terima kasih, Max. Jika bukan karenamu mungkin aku akan tetap berada di tempat itu. "

Max menoleh Amel sebentar lalu kembali fokus pada jalanan di depannya.

"Tidak perlu berterima kasih, aku kebetulan tahu temanku butuh pegawai baru dan coba kutawari padamu. "

.
.
.

Sudah 2 minggu sejak Amel bekerja di kedai kopi yang dijalankan Mellisha dan sejak itu juga Amel mulai mengurangi jadwal layanan sexsualnya. Amel cukup menikmati pekerjaan barunya dan dia merasa bersyukur karena masih ada orang yang tidak memperdulikan latar belakangnya.

"Kedai cukup sepi, beristirahatlah dulu. Jangan terlalu bekerja keras, bersantai lah. " ucap Mellisha menghampiri Amel yang tengah sibuk mengelap meja. Amel menoleh ke arah Mellisha dan tersenyum.

"Tidak apa-apa, aku suka melakukannya. " sahut Amel dengan suara lembut.

Mellisha mengukir senyumnya, lalu merebut kain lap yang ada ditangan Amel.

"Sudah kubilang santai saja. Istirahatlah bersama yang lain. "

"Baiklah. "

"Bagus. Jika kamu lapar pesan saja makan via online, aku yang akan membayarnya. "

"Baik, terima kasih. "

Setelahnya Amel dan Mellisha pergi ke tempat tujuan masing-masing. Mellisha kembali ke ruang khusus miliknya, sedangkan Amel berjalan ke arah dapur di mana beberapa pegawai sudah duduk beristirahat di sana.

"Amel, kemarilah. " sambut seorang wanita yang terlihat lebih tua beberapa tahun dari Amel. Amel berjalan ke arahnya dan duduk di sebelahnya. Lalu terlibat obrolan bersama beberapa pegawai yang lain.

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang