5

101K 848 51
                                    

Amel pulang dengan kondisi badannya yang remuk, hari ini dia melayani 4 tamu berbeda di hotel yang berbeda pula. Amel melepas sepatu yang dia kenakan, rasanya kakinya sakit sekali ketika harus berjalan mengenakan high heels. Amel melirik jam dinding rumahnya, sudah pukul sepuluh malam. Kepalanya menyusuri seisi ruang tengah, tidak ada tanda-tanda keberadaan Justin dan Jullian.

"Mungkin sudah tidur, sebaiknya aku ke kamar mereka sebentar, " pikir Amel.

Amel berjalan melewati lorong rumahnya, berbelok ke kiri tempat di mana kamar anak-anaknya berada. Perlahan wanita itu mendorong pintu kayu kamar Justin dan Jullian, berjalan perlahan memasuki kamar putranya, lalu mendudukkan dirinya di pinggir ranjang, mengusap puncak kepala Justin dan Jullian secara bergantian, tidak lupa pula diberinya kecupan singkat seorang Ibu untuk anaknya.

.

"Semalam Mama pulang pagi lagi ya? "

Pertanyaan polos Jullian berhasil menghentikan kegiatan Amel menyiapkan sarapan untuk mereka. Wanita itu menoleh putranya, "kok Mama sering pulang pagi, memang apa pekerjaan Mama, apa Mama disuruh bekerja terus? "

Amel tersenyum kikuk, dia membelai kepala Jullian, "Karena Mama harus cari uang yang banyak biar kalian bisa sekolah yang tinggi lalu jadi orang sukses di masa depan. Kalian mau kan jadi orang sukses? "

Justin dan Jullian menganggukan kepalanya bersamaan, "nah, dari keinginan kalian itu Mama bekerja keras agar kalian bisa sekolah tinggi, tidak seperti Mama, "

"Pasti Mama capek karena cari uang terus? " kini giliran Justin yang berbicara.

"Tidak! Mama tidak akan capek jika uang yang Mama hasilkan untuk putra-putra tersayang Mama, "

"Padahal kita bukan anak Mama, "

"Jullian gak boleh ngomong gitu. Bagi Mama kalian adalah anak Mama, jadi gak boleh bilang kalo Justin dan Jullian bukan anak Mama ya, "

"Ma, jika Justin besar nanti, Justin mau kerja keras buat Mama biar Mama gak usah bekerja lagi, "

"Iya! Jullian juga akan kerja keras, semua uang Jullian nanti buat Mama, "

Amel tersenyum, lalu menarik kedua putranya ke dalam pelukannya.

"Mama sayang kalian, Nak, "

"Kami juga sayang Mama Amel, " sahut mereka serempak.

Namun kebersamaan mereka dirusak oleh beberapa preman yang tiba-tiba saja datang ke rumah mereka tanpa permisi. Mereka langsung mendobrak masuk rumah Amel, berteriak memanggil Amel dengan lantang hingga membuat Justin dan Jullian ketakutan. Amel tahu siapa dalang keributan di rumahnya dan dia segera menenangkan kedua putranya lalu menyuruhnya masuk ke kamar dan memintanya untuk tidak keluar apa pun yang terjadi.

"Amel, Amel keluar kau jalang! " teriak ketua dari 3 preman bertubuh besar menyeramkan.

Amel keluar dari ruang makan menuju ruang tamu, menyambut mereka dengan baik seolah mereka juga bertamu dengan baik. Namun kebaikan Amel tidak digubri mereka, dan mereka lalu mendorong Amel hingga wanita itu jatuh tersungkur.

"Heh, Jalang, kapan kau kembalikan uangku, hah! Sudah lebih satu minggu aku tunggu kau tidak tunjuk muka lacurmu ini ke rumahku, tidak takut kau padaku, hah? Atau kau sudah ada duit buat bayar, hah? "

"Maaf, Bang. Bukannya Amel bermaksud tidak membayar hutang Amel, tapi sungguh Amel lagi tidak ada uang Bang. Tapi Amel janji Bang 2 hari lagi Amel bayar Bang ... "

"Janji, janji, janji, makan itu janji kau. Aku sudah sabar nunggu janji, janji kau tapi apa yang aku dapat, hah? Omong kosong! "

Amel bersimpuh, memeluk kaki Jamal, seorang renternir juga ketua preman di wilayah tempat Amel tinggal memohon agar Jamal memberinya sedikit waktu untuknya mengumpulkan uang agar dapat melunasi hutangnya walaupun Amel sendiri tidak tahu caranya mendapatkan uang 5juta dalam waktu 2 hari. Mau menjual tubuhnya pun dia tidak akan sampai mendapatkan uang begitu banyak dalam waktu singkat.

Jamal menepis tangan Amel dari kakinya, mendoring wanita itu kembali tersungkur. Jamal memperhatikan wajah ayu Amel yang sebenarnya sudah lama sangat menggoda dirinya, dia sedikit membungkukkan wajahnya untuk lebih memperhatikan wajahnya Amel dan lelaki itu tersenyum licik.

"Ada satu cara agar kau mendapatkan tambahan hari untuk melunasi hutangmu Amel sayang ... "

Mendengar itu bukannya Amel tidak mengerti maksudnya tapi melakukan kemaksiatan di rumahnya Amel tidak pernah sudi, baginya dia boleh saja melacurkan dirinya tapi di luar bukan di rumahnya.

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang