13

33.1K 585 28
                                    

Amel tersadar, dia melihat kesekeliling, sambil memegangi kepalanya yang masih terasa berdenyut Amel mencoba mendudukkan tubuhnya, menyandarkan dirinya pada sandaran ranjang. Amel menekuk lututnya, merengkuh kedua kakinya erat dan kembali menangis. Amel tidak mengerti kenapa tiba-tiba saja masa lalunya kembali menghampirinya, masa lalu yang dia simpan dan dia pendam bertahun-tahun. Selama ini dia tidak pernah lagi mengingat masa-masa kelam dirinya sebelum terjun ke dunia pelacuran, tapi entah mengapa semenjak kedua putranya pergi dan dirawat Baron, sedikit-sedikit ingatan masa lalunya kembali menggerogoti dirinya, membuatnya tidak bisa mengendalikan emosinya dan rasa sakit yang menjalar di hatinya.

"Amel ... "

Amel mengangkat kepalanya, menoleh ke sebelah kiri dan mendapati Shasha berdiri di ambang pintu dengan nampan di tangannya. Wanita itu berjalan mendekatinya, menaruh nampan berisi makanan ke meja di sebelah ranjangnya.

"Makanlah agar tubuhmu kembali pulih, " ucap Shasha setelah mendudukkan dirinya di pinggir ranjang. Amel tersenyum, "Terima kasih, Sha ... "

Shasha mengangguk, "Kau harus kembali sehat. Aku tahu berat, tapi sebaiknya kau lupakan masa lalumu, "

"Karena kau tahu itu berat maka akan sangat sulit melupakannya, "

Shasha menarik napas dalam, lalu menghembuskannya pelan. Dia meraih jemari Amel, menggenggamnya erat. Dia mengerti bagaimana kacaunya emosional Amel, "Tapi walaupun begitu, masa lalu yang terus mengikatmu akan membuatmu semakin terpuruk. Aku tahu tidak seharusnya kau berada di tempat seperti ini. Hanya karena kau merasa dirimu rendah, lalu kau semakin merendahkan dirimu dan membiarkan mereka semakin menginjak-injak dirimu. Sadarlah, Mel. Kau wanita baik, hatimu lembut, tidak seharusnya kau hidup seperti ini. Yakinlah Tuhan akan membalas mereka, ikhlaskan, relakan, dan biarkan dirimu tetap tabah. Ingat bahwa Sang Pencipta tidak pernah tidur, Mel. Mereka yang berbuat jahat akan mendapatkan hukuman mereka, mungkin kau tidak melihatnya tapi yakinlah mereka pasti juga akan menyesal nantinya, " ucap Shasha panjang lebar. Mata hitam wanita itu menatap sedih Amel.

"Berhentilah berbicara omong kosong, Sha ... "

"Mel ... "

Amel menarik tangannya, membaringkan tubuhnya membelakangi Shasha.

"Aku ingin istirahat, "

Shasha hanya bisa terdiam, bangkit dari duduknya dan meninggalkan Amel di kamarnya.

Setelah kepergian Shasha, Amel kembali duduk. Wanita itu menatap kosong ke depan, memikirkan perkataan Shasha barusan padanya. Apa hidup menyedihkannya ini karena dia menyangkal percaya bahwa Tuhan akan membalas rasa sakit, penghinaan, pelecehan, dan penderitaan selama dia hidup hampir 25 tahun hidupnya. Amel mendongak, menengadahkan kedua telapak tangannya, "Jika memang semua ini karena aku tidak ikhlas dengan perbuatan mereka, jika semua ini karena aku selalu tidak pernah bersyukur, kumohon lapangkan hati hamba yang penuh dosa dan tidak lagi mengerti hikmah dibalik semua jalan yang Engkau berikan, Tuhan. Buatlah diri ini mengerti takdir yang Engkau berikan kepada pendosa ini ... "

Airmata itu berlinang, sesak memenuhi dadanya, rasa sakitnya kembali menjalar keseluruh persendiannya.

.

Amel baru saja terbangun tadi tidurnya ketika dia mendengar suara gaduh di luar kamarnya. Bergegas Amel keluar kamar dan melihat semua orang panik juga takut. Amel mengerutkan kening, tidak mengerti apa yang baru saja terjadi sampai langkahnya membawanya ke salah satu kamar milik seorang wanita yang dia kenal bernama Mella, wanita asal Menado yang merantau ke Semarang untuk bekerja sebagai PRT, namun sial seseorang yang menawarinya pekerjaan justru menjualnya pada teman-teman lelakinya dan menjadikan Mella pelacur, sampi akhirnya wanita itu bertemu dengan Mami dan di pekerjakan Mami setelah Mella kabur dari lelaki yang menipunya. Walaupun sama-sama bekerja hina, setidaknya Mella masih menikmati jerih payahnya sendiri tidak seperti ketika dia bersama lelaki itu.

"Ada apa? " tanya Amel pada Sinta yang berdiri di pinggir pintu kamar Mella.

"Mella hampir saja di bunuh, "

Mata Amel membulat, "Dibunuh? "

"Ya. Kau tahu Alex kan? "

"Ya, "

"Dia berniat membunuh Mella tadi. Mengerika tadi situasinya jika Mella tidak berhasil keluar dari kamar dan melaporkannya pada penjaga, "

Amel bergidik ngeri mendengar cerita Sinta. Dia kenal Alex, lelaki itu juga beberapa kali membooking dirinya namun dia tidak tahu ada Iblis dalam diri Alex sampai lelaki itu hampir saja menghabisi Mella.

"Kenapa Alex sampai melakukannya? " gumam Amel, namun Sinta sepertinya masih dapat mendengarnya.

"Kudengar Alex bermain kasar, lalu Mella menolak melayaninya dan ya akhirnya Alex memaksa sampai seperti ini kejadiannya. Mengerikan sekali, " Sinta bergidik membayangkan jika saja dia tadi yang dipilih Alex untuk melayani lelaki itu.

"tapi kurasa Alex sambil mabuk, jadi seperti itu, " lanjut Sinta, dia lalu berlalu pergi saat seorang penjaga meminta merek untuk menjauh.

Tidak berapa lama dua orang Polisi datang, Mami segera menemui kedua Polisi itu dan menjelaskan kronologinya. Amel memperhatikan bagaimana penjaga rumah bordil ini membawa Alex ke hadapan Polisi, lalu salah satu dari Polisi itu segera memborgol Alex dan membawanya pergi ke mobil.

"Sebaiknya kau juga ikut denganku ke kantor, Bu ... "

"Baiklah, "

Setelahnya Mami juga ikut dengan Polisi itu masuk ke dalam mobil.

"Amel ... " Amel menoleh dan mendapati Johan tengah berjalan ke arahnya.

"Ah, kau? "

"Iya, ini aku ... "

"Sepertinya kau sering ke sini. Bukankah kau tidak suka jajan, " ucap Amel sambil berjalan ke arah sofa, dia mendudukkan tubuhnya di sana. Johan mengikutinya, duduk di sebelah Amel.

"Ya, setidaknya aku juga membayar untuk bisa ke sini, "

Amel menoleh Johan, dia mendelik heran dengan lelaki di sampingnya, kenapa mau membuang-buang uangnya yang bahkan dia tidak mendapatkan nikmat yang dijajankan di sini.

"Kau aneh! "

Johan terkekeh, Amel selalu menyebutnya aneh ketika dia mulai membicarakan caranya yang berbeda untuk menghabiskan uang. Padahal dia juga tidak mudah mendapatkan lembaran-lembaran rupiah itu.

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang